Thursday, June 23, 2011

Kurangi Garam untuk Kesehatan Jantung

reallynatural.com
MENGURANGI asupan garam, khususnya bagi pencinta makanan bercita rasa asin, bukanlah hal yang mudah. Tapi, Anda bisa memulai dengan jumlah kecil. Studi terbaru mengungkap, mengurangi tiga gram garam dalam sehari atau setara dengan setengah sendok teh mampu mengurangi kemungkinan penyakit jantung secara dramatis.

Menurut penulis studi yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine, manfaat pengurangan tiga gram garam ini setara dengan pengurangan 50 persen kebiasaan merokok dan pengurangan lima persen indeks massa tubuh pada orang yang obesitas.

"Manfaat pengurangan garam dalam menurunkan tekanan darah dan penyakit jantung telah lama diketahui. Penelitian ini hanya memetakan jumlah yang baik. Studi ini mempunyai bukti ilmiah pentingnya mengurangi garam dalam meningkatkan kualitas hidup dan angka harapan hidup," tutur Dr. Robert Eckel dari University of Colorado Denver School of Medicine, seperti dikutip situs healthday.

Badan-badan kesehatan di Amerika menganjurkan agar orang dewasa membatasi asupan garam hingga 5,8 gram (2.300 miligram sodium) sehari. Akan lebih baik lagi jika bisa membatasi hingga 3,7 gram sehari.

Yayasan Jantung Amerika (American Heart Association) juga menganjurkan konsumsi sodium kurang dari 2.300 mg sehari. Akan tetapi, jumlah ini dikurangi lagi hinga kurang dari 1.500 mg per hari bagi mereka yang berusia lanjut atau penderita hipertensi. (IK/OL-08)

Teknik Memenuhi Rasa Nyaman Pada Masa Hamil (Distraksi & Relaksasi)

Ibu hamil dan bayiTidak semua wanita mengalami ketidaknyamanan akibat kehamilan yang disebutkan dibawah ini, akan tetapi tidak sedikit juga wanita yang mengalami ketidaknyamanan tersebut. Cara meringankan ketidaknyamanan bisa membuat perbedaan yang signifikan dalam cara wanita tersebut memandang pengalaman kehamilannya. Dasar fisiologis, psikologis dan anatomis untuk masing-masing ketidaknyamanan tersebut diberikan untuk merangsang pemikiran selanjutnya tentang cara-cara meringankannya. Cara-cara meringankan tersebut didasarkan pada penyebab dari ketidaknyamanan tersebut serta diarahkan ke penatalaksanaan symptomatik.

Rasa letih

Rasa letih sering terjadi selama trimester pertama tanpa diketahui penyebabnya. Salah satu sangkaan yang diajukan ialah penurunan awal dalam laju metabolik dasar pada awal-awal kehamilan, tetapi mengapa hal itu terjadi tidaklah jelas. Untunglah hal ini hanya merupakan ketidaknyamanan yang terbatas, biasanya akan lenyap pada akhir trimester pertama. Namun, hal tersebut bisa mempunyai efek meningkatkan intensitas respon psikologis yang dialami wanita selama masa tersebut.

Langkah-langkah peringanannya ialah meyakinkan ibu tentang kenormalan rasa letih tersebut serta pengurangan dengan sendirinya pada trimester kedua di kemudian hari. Hal ini akan dapat membantu ibu tersebut untuk mengambil lebih banyak waktu istirahat pada siang hari hingga masa ini berlalu. Sedikit senam berikut konsumsi makanan yang bergizi akan dapat melawan rasa letih ini.

Punggung atas sakit (bukan karena penyakit)

Sakit punggung bagian atas bisa terjadi selama trimester pertama oleh karena pertambahan ukuran dan akibat beratnya payudara, yang juga merupakan pertanda presumtif kehamilan.

Langkah peringanan, karenanya ialah dengan mengenakan BH yang cocok ukurannya dan menopang payudara. Dengan menambah mobilitas payudara, BH yang pas dan menopang juga akan mengurangi ketidaknyamanan kelembutan payudara akibat pembesaran.

Kram kaki

Alasan-alasan fisiologis dari kram di kaki ini tidaklah jelas diketahui. Selama sekian tahun, kram di kaki dianggap disebabkan oleh kurangnya atau terganggunya konsumsi kalsium atau ketidakseimbangan dalam perbandingan kalsium-fosfor didalam tubuh, tetapi semua penyebab ini sekarang tidak lagi dinyatakan demikian dalam literatur-literatur saat ini.

Satu aliran lain menganggap bahwa uterus yang membesar memberikan tekanan pada pembuluh-pembuluh darah panggul, dan dengan demikian mempengaruhi sirkulasi, atau pada syaraf saat mereka meresap melalui foramen obturator dalam perjalanannya ke tungkai bagian bawah. Langkah-langkah peringanan yang disarankan adalah sebagai berikut :

Anjurkan wanita tersebut meluruskan kakinya yang kram dan meruncingkan telapak kakinya (mendorsifleksikan telapak kakinya). Jika wanita tersebut sedang diatas tempat tidur, maka akan memerlukan penekanan yang kuat dan terus menerus terhadap dasar telapak kakinya, baik oleh tangan seseorang atau oelh papan penahan ranjang bagian bawah, atau ditekankan. Jika wanita tersebut sedang berdiri, maka lantai bisa berfungsi untuk itu. Langkah ini hampir dapat dipastikan bisa dengan segera memperbaiki sirkulasi.
Senam umum dan kebiasaan gerakan tubuh (body mekanik) yang baik untuk memperbaiki sirkulasi
Mengangkat kaki lebih tinggi secara periodik sepanjang hari
Diet yang meliputi baik kalsium maupun fosfor

Edema tungkai

Edema (penimbunan cairan atau bengkak) tungkai adalah akibat sirkulasi vena yang terganggu serta tekanan vena yang meningkat didalam tungkai bagian bawah. Gangguan-gangguan sirkulasi ini adalah disebabkan tekanan dari uterus yang membesar pada pembuluh-pembuluh vena panggul pada saat wanita tersebut sedang duduk atau berdiri serta pada vena cava inferior ketika wanita tersebut berbaring menggeletak. Setiap pakaian yang ketat dan membatasi dan menghambat aliran balik darah dari tungkai bagian bawah akan menambah parahnya masalah ini. Edema tungkai pada tungkai pada umumnya akan terlihat dibagian pergelangan kaki dan harus cermat dibedakan dari edema yang berkaitan dengan pre eklampsia/eklampsia. Langkah-langkah peringanannya meliputi hal-hal berikut :

Menghindari pakaian-pakaian yang ketat
Menaikkan kaki secara periodik sepanjang hari
Memposisikan diri dalam keadaan miring pada saat berbaring
Mengenakan penopang atau korset abdominal yang bisa meringankan tekanan pada vena-vena panggul.

Varikositas/varises

Sejumlah faktor ikut menentukan perkembangan varikositas selama kehamilan. Vena-vena varikositas adalah lebih mungkin terjadi pada wanita yang memiliki kecenderungan familial atau kecenderungan bawaan. Varikositas bisa timbul dari sirkulasi vena yang terganggu serta pada vena yang mengalami tekanan meningkat pada tungkai bagian bawah. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh tekanan dari uterus yang membesar pada vena panggul ketika wanita tersebut sedang duduk atau berdiri dan pada vena cava inferior ketika ia sedang berbaring menggeletak. Setiap pakaian yang dapat menghambat aliran balik vena dari tungkai bagian bawah atau karena berdiri terlalu lama akan membuat masalah ini lebih parah. Relaksasi yang diakibatkan oleh progesteron atas dinding vena serta katup-katupnya dan sekeliling otot-otot halus (rata) juga akan ikut memicu berkembangnya varikositas.

Varikositas selama masa kehamilan paling jelas menonjol kelihatan pada bagian kaki dan atau vulva. Langkah-langkah peringanan yang spesifik bagi varikositas vulva diantaranya adalah :

Penggunaan kaus kaki penunjang, verban atau stocking elastis, yang dipakai setelah mengangkat kaki sebelum bangun
Menghindari pakaian yang terlalu sempit
Menghindari berdiri terlalu lama
Saat istirahat, kaki dinaikan/ditinggikan secara periodik sepanjang hari
Berbaring dalam posisi tegak lurus beberapa kali sehari (ibu tidur ditempat yang rata lalu kaki dipijakkan ke tembok sehingga antara kaki, pantat dan tembok seolah2 membentuk sudut 90ᴼ)
Mengambil posisi bersandar miring beberapa kali sehari (boleh miring ke kanan atau pun ke kiri, dimana posisi kaki yang ada pada bagian bawah diluruskan sedangkan posisi kaki yang ada pada bagian atas agak ditekuk sedikit)
Menjaga agar kaki tidak bersilang bila duduk
Jika memungkinkan duduk dengan posisi kaki ditinggikan dan jangan berdiri
Mempertahankan postur dan mekanisme tubuh yang baik
Ikut serta dalam senam ringan dan berjalan kaki, untuk membantu peningkatan sirkulasi
Memberikan penopang fisik untuk varikositas vulva dengan bantalan karet busa yang dipegang ditempatnya dengan tali pinggang yang saniter
Mengenakan penopang abdominal ibu atau tali pengikat, untuk mengurangi tekanan pada vena panggul
Melakukan senam kegel untuk varikositas vulva atau hemoroid/wasir, untuk meningkatkan sirkulasi

Nyeri urat (ligamen) bundar

Ligamen (urat) bundar melekat pada kedua sisi uterus persis dibawah dan didepan jalan masuk tuba fallopii, ligamen-ligamen ini kemudian melintasi ligamen yang lebar didalam sebuah lipatan peritoneum, melintasi kanal inguinal dan masuk menusuk didalam bagian anterior (atas) dari labia mayora pada kedua sisi perineum. Ligamen-ligamen tersebut sebagian besar terdiri dari otot-otot halus-rata yang bersambung terus dengan otot uterus. Jaringan otot ini memungkinkan ligamen-ligamen bundar untuk berhipertropi selama kehamilan, dan pada hakikatnya, ikut meregang saat uterus membesar. Secara anatomis, ligamen-ligamen bundar tersebut mau tidak mau harus meningkatkan ukuran panjangnya saat uterus membesar dan naik ke atas ke dalam abdomen. Rasa nyeri ligamen bundar diyakini adalah disebabkan oleh pemelaran dan juga oleh karena tekanan dari uterus yang terus bertambah berat terhadap ligamen-ligamen tersebut. Hal ini merupakan ketidaknyamanan yang sangat umum yang harus dibedakan dari penyakit saluran gastro intestinal dan organ abdomen, misalnya usus buntu, peradangan kantung empedu, dan bisul perut. Satu ciri yang dapat membantu dalam perbedaan ini ialah melebarnya rasa nyeri tersebut ke daerah lipatan paha inguinal.

Langkah-langkah pentalaksanaannya tidak banyak dan tidak terlalu bisa efektif. Nyeri ligamen itu merupakan salah satu dari ketidaknyamanan yang mau tidak mau harus diterima oleh para wanita hamil. Langkah-langkah penatalaksanaannya diantaranya :

Menekuk lutut kearah abdomen
Membungkukan badan ke arah yang sakit untuk mengendorkan rentangan ligamen
Mengangkat panggul
Mandi air hangat
Menopang uterus dengan sebuah bantal dibawahnya dan sebuah bantal lain diantara dengkul pada waktu berbaring miring
Memakai penopang abdomen atau korset ibu.

Rasa sakit pada punggung bawah (bukan karena penyakit)

Rasa sakit punggung merupakan sakit punggung yang terjadi di bagian lumbosakral. Nyeri tersebut biasanya akan bertambah parah dalam intensitasnya pada kehamilan lanjut, karena hal ini memang disebabkan pergeseran dari titik gaya berat dan juga posturnya, perubahan-perubahan ini dihasilkan oleh bobot dari uterus yang membesar. Masalah ini akan bertambah parah jika otot abdomen wanita tersebut longgar atau lemah, otot-otot ini tidak memberikan topangan kepada uterus yang terus membesar.

Penatalaksanaan dalam mengatasi nyeri punggung bagian bawah :

Posisi tubuh yang baik
Gerak tubuh yang tepat untuk mengangkat
Hindari emmbengkokan tubuh, mengangkat secara berlebihan, atau berjalan tanpa periode istirahat
Menggunakan sepatu bertumit rendah/tidak bertumit, karena sepatu bertumit tinggi tidak stabil
Jika masalah menjadi berat, penopang perut eksternal dianjurkan, seperti korset atau penopang perut
Kehangatan (tidak terlalu panas) pada punggung seperti bantal hangat, mandi air hangat
Pemberian es pada punggung
Pijitan/urut punggung
Menggunakan matras yang keras serta tidur menggunakan bantal untuk meluruskan punggung

Perubahan dalam pusat gravitasi yang timbul dari uterus yang membesar dan berat dapat menyebabkan wanita tersebut mengalami posisi dimana bahunya berada jauh ke belakang dan kepalanya dilenturkan ke depan dalam usaha untuk mengimbangi bagian depannya yang berat dan punggung yang melengkung. Posisi tubuh ini dianggap menyebabkan kompresi syaraf pada lengan, yang akan menyebabkan rasa gatal dan mati rasa pada jari-jari. Langkah-langkah peredaan mencakup penjelasan tentang kemungkinan penyebab dan anjurkan untuk mengambil posisi tubuh yang baik. Beberapa wanita memperoleh perbaikan hanya dengan berbaring. Kelemahan dari otot-otot abdominal adalah lebih umum pada wanita yang sudah banyak sekali mengalami kehamilan dan melahirkan, yang tidak melakukan senam dan tidak mendapatkan kembali tonus abdominalnya setelah setiap kali habis melahirkan. Wanita primigravida biasanya memiliki tonus otot yang baik sekali, karena otot-otot mereka sebelumnya belum pernah meregang.

Sakit punggung juga bisa disebabkan oleh pembungkukan yang berlebihan, berjalan terus tanpa istirahat, dan mengangkat barang, terutama jiak semua hal tersebut dilakukan ketika wanita tersebut sedang lelah. Kegiatan semacam itu akan menambah ketegangan pada punggung. Pergerakan tubuh yang benar dalam hal mengangkat benda berat adalah sangat penting untuk menghindari ketegangan otot. Ada dua prinsip yang harus diikuti :

Merunduk dan bukannya membengkokan tubuh untuk mengangkat sesuatu sehingga kaki (paha) dan bukannya punggung yang memikul beban dan merentang
Rentangkan kaki dan letakkan satu kaki agak didepan yang lain ketika merunduk sehingga ada landasan luas bagi keseimbangan ketika berdiri dari posisi merunduk.

MENGURANGI RASA SAKIT SAAT PERSALINAN

Persepsi rasa sakit sangat bervariasi tergantung pada keadaan emosional ibu. Dukungan yang baik selama persalinan dapat menenangkan dan mengurangi rasa sakit. Rasa sakit ini dapat dikurangi dengan mengalihkan perhatian ibu melalui menganjurkan ibu berjalan-jalan atau mengubah posisi yang nyaman sesuai kehendak ibu.

Peran dari pendamping persalinan juga sangat bermanfaat untuk memberikan support persalinan atau pun melakukan massase punggung atau mengusap mukanya diantara kontraksi. Teknik mengurangi rasa sakit juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pernafasan tertentu atau dengan berendam air hangat untuk memberikan efek rileksasi.

Posisi mengatasi gangguan rasa nyaman pada fase 1 laten

Posisi yang nyaman untuk mengatasi rasa sakit pada setiap tahap tidak sama. Cobalah beberapa posisi agar dapat mengikuti proses yang terjadi. Suami atau pendamping persalinan lainnya dapat memberi semangat dan membantu meringankan ketidaknyamanan yang dialami ibu dengan mengurut pinggang belakang serta menenangkan ibu.

Duduk

Duduklah di kursi dengan menghadap ke belakang, kedua kaki dilebarkan. Rebahkan kepala ke sandaran kursi, sementara suami mengurut punggung isteri.

Bersandar tegak

Pada saat kontraksi, bersandarlah pada sesuatu yang dekat seperti dinding, punggung kursi atau tempat tidur. Berlututlah bila perlu dan letakan bantal di lantai untuk menahan lutut. Condongkan panggul ke depan, lalu kembali ke posisi semula.

Bersandar ke depan

Duduk menghadap sandaran kursi dengan kedua kaki mengangkang. Letakkan sebuah bantal di sandaran kursi supaya kepala dan tangan tidak sakit. Selain pada kursi, ibu dapat juga bersandar pada tubuh suami, pintu, meja dan lain-lain.

Berlutut ke depan

Ibu dapat mengatasi rasa sakit dengan berlutut dilantai dengan kaki melebar. Gunakan beberapa bantal besar untuk menopang. Punggung tetap lurus. Setelah itu, duduklah dengan posisi miring diantara kontraksi.

Naikkan pantat dengan kepala tetap diatas bantal akan membantu mengurangi sakit di punggung (karena kepala bayi menekan perut)

Mengatasi sakit punggung

Berlutut dengan bertumpu pada kedua lutut dan lengan, serta punggung lurus dapat mengurangi sakit saat kontraksi. Letakkan bantal dibawah lutut. Saat diantara kontraksi, bersandarlah ke depan atau duduklah bersila.

Miring ke depan

Miringkan panggul beberapa kali ke depan dan belakang diantara kontraksi, lalu beristirahatlah dengan meletakan kepala di lengan. Tekanan kepala bayi pada punggung akan berkurang.

Jangan meneran

Jika pembukaan belum sepenuhnya lengkap, jangan meneran dulu, aturlah posisi seperti bersujud/menungging, tapi kaki diluruskan, dan kepala menghadap ke samping dan diletakkan diatas lengan sambil melakukan pernafasan pendek-pendek.

Mengurut punggung (massase)

Ibu mengurut bagian bawah punggung dengan telapak tangannya, dengan gerakan berputar. Taburkan bedak talk untuk menghindari lecet pada kulit. Selain dapat mengurangi sakit punggung, juga dapat memberikan efek tenang dan tenteram pada ibu. Disini amat besar peran pendamping untuk memberikan perhatian kepada ibu, tidak hanya dalam hal massase tapi juga dalam bentuk kalimat-kalimat yang berisi motivasi kepada ibu.

Teknik mengatur pernafasan

Pernafasan tahap 1

Setiap kali kontraksi, dari awal sampai berakhir, tariklah nafas dalam-dalam dan teratur melalui hidung dan keluarkan melalui mulut. Pada puncak kontraksi, bernafaslah ringan dan pendek-pendek melalui mulut.

Bernafas pendek-pendek yaitu bernafaslah dengan mulut sewaktu kontraksi memuncak, tapi jangan terlalu lama karena dapat mengakibatkan pusing.

Pernafasan saat transisi

Kontraksi akan terjadi selama satu menit dan bisa terasa setiap menit. Agar ibu tidak meneran terlalu awal katakan : “huh-huh, pyuh”, sambil bernafas pendek-pendek. Lalu bernafaslah panjang. Setelah itu bernafaslah perlahan dan teratur.

Mengatur pernafasan dapat dilakukan dengan menarik nafas pendek-pendek untuk mengurangi rasa sakit selama tahap kedua, selain untuk menahan keinginan meneran.

Menolong diri sendiri

Jika kontraksi semakin kuat dan sering, cobalah beberapa posisi yang pernah dicoba sebelumnya. Bila ibu ingin berbaring, lakukan berbaring miring, jangan terlentang. Gunakan beberapa bantal untuk menyangga kepala dan paha.

Menghadapi kontraksi

Bergerak terus diantara kontraksi untuk mengatasi rasa sakit
Pusatkan perhatian pada pernafasan untuk mengalihkan perhatian pada kontraksi
Rileks sewaktu tidak kontraksi untuk menghemat tenaga
Jangan menahan BAK agar kandung kemih tidak penuh saat bayi keluar
Punggung tetap lurus agar bayi tetap di mulut rahim. Kontraksi akan menajdi lebih kuat
Jika terasa sakit, berteriaklah atau menangis. Jangan ditahan atau merasa malu.
Pusatkan perhatian pada suatu objek tertentu untuk mengalihkan perhatian dari rasa sakit.

Suami dapat turut berperan dalam proses persalinan dengan menghibur dan memberi semangat. Bersabarlah, walaupun isteri menjengkelkan pada saat dia sangat menderita. Ingatkan ibu akan latihan teknik pernafasan, usap keningnya yang berkeringat, peluk bahunya, urut punggungnya dan beri minum bila ibu haus.

Bersandar pada suami

Jika ibu masih bisa berjalan pada awal persalinan, berhentilah saat terjadi kontraksi dan bersandarlah pada suami.

Sumber :

lenteraimpian.wordpress.com

Bennet, V. R. & Brown L.K. 1996. Myles. ed 12. London : Chounchil Livingstone

Fenwick, Elisabeth. 1999. Tips Penting Melahirkan. Jakarta : Dian Rakyat

Varney, Helen. 1997. Varney’s Midwifery. Ed. 3. New York : Jones and banthet

Saturday, April 23, 2011

Faktor Individual dalam Pengambilan Keputusan

Sebelumnya telah dikemukakan proses dasar pengambilan keputusan yang dilakukan seseorang dalam pengambilan keputusan. Dalam kenyataannya pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang tidak sistematis seperti proses yang dikemukakan sebelumnya. Keputusan individu dalam organisasi biasanya dilakukan untuk permasalahan-permasalahan yang tidak kompleks. Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian dan kecenderungan dalam pengambilan resiko.

A. Nilai individu pengambil keputusan
Nilai-nilai individu pengambil keputusan merupakan keyakinan dasar yang digunakan seseorang jika ia dihadapkan pada permasalahan dan harus mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses belajar dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam banyak keadaan individu bahkan tidak berfikir untuk menyusun / menilai keburukan dan lebih ditarik oleh kesempatan untuk menang.

B. Kepribadian
Keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti kepribadian. Dua variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional versus obyektivitas. Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu orientasi ideologi tertentu yang berarti keputusan dipengaruhi oleh suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara itu pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan keputusannya pada suatu yang secara politis akan meningkatkan kekuasaannya secara pribadi.

Beberapa pengambil keputusan kadang kala emosionalnya mempengaruhi keputusan yang diambilnya. Emosional tersebut dapat berupa kecenderungan kepribadian seseorang atau emosional yang berasal dari kebutuhan akan perlindungan. Emosional dapat mempengaruhi cara suatu permasalahan dianalisis, jenis informasi dan alternatif yang dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan. Informasi yang obyektif diabaikan, dan keputusan hanya didasarkan pada perasaannya saja. Sementara itu beberapa pengambil keputusan yang lain lebih obyektif, dimana mereka menghindari adanya kekeliruan persepsi tentang permasalahan maupun informasi yang berkaitan dengannya.

C. Kecenderungan terhadap pengambilan resiko
Untuk meningkatkan kecakapan dalam membuat keputusan, perawat haus membedakan situasi ketidakpastian dari situasi resiko, karena keputusan yang berbeda dibutuhkan dalam kedua situasi tersebut. ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan hasil tindakan, sedangkan resiko adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan dan menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki pengetahuan hasil tindakan walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih sulit membuat keputusan dibawah ketidakpastian dibanding dibawah kondisi bahaya. Dibawah ketidakpastian si pengambil keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu strategi atas strategi lainnya.

Dalam mengambil suatu keputusan ada orang yang senang dengan resiko dan ada orang yang tidak senang. Ada juga orang yang dikatakan netral terhadap resiko. Orang yang senang dengan resiko akan berbeda dalam mengevaluasi serangkaian alternatif maupun memilih suatu alternatif dengan mereka yang tidak senang dengan resiko. Dalam keputusan investasi misalnya, orang yang senang dengan resiko akan memilih investasi yang memberikan hasil yang besar sekalipun resikonya juga besar. Sebaliknya, orang yang tidak senang dengan resiko akan memilih alternatif investasi yang resikonya paling kecil sekalipun hasilnya juga rendah.
Neil Niven (2002) menerangkan secara aplikatif bahwa jika suatu keputusan mempunyai resiko yang tinggi, orang akan lebih mungkin mengikuti aturan yang rasional dan matematis. Banyak keputusan yang berhubungan dengan kesehatan pasien mencakup resiko tingkat tinggi dan karenanya mempunyai komponen penggunaan subyektif dan membutuhkan pertimbangan yang cermat.

Wednesday, January 12, 2011

ASKEP TETANUS

TETANUS
A. DefenisiPenyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot rangkaB. EtiologiClostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4 – 0,5 milimikron yang berspora termasuk golongan gram positif dan hidupnya anaerob. Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini (tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu 65 0 C akan hancur dalam lima menit. Disamping itu dikenal pula tetanolysin yang bersifat hemolisis, yang peranannya kurang berarti dalam proses penyakit.C. PatofisiologiPenyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti luka tertusuk paku, pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kototr dan pada bayi dapat melalui tali pusat. Organisme multipel membentuk 2 toksin yaitu tetanuspasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot, dan mempngaruhi sistem saraf pusat. Eksotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem saraf pusat dengan melewati akson neuron atau sistem vaskuler. Kuman ini menjadi terikat pada satu saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Namun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh aritititoksin. Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya toksin adalah pertama toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawah ke korno anterior susunan saraf pusat. Kedua, toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan saraf pusat. Toksin bereaksi pada myoneural junction yang menghasilkan otot-otot menjadi kejang dan mudah sekali terangsang. Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari .D. Gejala klinisTimbulnya gejala klinis biasanya mendadak, didahului dengan ketgangan otot terutama pada rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus) karena spsme otot massater. Kejang otot ini akan berlanjut ke kuduk (opistotonus) dinding perut dan sepanjang tulang belakang. Bila serangan kejang tonik sedang berlangsung serimng tampak risus sardonukus karena spsme otot muka dengan gambaran alsi tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi. Gambaran umum yang khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam ekstrensi lengan kaku dan tangan mengapal biasanya kesadaran tetap baik. Serangan timbul paroksimal, dapat dicetus oleh rangsangan suara, cahaya maupun sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul spontan. Karena kontraksi otot sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak). Kadang dijumpai demam yang ringan dan biasanya pada stadium akhirE. Pemeriksaan diagnostik· Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang· Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/LF. Komplikasi· Bronkopneumoni· Asfiksia dan sianosisG. Pengobatan· Anti Toksin : ATS 500 U IM dilanjutkan dengan dosis harian 500-1000 U· Anti kejang : Diazepam 0,5-1,0 mg/kg BB / 4 jam IM Efek samping stupor, koma· Antibiotik : Pemberian penisilin prokain 1,2 juta U/hariH. PencegahanPencegahan penyakit tetanus meliputi :1. Anak mendapatkan imunisasi DPT diusia 3-11 Bulan2. Ibu hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 X3. Pencegahan terjadinya luka & merawat luka secara adekuat4. Pemberian anti tetanus serumI. Proses Keperawatan1. Pengkajiana. Identitas pasien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medik, rencana terapib. Identitas orang tua:· Ayah : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat.· Ibu : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamatc. Identitas sudara kandung2. Keluhan utama/alasan masuk RS.3. Riwayat Kesehatana. Riwayat kesehatan sekarangb. Riwayat kesehatan masa lalu§ Ante natal care§ Natal§ Post natal carec. Riwayat kesehatan keluarga4. Riwayat imunisasi5. Riwayat tumbuh kembang§ Pertumbuhan fisik§ Perkembangan tiap tahap6. Riwayat Nutrisi§ Pemberin asi§ Susu Formula§ Pemberian makanan tambahan§ Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini7. Riwayat Psikososial8. Riwayat Spiritual9. Reaksi Hospitalisasi§ Pemahaman keluarga tentang sakit yang rawat nginap10. Aktifitas sehari-hari§ Nutrisi§ Cairan§ Eliminasi BAB/BAK§ Istirahat tidur§ Olahraga§ Personal Hygiene§ Aktifitas/mobilitas fisik§ Rekreasi11. Pemeriksaan Fisik§ Keadaan umum klien§ Tanda-tanda vital§ Antropometri§ Sistem pernafasan§ Sistem Cardio Vaskuler§ Sistem Pencernaan§ Sistem Indra§ Sistem muskulo skeletal§ Sistem integumen§ Sistem Endokrin§ Sistem perkemihan§ Sistem reproduksi§ Sistem imun§ Sistem saraf : Fungsi cerebral, fungsi kranial, fungsi motorik, fungsi sensorik, fungsi cerebelum, refleks, iritasi meningen12. Pemeriksaan tingkat perkembangan§ 0 – 6 tahun dengan menggunakan DDST (motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial)§ 6 tahun keatas (perkembangan kognitif, Psikoseksual, Psikososial)13. Tes Diagnostik14. Terapid. Diagnosa Keperawatan♦ Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya sekretsi atau produksi mukus♦ Defisit velume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat♦ Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketegangan dan spasme otot mastikatoris , kesukaran menelan dan membuka mulut♦ Resiko aspirasi berhubungan dengan meningkatknya sekresi, kesukaran menelan, dan spasme otot faring.♦ Resiko injuri berhubungan dengan aktifitas kejang♦ Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan aktifitas tatanuslysin♦ Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang♦ Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan perubahan status kesehatan, penata laksanaan gangguan kejang♦ Cemas berhubungan dengan kemungkinan injuri selama kejang Rencana Keperawatan dan RasionalC Dx. 1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya sekretsi atau produksi mukus.Tujuan : Anak memperlihatkan kepatenan jalan nafas dengan kriteria jalan nafas bersih, tidak ada sekresiIntervensiRasionala. Kaji status pernafasan, frekwensi, irama, setiap 2 – 4 jamb. Lakukan pengisapan lendir dengan hati-hati dan pasti bila ada penumpukan sekretc. Gunakan sudip lidah saat kejangd. Miringkan ke samping untuk drainagee. Observasi oksigen sesuai programf. Pemberian sedativa Diazepam drip 10 Amp (hari pertama dan setiap hari dikurangi 1 amp)g. Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut§ Takipnu, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya sekret§ Menurunkan resiko aspirasi atau aspeksia dan osbtruksi§ Menghindari tergigitnya lidah dan memberi sokongan pernafasan jika diperlukan§ Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang menyumbat jalan nafas§ Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan hipoksia§ Mengurangi rangsangan kejang§ Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan pencegahan hipoksiaC Dx. 2. Defisit velume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuatTujuan : Anak tidak memperlihatkan kekurangan velume cairan yang dengan kriteria:§ Membran mukosa lembab, Turgor kulit baikIntervensiRasional1. Kaji intake dan out put setiap 24 jam2. Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, dan turgor kulit setiap 24 jam3. Berikan dan pertahankan intake oral dan parenteral sesuai indikasi ( infus 12 tts/m, NGT 40 cc/4 jam) dan disesuaikan dengan perkembangan kondisi pasien4. Monitor berat jenis urine dan pengeluarannya5. Pertahankan kepatenan NGT@ Memberikan informasi tentang status cairan /volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian@ Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler@ Mempertahankan kebutuhan cairan tubuh@ Penurunan keluaran urine pekat dan peningkatan berat jenis urine diduga dehidrasi/ peningkatan kebutuhan cairan@ Mempertahankan intake nutrisi untuk kebutuhan tubuhC Dx. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketegangan dan spasme otot mastikatoris , kesukaran menelan dan membuka mulutTujuan : Status nutrisi anak terpenuhi dengan kriteria:@ Berat badan sesuai usia@ makanan 90 % dapat dikonsumsi@ Jenis makanan yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan gizi anak (protein, karbohidrat, lemak dan viotamin seimbangIntervensiRasional1. Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan2. Kaji bising usus bila perlu, dan hati-hati karena sentuhan dapat merangsang kejang3. Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein4. Timbang berat badan sesuai protokol@ Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh@ Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air.@ Suplay Kalori dan protein yang adekuat mempertahankan metabolisme tubuh@ Mengevalusai kefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisiC Dx. 4. Resiko aspirasi berhubungan dengan meningkatknya sekresi, kesukaran menelan, dan spasme otot faring.Tujuan : Tidak terjadi aspirasi dengan kriteria:- Jalan nafas bersih dan tidak ada sekret- Pernafasan teraturIntervensiRasional1. Kaji status pernafasan setiap 2-4 jam2. Lakukan pengisapan lendir dengan hati-hati3. Gunakan sudip lidah saat kejang4. Miringkan ke samping untuk drainage5. Pemberian oksigen 0,5 Liter6. Pemberian sedativa sesuai program7. Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut@ Takipnu, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya sekret@ Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi@ Menghindari tergigitnya lidah dan memberi sokongan pernafasan jika diperlukan@ Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang menyumbat jalan nafas@ Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan hipoksia@ Mengurangi rangsangan kejang@ Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan pencegahan hipoksiaC Dx. 5. Resiko injuri berhubungan dengan aktifitas kejangTujuan : Cedera tidak terjadi dengan kriteriaC Klien tidak ada cederaC Tidur dengan tempat tidur yang terpasang pengamanIntervensiRasional1. Identifikasi dan hindari faktor pencetus2. Tempatkan pasien pada tempat tidur pada pasien yang memakai pengaman3. Sediakan disamping tempat tidur tongue spatel4. Lindungi pasien pada saat kejang5. Catat penyebab mulai terjadinya kejang@ Menghindari kemungkinan terjadinya cedera akibat dari stimulus kejang@ Menurunkan kemungkinan adanya trauma jika terjadi kejang@ Antisipasi dini pertolongan kejang akan mengurangi resiko yang dapat memperberat kondisi klien@ Mencegah terjadinya benturan/trauma yang memungkinkan terjadinya cedera fisik@ Pendokumentasian yang akurat, memudah-kan pengontrolan dan identifikasi kejangC Dx. 6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tetanus lysin , pembatasan aktifitas (immobilisasi)Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit, dengan kriteria :C Tidak ada kemerahan , lesi dan edemaIntervensiRasional1. Observai adanya kemerahan pada kulit2. Rubah posisi secara teratur3. Anjurkan kepada orang tua pasien untuk memakaikan katun yang longgar4. Pantau masukan cairan, hidrasi kulit dan membran mukosa5. Pertahankan hygiene kulit dengan mengeringkan dan melakukan masagge dengan lotion@ Kemerahan menandakan adanya area sirkulasi yang buruk dan kerusakan yang dapat menimbulkan dikubitus@ Mengurangi stres pada titik tekanan sehingga meningkatkan aliran darah ke jaringan yang mempercepat proses kesembuhan@ Mencegah iritasi kulti secara langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit@ Mendeteksi adanya dehidrasi/overhidrasi yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan@ Mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi dan masagge dapat meningkatkan sirkulasi kulit@ Dx. 7. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejangTujuan : Kebutuhan aktifitas sehari-hari/perawatan diri terpenuhi, dengan kriteria@ Tempat tidur bersih,Tubuh anak bersih,Tidak ada iritasi pada kulit, BAB/BAK dapat dibantu.IntervensiRasional1. Pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari2. Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan aktifitas , BAB/BAK, membersihkan tempat tidur dan kebersihan diri3. Berikan makanan perparenteral4. Libatkan orang tua dalam perawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.C Kebutuhan sehari-hari terpenuhi secara adekuat dapat membantu proses kesembuhanC Memenuhi kebutuhan nutrisi klienC Orang tua mandiri dalam merawat anak di rumah sakitC Dx. 8. Cemas berhubungan dengan kemungkinan injuri selama kejang Tujuan : Orang tua menunjukan rasa cemas berkurang dan dapat mengekspresikan perasaan tentang kondisi anak yang dialami, dengan kriteria : Orang tua klien tidak cemas dan gelisah.IntervensiRasional1. Jelaskan tentang aktifitas kejang yang terjadi pada anak2. Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan perasaannya tentang kondisi anaknya3. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan4. Gunakan komunikasi dan sentuhan terapetikC Pengetahuan tentang aktifitas kejang yang memadai dapat mengurangi kecemasanC Ekspresi/ eksploitasi perasaan orang tua secara verbal dapat membantu mengetahui tingkat kecemasanC Pengetahuan tentang prosedur tindakan akan membantu menurunkan / menghilangkan kecemasanC Memberikan ketenangan dan memenuhi rasa kenyamanan bagi keluarga

Askep Kejang Demam

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996).
Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan demam (Walley and Wong’s edisi III,1996).
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Kejang Demam (Febrile Convulsion) adalah kejang pada bayi atau anak-anak yang terjadi akibat demam, tanpa adanya infeksi pada susunan saraf pusat maupun kelainan saraf lainnya. (www.medicastore.com)
Seorang anak yang mengalami kejang demam, tidak berarti dia menderita epilepsi karena epilepsi ditandai dengan kejang berulang yang tidak dipicu oleh adanya demam.
Hampir sebanyak 1 dari setiap 25 anak pernah mengalami kejang demam dan lebih dari sepertiga dari anak-anak tersebut mengalaminya lebih dari 1 kali.Kejang demam biasanya terjadi pada anak-anak yang berusia antara 6 bulan-5 tahun dan jarang terjadi sebelum usia 6 bulan maupun sesudah 3 tahun.
2. Patofisiologi
a. Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak diketahui etiologinya).
1) Intrakranial
Asfiksia : Ensefolopati hipoksik - iskemik
Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra ventrikular
Infeksi : Bakteri, virus, parasit
Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge, Sindrom Smith - Lemli - Opitz.
2) Ekstra kranial
Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan elektrolit (Na dan K)
Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.
Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino, ketergantungan dan kekurangan produksi kernikterus.
3) Idiopatik
Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fits)
b. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu adalah oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan keotak melalui system kardiovaskuler.
Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida.
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+ rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut potensial nmembran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K, ATP yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea, NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.
c. Manifestasi Klinis
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat : misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkhitis, serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik.
Kejang berhenti sendiri, menghadapi pasien dengan kejang demam, mungkin timbul pertanyaan sifat kejang/gejala yang manakah yang mengakibatkan anak menderita epilepsy.
untuk itu livingston membuat kriteria dan membagi kejang demam menjadi 2 golongan yaitu :
1. Kejang demam sederhana (simple fibrile convulsion)
2. Epilepsi yang di provokasi oleh demam epilepsi trigered off fever
Disub bagian anak FKUI, RSCM Jakarta, Kriteria Livingstone tersebut setelah dimanifestasikan di pakai sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu :
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum,Frekuensi kejang bangkitan dalam 1th tidak > 4 kali
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan.
3. Klasifikasi Kejang Demam
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang tonik dan kejang mioklonik.
a. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus
b. Kejang Klonik
kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit.

Askep Kejang Demam

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996).
Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan demam (Walley and Wong’s edisi III,1996).
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Kejang Demam (Febrile Convulsion) adalah kejang pada bayi atau anak-anak yang terjadi akibat demam, tanpa adanya infeksi pada susunan saraf pusat maupun kelainan saraf lainnya. (www.medicastore.com)
Seorang anak yang mengalami kejang demam, tidak berarti dia menderita epilepsi karena epilepsi ditandai dengan kejang berulang yang tidak dipicu oleh adanya demam.
Hampir sebanyak 1 dari setiap 25 anak pernah mengalami kejang demam dan lebih dari sepertiga dari anak-anak tersebut mengalaminya lebih dari 1 kali.Kejang demam biasanya terjadi pada anak-anak yang berusia antara 6 bulan-5 tahun dan jarang terjadi sebelum usia 6 bulan maupun sesudah 3 tahun.
2. Patofisiologi
a. Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak diketahui etiologinya).
1) Intrakranial
Asfiksia : Ensefolopati hipoksik - iskemik
Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra ventrikular
Infeksi : Bakteri, virus, parasit
Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge, Sindrom Smith - Lemli - Opitz.
2) Ekstra kranial
Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan elektrolit (Na dan K)
Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.
Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino, ketergantungan dan kekurangan produksi kernikterus.
3) Idiopatik
Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fits)
b. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu adalah oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan keotak melalui system kardiovaskuler.
Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida.
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+ rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut potensial nmembran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K, ATP yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea, NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.
c. Manifestasi Klinis
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat : misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkhitis, serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik.
Kejang berhenti sendiri, menghadapi pasien dengan kejang demam, mungkin timbul pertanyaan sifat kejang/gejala yang manakah yang mengakibatkan anak menderita epilepsy.
untuk itu livingston membuat kriteria dan membagi kejang demam menjadi 2 golongan yaitu :
1. Kejang demam sederhana (simple fibrile convulsion)
2. Epilepsi yang di provokasi oleh demam epilepsi trigered off fever
Disub bagian anak FKUI, RSCM Jakarta, Kriteria Livingstone tersebut setelah dimanifestasikan di pakai sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu :
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum,Frekuensi kejang bangkitan dalam 1th tidak > 4 kali
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan.
3. Klasifikasi Kejang Demam
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang tonik dan kejang mioklonik.
a. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus
b. Kejang Klonik
kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit.