Wednesday, June 1, 2016

Askep Sinusitis

Askep KMB A. Pengertian Sinusitis adalah merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus. B. Etiologi Rinogen Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) yang disebabkan oleh : Rinitis Akut (influenza) Polip, septum deviasi Dentogen Penjalaran infeksi dari gigi geraham atas Penyebabnya adalah kuman : Streptococcus pneumoniae Hamophilus influenza Steptococcus viridans Staphylococcus aureus Branchamella catarhatis C. Tanda dan Gejala Febris, pilek kental, berbau, bisa bercampur darah Nyeri pada : Pipi : biasanya unilateral Kepala : biasanya homolateral, terutama pada sorehari Gigi (geraham atas) homolateral. Hidung : buntu homolateral Suara bindeng D. Pemeriksaan Penunjang Rinoskopi anterior : Mukosa merah Mukosa bengkak Mukopus di meatus medius Rinoskopi postorior Mukopus nasofaring Nyeri tekan pipi yang sakit Transiluminasi : kesuraman pada ssisi yang sakit X Foto sinus paranasalis Kesuraman Gambaran “airfluidlevel” Penebalan mukosa E. Penatalaksanaan Drainage Medical : Dekongestan lokal : efedrin 1%(dewasa) ½%(anak) Dekongestan oral :Psedo efedrin 3 X 60 mg Surgikal : irigasi sinus maksilaris. Antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk akut) yaitu : Ampisilin 4 x 500 mg Amoksilin 3 x 500 mg Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet Diksisiklin 100 mg/hari Simtomatik Prasetamol, metampiron 3 x 500 mg. Untuk kronis adalah : Cabut geraham atas bila penyebab dentogen Irigasi 1 x setiap minggu (10-20) Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi) Download Askep Sinusitis di sini dan di sini Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Sinusitis A. Pengkajian Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,, Riwayat Penyakit sekarang : penderita mengeluah hidung tersumbat,kepala pusing, badan terasa panas, bicara bendeng. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan. Riwayat penyakit dahulu : Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma Pernah mempunyai riwayat penyakit THT Pernah menedrita sakit gigi geraham Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang. Riwayat spikososial Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih) Interpersonal : hubungan dengan orang lain. Pola fungsi kesehatan Pola persepsi dan tata laksanahidup sehat Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping. Pola nutrisi dan metabolisme Biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung Pola istirahat dan tidur Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek Pola Persepsi dan konsep diri Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun Pola sensorik Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen). Pemeriksaan fisik status kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal, kesadaran. Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosa merah dan bengkak). B. Diagnosa Keperawatan Nyeri : kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis(irigasi sinus/operasi) Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu., nyeri sekunder peradangan hidung Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus Gangguan konsep diri berhubungan dengan bau pernafasan dan pilek C. Intervensi Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang Kriteria hasil : Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang Klien tidak menyeringai kesakitan. Intervensi : Kaji tingkat nyeri klien R/: Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya R/: Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi R/: Klien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien R/: Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien. Kolaborasi dengan tim medis : Terapi konservatif : Obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung Drainase sinus Pembedahan : Irigasi Antral : Untuk sinusitis maksilaris Operasi Cadwell Luc R/: Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi) Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang Kriteria hasil: Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya. Intervensi : Kaji tingkat kecemasan klien R/: Menentukan tindakan selanjutnya Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien : Temani klien Perlihatkan rasa empati(datang dengan menyentuh klien) R/: Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti R/: Meingkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya : Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan R/: Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien. Observasi tanda-tanda vital R/: Mengetahui perkembangan klien secara dini. Bila perlu, kolaborasi dengan tim medis R/: Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung) sekunder dari peradangan sinus Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret (seous, purulen) dikeluarkan Kriteria hasil : Klien tidak bernafas lagi melalui mulut Jalan nafas kembali normal terutama hidung Intervensi : Kaji penumpukan secret yang ada R/: Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya Observasi tanda-tanda vital R/: Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi Koaborasi dengan tim medis untuk pembersihan sekret R/: Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret/masalah DAFTAR PUSTAKA Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000 Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman diagnosis dan Terapi Rumah sakit Umum Daerah dr Soetom FK Unair, Surabaya Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta

Cara Cepat Hamil

Setiap pasangan yang baru menikah umumnya menginginkan bagaimana supaya cepat hamil. Ada juga yang pengen cepat hamil agar bayinya bisa lahir sesuai dengan waktu yang di rencanakan misalnya tanggal yang cantik, supaya bersamaan bulan dan atau tanggal lahir (tentunya dengan cesar) dan berbagai alasan lainnya. Berikut ini ada cara-cara yang dapat dilakukan agar bisa cepat hamil.

 1. Tentukan dan pastikan kapan terjadinya ovulasi
 Inilah rahasia terbesar cara cepat hamil yang utama. Karena setiap bulannya wanita hanya berteluir sekali saja dan memiliki batas waktu, dimana sel telur akan mati jika tidak dibuahi. Terdapat berbagai cara untuk mendeteksi adanya ovulasi. Kalau ingin cepat hamil, dianjurkan memakai kit prediksi ovulasi dengan mengukur kadar hormon LH dalam air seni. Cara dengan sistem kalender sering tidak akurat.

 2. Lakukan hubungan seksual di saat yang tepat
 Setelah ovulasi sudah bisa ditentukan, maka lakukan hubungan seks disaat yang paling subur yaitu 3 hari sebelum ovulasi dan saat hari ovulasi. Pastikan juga pasangan sudah mengeluarkan sperma 4 hari sebelum ovulasi, agar dihasilkan sperma yang baik(tidak banyak yang mati).

 3. Lakukan hubungan seksual dengan posisi yang baik
 Posisi yang dianjurkan agar cepat hamil adalah wanita di bawah (missionary). setelah melakukan hubungan, dianjurkan untuk tetap di posisi berbaring setidaknya 15 menit. Karena dalam satu penelitian pada inseminasi buatan, dengan diam 15 menit-an, angka untuk jadi hamil meningkat menjadi 50%. Lagian kan gak ada susahnya untuk tetap berada di posisi berbaring beberapa saat setelah berhubungan.

 4. Lakukan hubungan sex dengan relax dan enjoy
 Karena desakan agar segera hamil, maka aktifitas sex tidak bisa lagi dinikmati dan dilakukan dengan rasa gelisah. Kelenjar hypothalamus di otak yang mengatur ovulasi, tidak akan bekerja secara normal jika dalam kondisi stress.

 5. Menjaga kualitas sperma
 Sperma akan memiliki kesempatan yang lebih bagus untuk membuahi jika spermanya sehat, kuat dan banyak. Berikut ini upaya yang dapat dilakukan agar bisa mendapatkan kondisi seperti diatas : hindari alkohol dan merokok. Makan makanan yang mengandung Zinc, asam folat, calcium vitamin C dan D. Hindari hal-hal yang mengganggu produksi sperma seperti sauna, berendam panas dll

 6. Persiapakan tubuh untuk menerima kehamilan
 Berhenti merokok, minum alkohol serta obat2an (narkoba). Periksa kesehatan apakah ada penyakit yang bisa mempengaruhi kesuburan dan kehamilan.

Apakah saya hamil ?

Jika kamu seorang wanita dan melakukan hubungan seks tanpa proteksi (tanpa kontrasepsi) kamu bisa saja hamil. Kehamilan sangat mungkin terjadi jika melakukan hubungan seks. Banyak rumor tentang kapan dan dimana kamu bisa hamil. Berikut ini penjelasan singkatnya, Jangan dengarkan omongan orang yang gak jelas, karena justru akan membuat kamu bingung.


Hal yang benar adalah, kehamilan bisa terjadi walaupun :

  • Baru pertama kali berhubungan seks
  • Kapan saja bisa terjadi, termasuk berhubungan saat haid
  • Bahkan "tembak di luar" pun masih ada kemungkinan
  • Bahkan saat haid tidak datang melakukan hubungan seks
  • Mau posisi apapun juga, termasuk posisi berdiri
  • Segera berdiri , melompat juga setelah berhubungan tidak bisa mencegah
  • Tidak orgasme


 Apa tanda2 hamil ?
 Tanda pertama hamil adalah tidak datang bulan/terlambat bulan. Gejala lain kehamilan berupa : nyeri payudara, mual muntah, rasa letih dan sering pipis. Selanjutnya lakukan tes kehamilan. Test ini bisa dibeli bebas di Indonesia

 Kapan tes kehamilan dapat dilakukan ?
 Test dapat dilakukan saat hari haid seharusnya datang. Jika tidak pasti kapan haid, maka lakukan tes 21 hari setelah melakukan hubungan seks tanpa perlindungan (kontrasepsi). Tes di katakan positif jika terdapat 2 garis merah pada tes strip.

Disfungsi Simfisis Pubis (SPD=Symhysis Pubis Dysfunction)

Simfisis Pubis Disfungsi adalah nyeri panggul yang kuat sehingga penderita jadi susah untuk berjalan naik tangga, serta gerakan-gerakan lainnya yang mempergunakan tulang-tulang panggul. Simfisis pubis (KLIK TUK LIHAT) adalah pertemuan antara tulang pinggul kiri dan kanan di bagian depan tubuh tepat di atas kemaluan (pubis).
Angka kejadiannya sekitar 35%. Nyeri ini terjadi akibat terpisahnya (separasi) simfisis pubis.  Area di simfisis pubis sebetulnya terdiri dari tulang rawan. Selama kehamilan hormon seperti relaxin melembutkan tulang rawan ini supaya rongga panggul menjadi lebih fleksibel buat persalinan. Pada beberapa wanita terjadi peregangan yang berlebih, sehingga daerah ini menjadi nyeri.

Pada sebagian wanita, nyeri ini sudah mulai dirasakan di awal-awal kehamilan sementara yang lainnya mengalaminya saat bersalin atau bahkan setelah persalinan (masa nifas).  Yang pernah mengalami di kehamilan sebelumnya tidak harus selalu muncul di kehamilan berikutnya.

Nyeri SPD bisa dirasakan saat di sentuh di bagian depan panggul. Nyeri juga bisa dirasakan pada perut bagian bawah, pinggul, paha dalam dan ari-ari. Nyeri semakin terasa jika dibawa berjalan, menaiki tangga, mengangkat kaki atau gerakan-gerakan lain yang mempergunakan panggul. Kadang terdengar juga bunyi clicking.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa USG jika masih dalam kondisi hamil. Rontgen dan x-ray panggul / scanning MRI.

Pengobatan bisa diberikan penghilang rasa sakit (analgetik) serta di lakukan fisioterapi. Oleh fisoterapis bisa dilakukan terapi dengan alat TENS (Transutaneous Electronic Nerve Stimulation) guna menghilangkan sakitnya. Tali pinggang pendukung (support belts) juga dapat di pakai. Pengobatan tambahan lainnya juga bisa dilakukan jika memang ada seperti : akupunktur, pijat refleksi, aromaterapi, herbal dan lain lain. Yang semuanya bertujuan meminimalisir nyeri. SPD tidak bisa di cegah. Kondisi ini akan membaik setelah persalinan. Selama hamil diusahakan untuk mengurangi/menghindari gerakan panggul.

Persalinan pervaginam masih bisa dilakukan. Posisi terbaik untuk melahirkan adalah "all-fours" (berlutut dengan tangan) atau posisi menyamping (side-lying). Kaki tidak boleh di buka lebar. Karena posisi ini akan memperburuk nyerinya. Jika nyeri menjadi berat, dapat dilakukan tindakan pembiusan yang sekaligus pembiusan persalinan (anestesi regional)

Laminaria

Laminaria
Laminaria berasal dari batang Laminaria Japonica dan Laminaria digitate. Laminaria adalah rumput laut yang banyak tumbuh dan dibudidayakan di Korea, Cina, dan Jepang. Hal ini sudah tercatat dalam literatur Cina kuno sejak lebih dari 1000 tahun yang lalu. Selama 100 tahun terakhir Laminaria telah digunakan di Amerika Serikat. Panjangnya lebih kurang 6-7 cm dan diamternya 2 - 3 mm. Laminaria dikemas dan disterilkan menggunakan radiasi gamma.

Laminaria digunakan untuk membuka leher rahim guna evakuasi kehamilan misalnya pada BO atau janin mati. Laminaria bekerja secara hidroskopik yaitu menyerap air dari leher rahim, lalu mengembang secara perlahan2 membuka leher rahim. Laminaria juga merangsang pembentukan dan pelepasan prostaglandin yang menyebabkan perubahan lokal di leher rahim berupa pematangan leher rahim(lunak dan melebar) sehingga lebih mudah didilatasi dengan alat (dilatator) agar evakuasi isi rahim lebih mudah.

Jika tindakan evakuasi di paksa (hanya dengan dilatasi saja) maka risiko cidera pada leher rahim besar berupa robekan leher rahim, kerusakan pada otot-otot leher rahim , inkompetensi leher rahim (terjadi keguguran dini karena leher rahim tidak mampu menahan kehamilan), rahim perforasi (tembus/berlubang), cedera usus, perdarahan, atau kematian ibu. Tingkat komplikasi berkurang sebesar 20 sampai 40% dengan menggunakan Laminaria. Laminaria dimasukkan ke dalam leher rahim, bisa 1 saja atau bahkan sampai 6 batang pada kehamilan awal trimester 2.

Laminaria dibiarkan selama 3-24 jam. Semakin besar usia kehamilan, maka semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk proses pematangan leher rahim. Pasien bisa tetap bekerja di kantor tiga sampai empat jam sebelum dilakukan prosedur evakuasi isi rahim. Atau boleh pulang baru datang pada keesokan harinya untuk dilakukan evakuasi isi rahim.

Komplikasi pemasangan laminaria yang dapat terjadi berupa sulit melepaskan, masuk kedalam rahim, impactment (terjebak di dalam) di leher rahim, putus dari ujung ke ujung. Komplikasi2 ini jarang terjadi jika Laminaria dipasang secara benar dan hati-hati ditempatkan langsung di dalam leher rahim. Komplikasi lain termasuk kram pada saat pemasangan. Ada beberapa kasus yang dilaporkan terjadi reaksi alergi terhadap laminaria (anafilaksis) dan infeksi.

Tuesday, May 31, 2016

PERSIAPAN KURETASE DAN PERAWATAN SETELAH KURETASE

Pengertian Kuretase
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan).
Kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrument (sendok kuret) ke dalam kavum uteri.
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus. Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi.

Kuret adalah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam rahim. Jaringan itu sendiri bisa berupa tumor, selaput rahim, atau janin yang dinyatakan tidak berkembang maupun sudah meninggal. Dengan alasan medis, tidak ada cara lain jaringan semacam itu harus dikeluarkan. ( Dr. H. Taufik Jamaan, Sp.OG )

Sebuah kuret adalah alat bedah yang dirancang untuk mengorek jaringan biologis atau puing di sebuah biopsi, eksisi, atau prosedur pembersihan. (Michelson, 1988).


2. Tujuan Kuretase
Menurut ginekolog dari Morula Fertility Clinic, RS Bunda, Jakarta, tujuan kuret ada dua yaitu:

b. Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh dokter untuk membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-benda atau jaringan yang tidak diharapkan.
c. Penegakan diagnosis. Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat pada rahim, apakah sejenis tumor atau gangguan lain. Meski tujuannya berbeda, tindakan yang dilakukan pada dasarnya sama saja. Begitu juga persiapan yang harus dilakukan pasien sebelum menjalani kuret.

Persiapan Sebelum Kuretase

· Konseling pra tindakan :
1) Memberi informed consent
2) Menjelaskan pada klien tentang penyakit yang diderita
3) Menerangkan kepada pasien tentang tindakan kuretase yang akan dilakukan:
garis besar prosedur tindakan, tujuan dan manfaat tindakan

4) memeriksa keadaan umum pasien, bila memungkinkan pasien dipuasakan.
· Pemeriksaan sebelum curretage
1. USG (ultrasonografi)

2. Mengukur tensi dan Hb darah

3. Memeriksa sistim pernafasan

4. Mengatasi perdarahan

5. Memastikan pasien dalam kondisi sehat dan fit


· Persiapan tindakan
1) menyiapkan pasien
· mengosongkan kandung kemih
· membersihkan genetalia eksterna
· membantu pasien naik ke meja ginek
· Lakukanlah pemeriksaan umum : Tekanan Darah, Nadi, Keadaan Jantung, dan Paru – paru dan sebagainya.
· Pasanglah infuse cairan sebagai profilaksis
· Pada umumnya diperlukan anestesi infiltrasi local atau umum secara IV dengan ketalar.
· Sebelum masuk ke ruang operasi, terlebih dahulu pasien harus dipersiapkan dari ruangan
· Puasa: Saat akan menjalani kuretase, dilakukan puasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal.
· Cek adanya perdarahan
Dokter akan melakukan cek darah untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan perdarahan atau tidak. Jika ada indikasi gangguan perdarahan, kuret akan ditunda sampai masalah perdarahan teratasi. Namun tak menutup kemungkinan kuret segera dilakukan untuk kebaikan pasien. Biasanya akan dibentuk tim dokter sesuai dengan keahlian masing-masing, dokter kandungan, dokter bedah, dokter hematologi, yang saling berkoordinasi. Koordinasi ini akan dilakukan saat pelaksanaan kuret, pascakuret, dan sampai pasien sembuh.

· Persiapan psikologis
Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani kuret. Ada yang bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia kapok untuk mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang biasa-biasa saja. Sebenarnya, seperti halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat individual. Sebab, segi psikis sangat berperan dalam menentukan hal ini. Bila ibu sudah ketakutan bahkan syok lebih dulu sebelum kuret, maka munculnya rasa sakit sangat mungkin terjadi. Sebab rasa takut akan menambah kuat rasa sakit. Bila ketakutannya begitu luar biasa, maka obat bius yang diberikan bisa tidak mempan karena secara psikis rasa takutnya sudah bekerja lebih dahulu. Walhasil, dokter akan menambah dosisnya.

Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa mengatasi rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik. Meskipun obat bius yang diberikan kecil sudah bisa bekerja dengan baik. Untuk itu sebaiknya sebelum menjalani kuret ibu harus mempersiapkan psikisnya dahulu supaya kuret dapat berjalan dengan baik. Persiapan psikis bisa dengan berusaha menenangkan diri untuk mengatasi rasa takut, pahami bahwa kuret adalah jalan yang terbaik untuk mengatasi masalah yang ada. Sangat baik bila ibu meminta bantuan kepada orang terdekat seperti suami, orangtua, sahabat, dan lainnya. Bila diperlukan, gunakan jasa psikolog apabila ibu tak yakin dapat mengatasi masalah ini sendirian.

· Mengganti baju pasien dengan baju operasi
· Memakaikan baju operasi kepada pasien dan gelang sebagai identitas
· Pasien dibawa ke ruang operasi yang telah ditentukan
· Mengatur posisi pasien sesuai dengan jenis tindakan yang akan dilakukan, kemudian pasien dibius dengan anesthesi narkose
· Setelah pasien tertidur, segera pasang alat bantu napas dan monitor EKG
· Bebaskan area yang akan dikuret

2) Persiapan petugas
a) mencuci tangan dengan sabun antiseptic
b) baik dokter maupun perawat instrumen melakukan cuci tangan steril
c) memakai perlengkapan : baju operasi, masker dan handscoen steril
d) Perawat instrumen memastikan kembali kelengkapan alat-alat yang akan digunakan dalamtindakan kuret
e) Alat disusun di atas meja mayo sesuai dengan urutan

3) Persiapan alat dan obat :
a) Alat tenun, terdiri dari :
· baju operasi
· laken
· doek kecil
· sarung meja mayo

b) Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia alam bak alat dalam keadaan aseptic berisi :
· Speculum dua buah (Spekullum cocor bebek (1) dan SIMS/L (2) ukuran S/M/L) speculum 2 Buah.
· Sonde (penduga) uterus:
1) untuk mengukur kedalaman rahim
2) untuk mengetahui lebarnya lubang vagina
· Cunam muzeus atau Cunam porsio
· Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar
· Bermacam – macam ukuran sendok kerokan (kuret 1 SET)
· Cunam tampon (1 buah)
· Pinset dan klem
· Kain steril, dan sarung tangan dua pasang.
· Menyiapkan alat kuret AVM
· Ranjang ginekologi dengan penopang kaki
· Meja dorong / meja instrument
· Wadah instrumen khusus ( untuk prosedur AVM )
· AVM Kit (tabung, adaptor, dan kanula)
· Tenakulum (1 buah)
· Klem ovum/fenster (2 buah)
· Mangkok logam
· Dilagator/ busi hegar (1 set)
· Lampu sorot
· Kain atas bokong dan penutup perut bawah
· Larutan anti septik (klorheksidin, povidon iodin, lkohol)
· Tensimeter dan stetoskop
· Sarung tangan DTT dan alas kaki
· Set infus
· Abocatt
· Cairan infus
· Wings
· Kateter Karet 1 buah
· Spuit 3 cc dan 5 cc

2. Obat-obatan :
· Analgetik ( petidin 1-2 mg/Kg BB
Indikasi

Nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah

Kontra indikasi

Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala

Efek samping

Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan Sediaan Petidin (generik) injeksi 50 mg/ml, tabl 50 mg


· Ketamin HCL 0.5 ml/ Kg BB
Ketamine (Ketalar or Ketaject) merupakan arylcyclohexylamine yang memiliki struktur mirip dengan phencyclidine. 11 Ketamin pertama kali disintesis tahun 1962, dimana awalnya obat ini disintesis untuk menggantikan obat anestetik yang lama (phencyclidine) yang lebih sering menyebabkan halusinasi dan kejang. Obat ini pertama kali diberikan pada tentara amerika selama perang Vietnam. Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil sikloheksilamin, merupakan “rapid acting non barbiturate general anesthesia”. Ketalar sebagai nama dagang yang pertama kali diperkenalkan oleh Domino dan Carson tahun 1965 yang digunakan sebagai anestesi umum. Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering menimbulkan takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anasthesi dapat menimbulkan muntah – muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk. Ketamin juga sering menebabkan terjadinya disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi dan mimpi gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut dengan emergence phenomena.

Mekanisme kerja

Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa blok terhadap reseptor opiat dalam otak dan medulla spinalis yang memberikan efek analgesik, sedangkan interaksi terhadap reseptor metilaspartat dapat menyebakan anastesi umum dan juga efek analgesik.

Efek farmakologis

Efek pada susunan saraf pusat

Apabila diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien akan mengalami perubahan tingkat kesadaran yang disertai tanda khas pada mata berupa kelopak mata terbuka spontan dan nistagmus. Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan yang tidak disadari, seperti gerakan mengunyah, menelan, tremor dan kejang. Apabila diberikan secara intramuskular, efeknya akan tampak dalam 5-8 menit, sering mengakibatkan mimpi buruk dan halusinasi pada periode pemulihan sehingga pasien mengalami agitasi. Aliran darah ke otak meningkat, menimbulkan peningkatan tekanan darah intrakranial.

Efek pada mata

Menimbulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka spontan, terjadi peningkatan tekanan intraokuler akibat peningkatan aliran darah pada pleksus koroidalis.

Efek pada sistem kardiovaskular.

Ketamin adalah obat anestesia yang bersifat simpatomimetik, sehingga bisa meningkatkan tekanan darah dan jantung. Peningkatan tekanan darah akibat efek inotropik positif dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.

Efek pada sistem respirasi

Pada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem respirasi. dapat menimbulkan dilatasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, sehingga merupakan obat pilihan pada pasien ashma.

Dosis dan pemberian

Ketamin merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular apabila akses pembuluh darah sulit didapat contohnya pada anak – anak. Ketamin bersifat larut air sehingga dapat diberikan secara I.V atau I.M. dosis induksi adalah 1 – 2 mg/KgBB secara I.V atau 5 – 10 mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB dan harus dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Untuk pemeliharaan dapat diberikan secara intermitten atau kontinyu. Emberian secara intermitten diulang setiap 10 – 15 menitdengan dosis setengah dari dosis awal sampai operasi selesai.

Efek samping

Dapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur pada mulut,selain itu dapat menimbulkan agitasi dan perasaan lelah , halusinasi dan mimpi buruk juga terjadi pasca operasi, pada otot dapat menimbulkan efek mioklonus pada otot rangka selain itu ketamin juga dapat meningkatkan tekanan intracranial. Pada mata dapat menyebabkan terjadinya nistagmus dan diplopia.

Kontra indikasi

Mengingat efek farmakodinamiknya yang relative kompleks seperti yang telah disebutkan diatas, maka penggunaannya terbatas pada pasien normal saja. Pada pasien yang menderita penyakit sistemik penggunaanya harus dipertimbangkan seperti tekanan intrakranial yang meningkat, misalnya pada trauma kepala, tumor otak dan operasi intrakranial, tekanan intraokuler meningkat, misalnya pada penyakit glaukoma dan pada operasi intraokuler. Pasien yang menderita penyakit sistemik yang sensitif terhadap obat – obat simpatomimetik, seperti ; hipertensi tirotoksikosis, Diabetes militus , PJK dll.

· Tramadol 1-2 mg/ BB
Indikasi

Nyeri sedang sampai berat

Kontra indikasi

Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala

Efek samping

Mual, muntah, konstpasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan keracunan dan dapat menyebabkan kematian. Sediaan Tramadol (generik) injeksi 50 mg/ml, tablet 50 mg


· Sedativa ( diazepam 10 mg)
Indikasi

Pemakaian jangka pendek pada ansietas atau insomnia, tambahan pada putus alkohol akut, status epileptikus, kejang demam, spasme otot.

Cara Pemberian

Injeksi i.m atau injeksi i.v lambat : (kedalam vena besar dengan kecepatan tidak lebih dari 5 mg/menit)untuk ansietas akut berat, pengendalian serangan panik akut, penghentian alkohol akut, 10 mg, jika perlu ulangi setelah 4 jam.Catatan : Rute i.m hanya digunakan jika rute oral dan i.v tidak mungkin diberikan.

Kontraindikasi

Depresi pernafasan, gangguan hati berat, miastenia gravis, insufisiensi pulmoner akut, glaukoma sudut sempit akut, serangan asma akut, trimester pertama kehamilan, bayi prematur; tidak boleh digunakan sebagai terapi tunggal pada depresi atau ansietas yang disertai dengan depresi.

Efek Samping

Efek samping pada susunan saraf pusat : rasa lelah, ataksia, rasa malas, vertigo, sakit kepala, mimpi buruk dan efek amnesia. Efek lain : gangguan pada saluran pencernaan, konstipasi, nafsu makan berubah, anoreksia, penurunan atau kenaikan berat badan, mulut kering, salivasi, sekresi bronkial atau rasa pahit pada mulut.


· Atropine sulfas 0.25- 0.50 mg/ml
Indikasi

Spasme/kejang pada kandung empedu, kandung kemih dan usus, keracunan fosfor organik.

Kontraindikasi

Glaukoma sudut tertutup, obstruksi/sumbatan saluran pencernaan dan saluran kemih, atoni (tidak adanya ketegangan atau kekuatan otot) saluran pencernaan, ileus paralitikum, asma, miastenia gravis, kolitis ulserativa, hernia hiatal, penyakit hati dan ginjal yang serius.

Dosis : 0.25- 0.50 mg/ml

· Oksigen dan regulator
Pemberian oksigen dilakukan setelah post operasi pasien diberikan oksigen 2 liter/menit melalui nasal kanule dan tetap observasi keadaan pasien sampai dipindahkan ke ruangan perawatan.


3. Perawatan Setelah Kuretase
Perawatan usai kuretase pada umumnya sama dengan operasi-operasi lain. Harus menjaga bekas operasinya dengan baik, tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat, tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu sampai keluhannya benar-benar hilang, dan meminum obat secara teratur. Obat yang diberikan biasanya adalah antibiotik dan penghilang rasa sakit. Jika ternyata muncul keluhan, sakit yang terus berkepanjangan atau muncul perdarahan, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Mungkin perlu dilakukan tindakan kuret yang kedua karena bisa saja ada sisa jaringan yang tertinggal. Jika keluhan tak muncul, biasanya kuret berjalan dengan baik dan pasien tinggal menunggu kesembuhannya.

Hal-hal yang perlu juga dilakukan:

1. Setelah pasien sudah dirapihkan, maka perawat mengobservasi keadaan pasien dan terus memastikan apakah pasien sudah bernapas spontan atau belum
2. Setelah itu pasien dipindahkan ke recovery room
3. Melakukan observasi keadaan umum pasien hingga kesadaran pulih
4. Pasien diberikan oksigen 2 liter/menit melalui nasal kanule dan tetap observasi keadaan pasien sampai dipindahkan ke ruangan perawatan.
5. Konseling pasca tindakan
6. Melakukan dekontaminasi alat dan bahan bekas operasi

4. Dampak Setelah Kuretase
Terkadang kuret tidak berjalan lancar. Meskipun telah dilakukan oleh dokter kandungan yang sudah dibekali ilmu kuret namun kekeliruan bisa saja terjadi. Bisa saja pada saat melakukannya dokter kurang teliti, terburu-buru, atau jaringan sudah kaku atau membatu seperti pada kasus abortus yang tidak ditangani dengan cepat. Berikut adalah dampaknya:

a. Perdarahan
Bila saat kuret jaringan tidak diambil dengan bersih, dikhawatirkan terjadi perdarahan. Untuk itu jaringan harus diambil dengan bersih dan tidak boleh tersisa sedikit pun. Bila ada sisa kemudian terjadi perdarahan, maka kuret kedua harus segera dilakukan. Biasanya hal ini terjadi pada kasus jaringan yang sudah membatu. Banyak dokter kesulitan melakukan pembersihan dalam sekali tindakan sehingga ada jaringan yang tersisa. Namun biasanya bila dokter tidak yakin sudah bersih, dia akan memberi tahu kepada si ibu, “Jika terjadi perdarahan maka segera datang lagi ke dokter.”

b. Cerukan di Dinding Rahim
Pengerokan jaringan pun harus tepat sasaran, jangan sampai meninggalkan cerukan di dinding rahim. Jika menyisakan cerukan, dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan rahim.

c. Gangguan Haid
Jika pengerokan yang dilakukan sampai menyentuh selaput otot rahim, dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran siklus haid.

d. Infeksi
Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa memicu terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang basah oleh cairan seperti darah.

e. Kanker
Sebenarnya kecil kemungkinan terjadi kanker, hanya sekitar 1%. Namun bila kuret tidak dilakukan dengan baik, ada sisa yang tertinggal kemudian tidak mendapatkan penanganan yang tepat, bisa saja memicu munculnya kanker. Disebut kanker trofoblast atau kanker yang disebabkan oleh sisa plasenta yang ada di dinding rahim.