Showing posts with label keperawatan. Show all posts
Showing posts with label keperawatan. Show all posts

Wednesday, October 17, 2012

KOLESISTITIS


CHOLECISTITYS

A. Definisi
Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang menrupakan inflamasi akut 
dinding kandung empedu disertai nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas
badan. Dikenal dua klasifikasi yaitu akut dan kronis (Brooker, 2001).
Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya
merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus, yang secara
tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa (www.medicastore.com). 
Kolesistitis Kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung empedu,
yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam dan hebat
(www.medicastore.com).
Cholesistektomy adalah bedah pengangkatan kandung empedu (biasanya untuk
relief batu empedu sakit) (Dictionary: WordNet).

B. Etiologi
 Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut, memiliki batu empedu.
Kadang suatu infeksi bakteri menyebabkan terjadinya peradangan.
Kolesistitis akut tanpa batu merupakan penyakit yang serius dan cenderung
timbul setelah terjadinya: - cedera,
- pembedahan
- luka bakar
- sepsis (infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh)
- penyakit-penyakit yang parah (terutama penderita yang menerima makanan lewat
infus dalam jangka waktu yang lama).
Sebelum secsara tiba-tiba merasakan nyeri yang luar biasa di perut bagian
atas, penderita biasanya tidak menunjukan tanda-tanda penyakit kandung empedu.
Kolesistitis kronis terjadi akibat serangan berulang dari kolesistitis akut,
yang menyebabkan terjadinya penebalan dinding kandung empedu dan penciutan
kandung empedu.Pada akhirnya kandung empedu tidak mampu menampung empedu.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dan angka kejadiannya meningkat
pada usia diatas 40 tahun.
Faktor resiko terjadinya kolesistitis kronis adalah adanya riwayat
kolesistitis akut sebelumnya (www.medicastore.com).


C. Patofisiologi
Kandung empedu memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan cairan empedu dan
memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan
elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel
hati.
Pada individu normal, cairan empedu mengalir ke kandung empedu pada saat 
katup Oddi tertutup. Dalam kandung empedu, cairan empedu dipekatkan dengan
mengabsorpsi air. Derajat pemekatannya diperlihatkan oleh peningkatan konsentrasi
zat-zat padat. Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan
supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut. 
Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis
empedu, dapat menyebabkan infeksi kandung empedu (www.mamashealth.com).

D. Gejala
Timbulnya gejala bisa dipicu oleh makan makanan berlemak. Gejala bisa berupa:
- Tanda awal dari peradangan kandung empedu biasanya berupa nyeri di perut kanan 
bagian atas.
- Nyeri bertambah hebat bila penderita menarik nafas dalam dan sering menjalar ke
bahu kanan.
- Biasanya terdapat mual dan muntah. 
- Nyeri tekan perut
- Dalam beberapa jam, otot-otot perut sebelah kanan menjadi kaku.
- Pada mulanya, timbul demam ringan, yang semakin lama cenderung meninggi.
- Serangan nyeri berkurang dalam 2-3 hari dan kemudian menghilang dalam 1 minggu.
- Gangguan pencernaan menahun
- Nyeri perut yang tidak jelas (samar-samar)
- Sendawa.

E. KOMPLIKASI
 Demam tinggi, menggigil, peningkatan jumlah leukosit dan berhentinya gerakan
usus (ileus) dapat menunjukkan terjadinya abses, gangren atau perforasi kandung
empedu.
 Serangan yang disertai jaundice (sakit kuning) atau arus balik dari empedu ke
dalam hati menunjukkan bahwa saluran empedu telah tersumbat sebagian oleh batu
empedu atau oleh peradangan.
 Jika pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan kadar enzim amilase, mungkin
telah terjadi peradangan pankreas (pankreatitis) yang disebabkan oleh penyumbatan
batu empedu pada saluran pankreas (duktus pankreatikus).

F. Pemeriksaan penunjang
- CT scan perut
- Kolesistogram oral
- USG perut.
- blood tests (looking for elevated white blood cells)

G. Penatalaksanaan medis
 - Pengobatan yang biasa dilakukan adalah pembedahan.
- Kolesistektomi bisa dilakukan melalui pembedahan perut maupun melalui
laparoskopi.
- Penderita yang memiliki resiko pembedahan tinggi karena keadaan medis lainnya,
dianjurkan untuk menjalani diet rendah lemak dan menurunkan berat badan.
- Bisa diberikan antasid dan obat-obat antikolinergik.


MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 1999) adalah meliputi :
1). Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular 
perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan
trombus).
2). Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress
multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ;
stimulasi simpatis.
3). Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/
ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa 
yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi
4). Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5). Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; 
Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan
penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat
keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat
penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat
mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6). Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi,
kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic,
dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau
tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan
rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal,
yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga
potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

B. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien post Operatif meliputi :
1. Pola nafas, tidak efektif berhubungan dengan neuromuskular, ketidakseimbangan
perseptual/kognitif, peningkatan ekspansi paru, obstruksi trakeobronkial.
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan kimia misalnya penggunaan
obat-obat farmasi, hipoksia ; lingkungan terapeutik yang terbatas misalnya
stimulus sensori yang berlebihan ; stress fisiologis.
3. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap berhubungan dengan pembatasan
pemasukkan cairan tubuh secara oral, hilangnya cairan tubuh secara tidak
normal, pengeluaran integritas pembuluh darah.
4. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan integrittas
otot, trauma muskuloskletal, munculnya saluran dan selang (Doenges,1999).

C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono,
1994).
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi ,1995).
Intervensi keperawatan pada pasien post Operatif (Doenges, 1999) meliputi :
DP 1 :
Tujuan : menetapkan pola napas yang normal/efektif dan bebas dari sianosis atau
tanda-tanda hipoksia lainnya.
Kriteria hasil : tidak ada perubahan pada frekuensi dan kedalaman pernapasan.
INTERVENSI
 - Pertahankan jalan udara pasien dengan memiringkan kepala, hiperekstensi rahang,
aliran udara faringeal oral.
R : mencegah obstruksi jalan napas.
 - Auskultasi suara napas. Dengarkan ada/tidaknya suara napas.
R : kurangnya suara napas adalah indikasi adanya obstruksi oleh mukus atau
lidah dan dapat dibenahi dengan mengubah posisi ataupun pengisapan.
- Observasi frekuensi dan kedalaman pernapasan, pemakaian otot-otot bantu
pernapasan, perluasan rongga dada, retraksi atau pernapasan cuping hidung,
warna kulit, dan aliran udara.
R : dilakukan untuk memastikan efektivitas pernapasan sehingga upaya
memperbaikinya dapat segerra dilakukan.
 - Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan pernapasan
dan jenis pembedahan.
R : elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aaspirasi dari
muntah, posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru bagian
bawah dan menurunkan tekanan pada diafragma.
 - Lakukan latihan gerak sesegera mungkin pada pasien yang reaktif dan lanjutkan
pada periode pascaoperasi.
R : ventilasi dalam yang aktif membuka alveolus, mengeluarkan sekresi,
meningkatkan pengangkutan oksigen, membuang gas anastesi ; batuk membantu
mengeluarkan sekresi dari sistem pernapasan.
 - Lakukan pengisapan lendir jika diperlukan.
R : obstruksi jalan napas dapat terjadi karena adanya darah atau mukus dalam 
tenggorok atau trakhea.
- Kolaborasi, pemberian oksigen sesuai kebutuhan.
R : dilakukan untuk meningkatkan atau memaksimalkan pengambilan oksigen yang
akan diikat oleh Hb yang menggantikan tempat gas anastesi dan mendorong
pengeluaran gas terssebut melalui zat-zat inhalasi.

DP 2:
Tujuan : meningkatkan tingkat kesadaran.
Kriteria hasil : pasien mampu mengenali keterbatasan diri dan mencari sumber
bantuan sesuai kebutuhan.
INTERVENSI
 - Orientasikan kembali pasien secara terus menerus setelah keluar dari pengaruh
anastesi ; nyatakan bahwa operasi telah selesai dilakukan.
R : karena pasien telah meningkat kesadarannya, maka dukungan dan jaminan akan
membantu menghilangkan ansietas.
 - Bicara pada pasien dengan suara yang jelaas dan normal tanpa membentak, sadar
penuh akan apa yang diucapkan.
R : tidak dapat ditentukan kapan pasien akan sadar penuh, namun sensori
pendengaran merupakan kemampuan yang pertama kali akan pulih.
 - Evaluasi sensasi/pergerakkan ekstremitas dan batang tenggorok yang sesuai.
R : pengembalian fungsi setelah dilakukan blok saraf spinal atau lokal yang
bergantung pada jenis atau jumlah obat yang digunakan dan lamanya prosedur
dilakukan.
- Gunakan bantalan pada tepi tempat tidur, lakukan pengikatan jika diperlukan.
R : berikan keamanan bagi pasien selama tahap darurat, mencegah terjadinya
cedera pada kepala dan ekstremitas bila pasien melakukan perlawanan selama
masa disorientasi.
- Periksa aliran infus, selang endotrakeal, kateter, bila dipasang dan pastikan
kepatenannya.
R : pada pasien yang mengalami disorientasi, mungkin akan terjadi bendungan
pada aliran infus dan sistem pengeluaran lainnya, terlepas, atau tertekuk.
 - Pertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman.
R : stimulus eksternal mungkin menyebabkan abrasi psikis ketika terjadi
disosiasi obat-obatan anastesi yang telah diberikan.


DP 3 :
Tujuan : keseimbangan cairan tubuh adekuat.
Kriteria hasil : tidak ada ada tanda-tanda dehidrasi (tanda-tanda vital stabil,
kualitas denyut nadi baik, turgor kulit normal, membran mukosa
lembab dan pengeluaran urine yang sesuai).
INTERVENSI
- Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran. Tinjau ulang catatan intra operasi.
R : dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran
cairan/kebutuhan penggantian dan pilihan-pilihan yang mempengaruhi
intervensi.
 - Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan.
R : mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelaha prosedur pada
sistem genitourinarius dan atau struktur yang berdekatan mengindikasikan
malfungsi ataupun obstruksi sistem urinarius.
- Pantau tanda-tanda vital.
R : hipotensi, takikardia, peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan
kekurangan cairan.
 - Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan pernapasan
dan jenis pembedahan.
R : elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aaspirasi dari
muntah, posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru bagian
bawah dan menurunkan tekanan pada diafragma.
 - Periksa pembalut, alat drain pada interval reguler. Kaji luka untuk terjadinya
pembengkakan.
R : perdarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada hipovolemia/hemoragi.
 - Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.
R : kulit yang dingin/lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan
sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk penggantian cairan tambahan.
 - Kolaborasi, berikan cairan parenteral, produksi darah dan atau plasma ekspander
sesuai petunjuk. Tingkatkan kecepatan IV jika diperluakan.
R : gantikan kehilangan cairan yang telah didokumentasikan. Catat waktu
penggangtian volume sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi, 
misalnya ketidak seimbangan.

DP 4:
Tujuan : pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang.
Kriteria hasil : pasien tampak rileks, dapat beristirahat/tidur dan melakukan
pergerakkan yang berarti sesuai toleransi.
INTERVENSI
 - Evaluasi rasa sakit seccara reguler, catat karakteristik, lokasi dan
intensiitas (0-10).
R : sediakan informasi mengenai kebutuhan/efektivitas intervensi.
 - Catat munculnya rasa cemas/takut dan hubungkan dengan lingkungan dan persiapan
untuk prosedur.
R : perhatikan hal-hal yang tidak diketahui dan/atau persiapan inadekuat
misalnya apendikstomi darurat) dapat memperburuk persepsi pasien akan rasa 
sakit.
 - Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardia, hipertensi dan peningkatan
pernapasan, bahkan jika pasien menyangkal adanya rasa sakit.
R : dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan.
 - Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan.
R : pahami penyebab ketidaknyamanan, sediakan jaminan emosional.
 - Lakukan reposisi sesuai petunjuk, misalnya semi – Fowler ; miring.
R : mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi. Posisi semi – 
Fowler dapat mengurangi tegangan otot abdominal dan otot pungguung
artritis, sedangkan miring mengurangi tekanan dorsal.
 - Observasi efek analgetik.
R : respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik, dan mungkin menimbulkan
efek-efek sinergistik dengan zat-zat anastesi.
 - Kolaborasi, pemberian analgetik IV sesuai kebutuhan.
R : analgetik IV akan dengan segera mencapai pusat rasa saki, menimbulkan
penghilang yang lebih efektif dengan obat dosis kecil.

B. EVALUASI
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan
atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien post Operatif meliputi : 5
1. Menetapkan pola napas yang normal/efektif dan bebas dari sianosis atau tanda-
tanda hipoksia lainnya.
2. Meningkatkan tingkat kesadaran.
3. Keseimbangan cairan tubuh adekuat.
4. Pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang.

DAFTAR REFERENSI :
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC.
http://arifs45.multiply.com/journal/item/8
http://kamus.landak.com/cari/cholecystectomy
http://www.mamashealth.com/stomach/cholecy.asp
http://www.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=607
http://www.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=608
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula, Edisi I. Jakarta : EGC.
Syaifudin, H, B.Ac, Drs. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Edisi 2. 
Jakarta: EGC.

ULCUS DEKUBITUS


Definisi
Ulkus dekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan dari bawah kulit bahkan menembus otot sampai mengenai tulang, akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus – menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah.
Ulkus dekubitus adalah ulkus yang ditimbulkan karena tekanan yang kuat oleh berat badan pada tempat tidur.
Luka dekubitus adalah nekrosis pada jaringan lunak antara tonjolan tulang dan permukaan padat, paling umum akibat imobilisasi.

Etiologi
a) Tekanan
b) Kelembaban
c) Gesekan


Patofisiologi
Tekanan imobilisasi yang lama akan mengakibatkan terjadinya dekubitus, kalau salah satu bagian tubuh berada pada suatu gradient (titik perbedaan antara dua tekanan). Jaringan yang lebih dalam dekat tulang, terutama jaringan otot dengan suplai darah yang baik akan bergeser kearah gradient yang lebih rendah, sementara kulit dipertahankan pada permukaan kontak oleh friksi yang semakin meningkat dengan terdapatnya kelembaban, keadaan ini menyebabkan peregangan dan angggulasi pembuluh darah (mikro sirkulasi) darah yang dalam serta mengalami gaya geser jaringan yang dalam, ini akan menjadi iskemia dan dapat mengalami nekrosis sebelum berlanjut ke kulit.

Manifestasi Klinis dan Komplikasi
a) Tanda cidera awal adalah kemerahan yang tidak menghilang apabila ditekan ibu jari.
b) Pada cidera yang lebih berat dijumpai ulkus dikulit.
c) Dapat timbul rasa nyeri dan tanda-tanda sistemik peradangan, termasuk demam dan peningkatan hitung sel darah putih.
d) Dapat terjadi infeksi sebagai akibat dari kelemahan dan perawatan di Rumah Sakit yang berkepanjangan bahkan pada ulkus kecil.

Pemeriksaan Diagnostik
a) Kultur : pertumbuhan mikroorganisme tiruan atau sel – sel jaringan.
b) Albumin serum : protein utama dalam plasma dan cairan serosa lain.

Penatalaksanaan medis
a) Merubah posisi pasien yang sedang tirah baring.
b) Menghilangkan tekanan pada kulit yang memerah dan penempatan pembalut yang bersih dan tipis apabila telah berbentuk ulkus dekubitus.
c) Sistemik : antibiotic spectrum luas, seperti :
Amoxilin 4x500 mg selama 15 – 30 hari.
Siklosperm 1 – 2 gram selama 3 – 10 hari.
Topical : salep antibiotic seperti kloramphenikol 2 gram.

Manajemen Keperawatan
1.Pengkajian
a)Aktivitas/ istirahat
Tanda : penurunan kekuatan, ketahanan, keterbatasan rentang gerak.pada area yang sakit gangguannya misalnya otot perubahan tunas.
b) Sirkulasi
Tanda : hipoksia, penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cidera, vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin, pembentukan edema jaringan.
c) Eleminasi
Tanda : keluaran urin menurun adalah tidak adanya pada fase darurat, warna mungkin hitam kemerahan , bila terjadi, mengidentifiasi kerusakan otot.
d)Makanan/cairan
Tanda : edema jaringan umum, anoreksia, mual dan muntah.
e) Neurosensori
Gejala : area kebas/kesemutan
f) Pernapasan
Gejala :menurunnya fungsi medulla spinalis, edema medulla, kerusakan neurology, paralysis abdominal dan otot pernapasan.
g) Integritas ego
Gejala : masalah keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda : ansietas, menangis, ketergantungan, mmenarik diri, marah.
h) Keamanan
Tanda : adanya fraktur akibat dilokasi (jatuh, kecelakaan, kontraksi otot tetanik, sampai dengan syok listrik).

2.Diagnosa Keperawatan
1)Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan destruksi mekanis jaringan sekunder terhadap tekanan, gesekan dan fraksi.
2)Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan pembatasan gerak yang diharuskan, status yang dikondisikan, kehilangan control motorik akibat perubahan status mental.
3)Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukkan oral.
4)Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemajanan dasar dekubitus, penekanan respons inflamasi.
5)Risiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang etiologi, pencegahan, tindakan dan perawatan dirumah.

3.Intervensi dan Implementasi
1)Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan destruksi mekanis jaringan sekunder terhadap tekanan, gesekan dan fraksi.
- Terapkan prinsip pencegahan luka dekubitus.
R : prinsip pencegahan luka dekubitus, meliputi mengurangi atau merotasi tekanan dari jaringan lunak.
- Atur posis pasien senyaman mungkin.
R : meminimalkan terjadinya jaringan yang terkena dekubitus.
- Balut luka dengan balutan yang mempertahankan kelembaban lingkungan diatas dasar luka.
R : luka yang lembab dapat mempercepat kesembuhan.

2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan pembatasan gerak yang diharuskan, status yang dikondisikan, kehilangan control motorik akibat perubahan status mental.
- Dukungan mobilisasi ketingkat yang lebih tinggi.
R : gerakan teratur menghilangkan tekanan konsisten diatas tonjolan tulang.
- Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan, seperti mandi.
R : meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan control pasien dalam situasi dan peningkatan kesehatan lingkungan.
- Berikan perhatian khusus pada kulit.
R : penelitian menunjukkan bahwa kulit sangat rentan untuk mengalami kerusakan karena konsentrasi berat badan.

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukkan oral.
- Beri makan dalm jumlah kecil, sering dan dalam keadaan hangat.
R : membantu mencegah distensi gaster/ketidaknyamanan dan meningkatkan pemasukkan, menambah napsu makan.
- Bantu kebersihan oral sebelum makan.
R : mulut/peralatan bersih meningkatkan napsu makan yang baik.
- Pertahankan kalori yang ketat.
R : pedoman tepat untuk pemasukkan kalori yang tepat.

4) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemajanan dasar dekubitus, penekanan respons inflamasi.
- Gunakan tehnik yang tepat selama mengganti balutan.
R : teknik yang baik mengurangi masuknya mikroorganisme pathogen kedalam luka.
 Ukur tanda – tanda vital .
R : peningkatan suhu tubuh, takikardia menunjukkan adanya sepsis.
- Gunakan sarung tangan steril setiap mengganti balutan.
R : setiap ulkus terkontaminasi oleh mikroorganisme yang berbeda, tindakan ini dapat mencegah infeksi.
- Cuci dasar luka dengan larutan NaCl 0,9 %.
R : Dapat membuang jaringan yang mati pada permukaan kulit dan mengurangi mikroorganisme.
- Berikan obat antibiotic sesuai indikasi.
R : antibiotic pilihanpada ulkus dekubitus berguna melawan organisme gram negative dan gram positif.

5) Risiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang etiologi, pencegahan, tindakan dan perawatan dirumah.
- Anjurkan tindakan untuk mencegah luka dekubitus.
R : pencegahan luka dekubitus lebih mudah dari pengobatan.
- Anjurkan tindakan untuk mengobati luka dekubitus.
R : instruksi spesifik ini membantu pasien dan keluarga belajar untuk meningkatkan penyembuhan dan mencegah infeksi.

4. Evaluasi
1) Pasien dapat mencegah dan mengidentifikasi factor penyebab luka dekubitus; menunjukkan kemajuan penyembuhan.
2) Pasien mempunyai kulit tanpa neritema dan tidak pucat.
3) Pasien menunjukkan peningkatan berat badan dan massa otot.
4) Kulit tidak akan teritasi akibat pemajanan terhadap fekal atau urine drainage.
5) Menunjukkan hasil pembelajaran yang efektif untuk tujuan pemulangan dan perawatan pasien dirumah.

DAFTAR PUSTAKA
Capernito, Linda Juall. 1999. Rencana Diagnosa dan Dokumentasi Keperawatan : Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif Ed.2. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Keperawatan : Pedoman Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Nurachman, Elly. 2001. Nutrisi Dalam Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto.

INSOMNIA


NURSING CARE IN INSOMNIA
PENGERTIAN
Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina. Kebutuhan tidur bervariasi pada masing-masing orang, umumnya 6-8 jam per hari. Agar tetap sehat, yang perlu diperhatikan adalah kualitas tidur (www.depkes.go.id).
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur yang bisa bersifat sementara atau persisten (Kaplan & Sadock, 1997).
Insomnia adalah salah satu fenomena umum dalam gangguan pola tidur. Jangka panjang dapat menyebabkan menderita gejala somatic dan perkembangan penyakit. Ia bahkan dapat menimbulkan penyakit mental dengan dimensi (www.ncbi.nlm.nih.gov).
Insomnia insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur, tetap tidur, atau merasa segar dengan tidur. Akut dan sementara selama periode stres, insomnia dapat menjadi kronis, konstan menyebabkan kelelahan, kegelisahan ekstrim sebagai pendekatan sensasi, dan gangguan kejiwaan (www.wrongdiagnosis.com).


PENYEBAB
1. karena kondisi medis : tiap kondisi yang menyakitkan atau tidak menyenangkan,sindroma apnea tidur, restless leggs syndrome,faktor diet, parasomnia, efek zat langsung (drugs/alcohol), efek putus zat, penyakit endokrin/metabolik, penyakit infeksi, neoplastic, nyeri/ketidaknyamanan,lesi batang otak/hipotalamus, akibat penuaan.
2. sekunder karena kondisi psikiatri
kecemasan, ketegangan otot-otot, perubahan lingkungan, gangguan tidur irama sirkadian, depresi primer, stress pascatraumatik, skizofrenia (Kaplan & Sadock, 1997).
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-IV), menunjukkan beberapa gejala dimana seseorang dapat didiagnosis sedang menderita insomnia karena faktor psikologis, yaitu:

1. Kesulitan untuk memulai, mempertahankan tidur, dan tidak dapat memperbaiki tidur selama sekurangnya satu bulan merupakan keluahan yang paling banyak terjadi.
2. Insomnia ini menyebabkan penderita menjadi stres sehingga dapat mengganggu fungsi sosial,pekerjaan atau area fungsi penting yang lain.
3. Insomnia karena faktor psikologis ini bukan termasuk narkolepsi, gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan, gangguan ritme sirkadian atau parasomnia.
4. Insomnia karena faktor psikologis tidak terjadi karena gangguan mental lain seperti gangguan depresi, delirium.
5. Insomnia karena faktor psikologis tidak terjadi karena efek fisiologis yang langsung dari suatu zat seperti penyalahgunaan obat atau kondisi medis yang umum.
Dengan adanya gejela-gejala yang disebutkan oleh Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-IV), maka insomnia karena faktor psikologis dapat mengganggu berbagai fungsi sosial. (www.e-psikologi.com).

SIKLUS INSOMNIA KRONIS
Jika seseorang mengalami insomnia sementara karena faktor psikologis (mengalami kesulitan tidur dengan nyenyak selama kurang lebih satu malam dan kurang dari empat minggu) tetapi tidak dapat beradaptasi dengan penyebab insomnia (tidak mampu mengelola stres tersebut secara sehat) maka akan mengakibatkan seseorang mengalami insomnia jangka pendek (kesulitan tidur nyenyak selama empat minggu hingga enam bulan). Jika insomnia jangka pendek ini tetap tidak dapat diatasi oleh si penderita maka akan mengakibatkan insomnia kronis. Jika terjadi insomnia kronis maka akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk penyembuhannya (www.e-psikologi.com).
Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim ARAS (Ascending Reticulary Activity System). Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang tersebut dalam keadaan terjaga. Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik, kholonergik, histaminergik.
• Sistem serotonergik
Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisma asam amino trypthopan. Dengan    bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat akan    menyebabkan keadaan mengantuk/tidur. Bila serotonin dari tryptopan terhambat pembentukannya, maka terjadikeadaan tidak bisa tidur/jaga. Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem serotogenik ini terletak pada nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana terdapat hubungan aktifitas serotonis dinukleus raphe dorsalis dengan tidur REM.
• Sistem Adrenergik
Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di badan sel nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron noradrenergic akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga.
• Sistem Kholinergik
Sitaram et al (1976) membuktikan dengan pemberian prostigimin intra vena dapat mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat pengeluaran kholinergik dari lokus sereleus maka tamapk gangguan pada fase awal dan penurunan REM.
• Sistem histaminergik
Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur.
• Sistem hormon
Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormone seperti ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-masing disekresi secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmitter norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas menagtur mekanisme tidur dan bangun (perawat-jiwatiga.blogspot.com).

DAMPAK INSOMNIA
Insomnia dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan, yaitu:
1. Depresi
2. Kesulitan untuk berkonsentrasi
3. Aktivitas sehari-hari menjadi terganggu
4. prestasi kerja atau belajar mengalami penurunan
5. Mengalami kelelahan di siang hari
6. Hubungan interpersonal dengan orang lain menjadi buruk
7. Meningkatkan risiko kematian
8. Menyebabkan kecelakaan karena mengalami kelelahan yang berlebihan
9. Memunculkan berbagai penyakit fisik

Dampak insomnia tidak dapat di anggap remeh, karena bisa menimbulkan kondisi yang lebih serius dan membahayakan kesehatan dan keselamatan. Oleh karenanya, setiap penderita insomnia perlu mencari jalan keluar yang tepat (www.e-psikologi.com).

THERAPY
1. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya masih berharga.

2. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si penderita insomnia.

3. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.

4. Relaxation Therapy
Relaxation Therapy berguna untuk membuat si penderita rileks pada saat dihadapkan pada kondisi yang penuh ketegangan.

5. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.

6. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.

Banyak di antara para penderita insomnia karena factor psikologis yang menggunakan obat tidur untuk mengatasi insomnianya. Namun penggunaan yang terus menerus tentu menimbulkan efek samping yang negative, baik secara fisiologis (efek terhadap organ dan fungsi organ tubuh) serta efek psikologis. Logikanya, insomnia yang disebabkan factor psikologis, berarti factor psikologis itu lah yang harus di atasi, bukan symtomnya. Kalau kita hanya focus mengatasi simtom-nya dengan minum berbagai obat tidur, maka ketika mata terbuka, masalah akan datang kembali, bahkan akan dirasa lebih berat karena dibiarkan berlarut-larut tanpa solusi pada akar masalah.

Perlu diketahui, bahwa keberhasilan terapi tergantung dari motivasi si penderita untuk sembuh sehingga si penderita harus sabar, tekun dan bersungguh-sungguh dalam menjalani sesi terapi. Selain itu, sebaiknya terapi yang dilakukan juga diiringi dengan pemberian terapi keluarga. Hal ini disebabkan, dalam terapi keluarga, anggota keluarga si penderita dilibatkan untuk membantu kesembuhan si penderita. Dalam terapi keluarga, anggota keluarga si penderita juga diberi tahu tentang seluk beluk kondisi si penderita dan diharapkan anggota keluarganya dapat berempati untuk membantu kesembuhan si penderita.

ASKEP
kaji efek samping pengobatan pada pola tidur klien.
pantau pola tidur klien dan catat hubungan faktor-faktor fisik (misalnya : apnea saat tidur, sumbatan jalan nafas, nyeri/ketidaknyamanan, dan sering berkemih).
jelaskan pada klien pentingnya tidur adekuat (selama kehamilan, sakit, stress psikososial).
ajarkan klien dan keluarga untuk menghindari faktor penyebab (misal : gaya hidup, diet, aktivitas, dan faktor lingkungan).
ajarkan klien dan kelurga dalam teknik relaksasi (pijat/urut sebelum tidur, mandi air hangat, minum susu hangat).

Solusi mencegah insomnia
Insomnia karena faktor psikologis dapat dicegah dengan cara memanage stres secara positif dan jika ada mengalami masalah sebaiknya sharing pada seseorang yang dapat Anda percaya. Semoga dengan pembahasan tentang insomnia ini, dapat memberikan manfaat bagi Anda. Dengan informasi ini, diharap kita pun bisa memahami penderita insomnia dan dapat memberikan bantuan yang tepat. Perhatian dan empati terhadap penderita insomnia, bisa sedikit mengobati kegalauan emosi jiwanya. Semoga bermanfaat.

KEPUSTAKAAN
http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=483
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18836979?ordinalpos=2&itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_DefaultReportPanel.Pubmed_RVDocSum
http://www.wrongdiagnosis.com/symptoms/insomnia/causes.htm
Kaplan, Harold I. & Sadock, Benjamin J. 1997. Sinopsis Psikiatri Jilid 2 edisi 7. Jakarta : Binarupa Aksara.
Wilkinson, Judit M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.

ASKEP GADAR PERDARAHAN


Definisi  
 Perdarahan terjadi jika pembuluh darah putus atau pecah. 
 Perdarahan luar 
 Perdarahan dalam 
 Perdarahan hebat, dapat membahayakan shock hipovolemik  
 Klafisikasi : perdarahan kapiler, perdarahan arteri, perdarahan vena.

Asuhan Keperawatan 
Pengkajian 
  • Pengkajian ABCD, pucat, kulit dingin dan lembab, tekanan darah turun, nadi cepat tapi lemah, nafas dalam dan cepat, menurunnya produksi urine.
  • Diagnosa keperawatan 
  • Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan darah aktif. 
  • Penurunan kardiak output berhubungan dengan penurunan preload, kehilangan darah. 
  • Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan kehilangan darah.
  • Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan perfusi otak. 
  • Tujuan keperawatan  
     Mengontrol perdarahan. 
     Mempertahankan volume darah sirkulasiadekuat untuk oksigenasi. 
     Mencegah shock. 


    Penatalaksanaan kedaruratan  
    Potong baju pasien untuk mengidentifikasi area perdarahan dan lakukan pengkajian fisik dengan cepat. 
     Beri penekanan pada area perdarahan. 
    • Penekanan langsung 
    Tekan langsung area perdarahan dengan telapak tangan atau menggunakan pembalut atau kainyang bersih selama kurang lebih 15 menit, dan pasang balutan tekanan kuat. 
    • Penekanan arteri  
    Penekanan dilakukan pada ujung arteri yang sesuai (ujung dimana arteri ditekan melawan tulang yang berada dibawahnya). 
    Enam titik utama penekanan  
     Arteri temporalis : pada daerah depan masing-masing telinga dan dapat ditekan pada tulang tengkorak. 
     Arteri fasialis : terletak dibawah dagu dan 2,5 cm sebelah dalam dagu. 
     Arteri karotis komunis : pada sisi samping trachea. Saat dilakukan tekanan observasi pernapasan pasien dan tidak boleh pada kedua arteri karotis dalam waktu bersamaan. 
     Arteri subklavia : terletak dibawah kedua sisi klavikula (tulang collar). Penekanan harus dilakukan pada posisi melintang dibelakang dan kira – kira setengah panjang klavikula. 
     Arteri brakhialis : pada pertengahan antara siku dan bahu, terletak pada daerah yang lebih dalam dari lengan atas antara otot biseps dan triseps. 
     Arteri femoralis : dapat dirasakan pada lipat paha.  
    • Torniket  
     Pemasanagan torniket pada ekstremitas hanya sebagai upaya terakhir ketika perdarahan tidak dapat dikontrol dengan metode lain.
     Torniket dipasang tepat proksimal dengan luka ; torniket cukup kencang untuk mengontrol aliran darah arteri. 
     Berikan tanda pada kulit pasien dengan pulpen atau plester dengan tanda T, menyatakan lokasi dan waktu pemasangan torniket. 
     Longgarkan torniket sesuai petunjuk untuk mencegah kerusakan vascular atau neurologik. Bila sudah tidak ada perdarahan arteri, lepasakan torniket dan coba lagi balut dengan tekanan. 
     Pada kejadian amputasi traumatic, jangan lepaskan torniket sampai pasien masuk ruang operasi. 
     Tinggikan atau elevasikan bagian yang luka untuk memperlambat mengalirnya darah. 
     Baringkan korban untuk mengurangi derasnya darah keluar. 
     Berikan cairan pengganti sesuai saran, meliputi cairan elektrolit isotonic, plasma atau protein plasma, atau terapi komponen darah (bergantung perkiraan tipe dan volume cairan yang hilang). 
    • Darah segar diberikan bila ada kehilangan darah massif. 
    • Tamabahan trombosit dan factor pembekuan darah diberikan ketika jumlah darah yang besar diperlukan karena darah penggantian kekurangan factor pembekuan. 
     Lakukan pemeriksaan darah arteri untuk menentukan gas darah dan memantau tekanan hemodinamik. 
     Awasi tanda – tanda shock atau gagal jantung karena hipovolemia dan anoksia. 


    REFERENSI  
    Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta. 
    Hudak, Carolyn M. 1996. Keperawatan Kritis-Pendekatan holistic, Ed. 6. Vol. 2. EGC : Jakarta. 
    Pusponegoro, A.D. Dkk . Buku Panduan Penanggulangan Penderita gawat Darurat. Ambulance 118 : Jakarta. 
    Skeet, Muriel. 1995. Tindakan paramedic Terrhadap Kegawatan dan Pertolongan Pertama, Ed. 2. EGC : Jakarta. 

    Thursday, June 23, 2011

    Teknik Memenuhi Rasa Nyaman Pada Masa Hamil (Distraksi & Relaksasi)

    Ibu hamil dan bayiTidak semua wanita mengalami ketidaknyamanan akibat kehamilan yang disebutkan dibawah ini, akan tetapi tidak sedikit juga wanita yang mengalami ketidaknyamanan tersebut. Cara meringankan ketidaknyamanan bisa membuat perbedaan yang signifikan dalam cara wanita tersebut memandang pengalaman kehamilannya. Dasar fisiologis, psikologis dan anatomis untuk masing-masing ketidaknyamanan tersebut diberikan untuk merangsang pemikiran selanjutnya tentang cara-cara meringankannya. Cara-cara meringankan tersebut didasarkan pada penyebab dari ketidaknyamanan tersebut serta diarahkan ke penatalaksanaan symptomatik.

    Rasa letih

    Rasa letih sering terjadi selama trimester pertama tanpa diketahui penyebabnya. Salah satu sangkaan yang diajukan ialah penurunan awal dalam laju metabolik dasar pada awal-awal kehamilan, tetapi mengapa hal itu terjadi tidaklah jelas. Untunglah hal ini hanya merupakan ketidaknyamanan yang terbatas, biasanya akan lenyap pada akhir trimester pertama. Namun, hal tersebut bisa mempunyai efek meningkatkan intensitas respon psikologis yang dialami wanita selama masa tersebut.

    Langkah-langkah peringanannya ialah meyakinkan ibu tentang kenormalan rasa letih tersebut serta pengurangan dengan sendirinya pada trimester kedua di kemudian hari. Hal ini akan dapat membantu ibu tersebut untuk mengambil lebih banyak waktu istirahat pada siang hari hingga masa ini berlalu. Sedikit senam berikut konsumsi makanan yang bergizi akan dapat melawan rasa letih ini.

    Punggung atas sakit (bukan karena penyakit)

    Sakit punggung bagian atas bisa terjadi selama trimester pertama oleh karena pertambahan ukuran dan akibat beratnya payudara, yang juga merupakan pertanda presumtif kehamilan.

    Langkah peringanan, karenanya ialah dengan mengenakan BH yang cocok ukurannya dan menopang payudara. Dengan menambah mobilitas payudara, BH yang pas dan menopang juga akan mengurangi ketidaknyamanan kelembutan payudara akibat pembesaran.

    Kram kaki

    Alasan-alasan fisiologis dari kram di kaki ini tidaklah jelas diketahui. Selama sekian tahun, kram di kaki dianggap disebabkan oleh kurangnya atau terganggunya konsumsi kalsium atau ketidakseimbangan dalam perbandingan kalsium-fosfor didalam tubuh, tetapi semua penyebab ini sekarang tidak lagi dinyatakan demikian dalam literatur-literatur saat ini.

    Satu aliran lain menganggap bahwa uterus yang membesar memberikan tekanan pada pembuluh-pembuluh darah panggul, dan dengan demikian mempengaruhi sirkulasi, atau pada syaraf saat mereka meresap melalui foramen obturator dalam perjalanannya ke tungkai bagian bawah. Langkah-langkah peringanan yang disarankan adalah sebagai berikut :

    Anjurkan wanita tersebut meluruskan kakinya yang kram dan meruncingkan telapak kakinya (mendorsifleksikan telapak kakinya). Jika wanita tersebut sedang diatas tempat tidur, maka akan memerlukan penekanan yang kuat dan terus menerus terhadap dasar telapak kakinya, baik oleh tangan seseorang atau oelh papan penahan ranjang bagian bawah, atau ditekankan. Jika wanita tersebut sedang berdiri, maka lantai bisa berfungsi untuk itu. Langkah ini hampir dapat dipastikan bisa dengan segera memperbaiki sirkulasi.
    Senam umum dan kebiasaan gerakan tubuh (body mekanik) yang baik untuk memperbaiki sirkulasi
    Mengangkat kaki lebih tinggi secara periodik sepanjang hari
    Diet yang meliputi baik kalsium maupun fosfor

    Edema tungkai

    Edema (penimbunan cairan atau bengkak) tungkai adalah akibat sirkulasi vena yang terganggu serta tekanan vena yang meningkat didalam tungkai bagian bawah. Gangguan-gangguan sirkulasi ini adalah disebabkan tekanan dari uterus yang membesar pada pembuluh-pembuluh vena panggul pada saat wanita tersebut sedang duduk atau berdiri serta pada vena cava inferior ketika wanita tersebut berbaring menggeletak. Setiap pakaian yang ketat dan membatasi dan menghambat aliran balik darah dari tungkai bagian bawah akan menambah parahnya masalah ini. Edema tungkai pada tungkai pada umumnya akan terlihat dibagian pergelangan kaki dan harus cermat dibedakan dari edema yang berkaitan dengan pre eklampsia/eklampsia. Langkah-langkah peringanannya meliputi hal-hal berikut :

    Menghindari pakaian-pakaian yang ketat
    Menaikkan kaki secara periodik sepanjang hari
    Memposisikan diri dalam keadaan miring pada saat berbaring
    Mengenakan penopang atau korset abdominal yang bisa meringankan tekanan pada vena-vena panggul.

    Varikositas/varises

    Sejumlah faktor ikut menentukan perkembangan varikositas selama kehamilan. Vena-vena varikositas adalah lebih mungkin terjadi pada wanita yang memiliki kecenderungan familial atau kecenderungan bawaan. Varikositas bisa timbul dari sirkulasi vena yang terganggu serta pada vena yang mengalami tekanan meningkat pada tungkai bagian bawah. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh tekanan dari uterus yang membesar pada vena panggul ketika wanita tersebut sedang duduk atau berdiri dan pada vena cava inferior ketika ia sedang berbaring menggeletak. Setiap pakaian yang dapat menghambat aliran balik vena dari tungkai bagian bawah atau karena berdiri terlalu lama akan membuat masalah ini lebih parah. Relaksasi yang diakibatkan oleh progesteron atas dinding vena serta katup-katupnya dan sekeliling otot-otot halus (rata) juga akan ikut memicu berkembangnya varikositas.

    Varikositas selama masa kehamilan paling jelas menonjol kelihatan pada bagian kaki dan atau vulva. Langkah-langkah peringanan yang spesifik bagi varikositas vulva diantaranya adalah :

    Penggunaan kaus kaki penunjang, verban atau stocking elastis, yang dipakai setelah mengangkat kaki sebelum bangun
    Menghindari pakaian yang terlalu sempit
    Menghindari berdiri terlalu lama
    Saat istirahat, kaki dinaikan/ditinggikan secara periodik sepanjang hari
    Berbaring dalam posisi tegak lurus beberapa kali sehari (ibu tidur ditempat yang rata lalu kaki dipijakkan ke tembok sehingga antara kaki, pantat dan tembok seolah2 membentuk sudut 90á´¼)
    Mengambil posisi bersandar miring beberapa kali sehari (boleh miring ke kanan atau pun ke kiri, dimana posisi kaki yang ada pada bagian bawah diluruskan sedangkan posisi kaki yang ada pada bagian atas agak ditekuk sedikit)
    Menjaga agar kaki tidak bersilang bila duduk
    Jika memungkinkan duduk dengan posisi kaki ditinggikan dan jangan berdiri
    Mempertahankan postur dan mekanisme tubuh yang baik
    Ikut serta dalam senam ringan dan berjalan kaki, untuk membantu peningkatan sirkulasi
    Memberikan penopang fisik untuk varikositas vulva dengan bantalan karet busa yang dipegang ditempatnya dengan tali pinggang yang saniter
    Mengenakan penopang abdominal ibu atau tali pengikat, untuk mengurangi tekanan pada vena panggul
    Melakukan senam kegel untuk varikositas vulva atau hemoroid/wasir, untuk meningkatkan sirkulasi

    Nyeri urat (ligamen) bundar

    Ligamen (urat) bundar melekat pada kedua sisi uterus persis dibawah dan didepan jalan masuk tuba fallopii, ligamen-ligamen ini kemudian melintasi ligamen yang lebar didalam sebuah lipatan peritoneum, melintasi kanal inguinal dan masuk menusuk didalam bagian anterior (atas) dari labia mayora pada kedua sisi perineum. Ligamen-ligamen tersebut sebagian besar terdiri dari otot-otot halus-rata yang bersambung terus dengan otot uterus. Jaringan otot ini memungkinkan ligamen-ligamen bundar untuk berhipertropi selama kehamilan, dan pada hakikatnya, ikut meregang saat uterus membesar. Secara anatomis, ligamen-ligamen bundar tersebut mau tidak mau harus meningkatkan ukuran panjangnya saat uterus membesar dan naik ke atas ke dalam abdomen. Rasa nyeri ligamen bundar diyakini adalah disebabkan oleh pemelaran dan juga oleh karena tekanan dari uterus yang terus bertambah berat terhadap ligamen-ligamen tersebut. Hal ini merupakan ketidaknyamanan yang sangat umum yang harus dibedakan dari penyakit saluran gastro intestinal dan organ abdomen, misalnya usus buntu, peradangan kantung empedu, dan bisul perut. Satu ciri yang dapat membantu dalam perbedaan ini ialah melebarnya rasa nyeri tersebut ke daerah lipatan paha inguinal.

    Langkah-langkah pentalaksanaannya tidak banyak dan tidak terlalu bisa efektif. Nyeri ligamen itu merupakan salah satu dari ketidaknyamanan yang mau tidak mau harus diterima oleh para wanita hamil. Langkah-langkah penatalaksanaannya diantaranya :

    Menekuk lutut kearah abdomen
    Membungkukan badan ke arah yang sakit untuk mengendorkan rentangan ligamen
    Mengangkat panggul
    Mandi air hangat
    Menopang uterus dengan sebuah bantal dibawahnya dan sebuah bantal lain diantara dengkul pada waktu berbaring miring
    Memakai penopang abdomen atau korset ibu.

    Rasa sakit pada punggung bawah (bukan karena penyakit)

    Rasa sakit punggung merupakan sakit punggung yang terjadi di bagian lumbosakral. Nyeri tersebut biasanya akan bertambah parah dalam intensitasnya pada kehamilan lanjut, karena hal ini memang disebabkan pergeseran dari titik gaya berat dan juga posturnya, perubahan-perubahan ini dihasilkan oleh bobot dari uterus yang membesar. Masalah ini akan bertambah parah jika otot abdomen wanita tersebut longgar atau lemah, otot-otot ini tidak memberikan topangan kepada uterus yang terus membesar.

    Penatalaksanaan dalam mengatasi nyeri punggung bagian bawah :

    Posisi tubuh yang baik
    Gerak tubuh yang tepat untuk mengangkat
    Hindari emmbengkokan tubuh, mengangkat secara berlebihan, atau berjalan tanpa periode istirahat
    Menggunakan sepatu bertumit rendah/tidak bertumit, karena sepatu bertumit tinggi tidak stabil
    Jika masalah menjadi berat, penopang perut eksternal dianjurkan, seperti korset atau penopang perut
    Kehangatan (tidak terlalu panas) pada punggung seperti bantal hangat, mandi air hangat
    Pemberian es pada punggung
    Pijitan/urut punggung
    Menggunakan matras yang keras serta tidur menggunakan bantal untuk meluruskan punggung

    Perubahan dalam pusat gravitasi yang timbul dari uterus yang membesar dan berat dapat menyebabkan wanita tersebut mengalami posisi dimana bahunya berada jauh ke belakang dan kepalanya dilenturkan ke depan dalam usaha untuk mengimbangi bagian depannya yang berat dan punggung yang melengkung. Posisi tubuh ini dianggap menyebabkan kompresi syaraf pada lengan, yang akan menyebabkan rasa gatal dan mati rasa pada jari-jari. Langkah-langkah peredaan mencakup penjelasan tentang kemungkinan penyebab dan anjurkan untuk mengambil posisi tubuh yang baik. Beberapa wanita memperoleh perbaikan hanya dengan berbaring. Kelemahan dari otot-otot abdominal adalah lebih umum pada wanita yang sudah banyak sekali mengalami kehamilan dan melahirkan, yang tidak melakukan senam dan tidak mendapatkan kembali tonus abdominalnya setelah setiap kali habis melahirkan. Wanita primigravida biasanya memiliki tonus otot yang baik sekali, karena otot-otot mereka sebelumnya belum pernah meregang.

    Sakit punggung juga bisa disebabkan oleh pembungkukan yang berlebihan, berjalan terus tanpa istirahat, dan mengangkat barang, terutama jiak semua hal tersebut dilakukan ketika wanita tersebut sedang lelah. Kegiatan semacam itu akan menambah ketegangan pada punggung. Pergerakan tubuh yang benar dalam hal mengangkat benda berat adalah sangat penting untuk menghindari ketegangan otot. Ada dua prinsip yang harus diikuti :

    Merunduk dan bukannya membengkokan tubuh untuk mengangkat sesuatu sehingga kaki (paha) dan bukannya punggung yang memikul beban dan merentang
    Rentangkan kaki dan letakkan satu kaki agak didepan yang lain ketika merunduk sehingga ada landasan luas bagi keseimbangan ketika berdiri dari posisi merunduk.

    MENGURANGI RASA SAKIT SAAT PERSALINAN

    Persepsi rasa sakit sangat bervariasi tergantung pada keadaan emosional ibu. Dukungan yang baik selama persalinan dapat menenangkan dan mengurangi rasa sakit. Rasa sakit ini dapat dikurangi dengan mengalihkan perhatian ibu melalui menganjurkan ibu berjalan-jalan atau mengubah posisi yang nyaman sesuai kehendak ibu.

    Peran dari pendamping persalinan juga sangat bermanfaat untuk memberikan support persalinan atau pun melakukan massase punggung atau mengusap mukanya diantara kontraksi. Teknik mengurangi rasa sakit juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pernafasan tertentu atau dengan berendam air hangat untuk memberikan efek rileksasi.

    Posisi mengatasi gangguan rasa nyaman pada fase 1 laten

    Posisi yang nyaman untuk mengatasi rasa sakit pada setiap tahap tidak sama. Cobalah beberapa posisi agar dapat mengikuti proses yang terjadi. Suami atau pendamping persalinan lainnya dapat memberi semangat dan membantu meringankan ketidaknyamanan yang dialami ibu dengan mengurut pinggang belakang serta menenangkan ibu.

    Duduk

    Duduklah di kursi dengan menghadap ke belakang, kedua kaki dilebarkan. Rebahkan kepala ke sandaran kursi, sementara suami mengurut punggung isteri.

    Bersandar tegak

    Pada saat kontraksi, bersandarlah pada sesuatu yang dekat seperti dinding, punggung kursi atau tempat tidur. Berlututlah bila perlu dan letakan bantal di lantai untuk menahan lutut. Condongkan panggul ke depan, lalu kembali ke posisi semula.

    Bersandar ke depan

    Duduk menghadap sandaran kursi dengan kedua kaki mengangkang. Letakkan sebuah bantal di sandaran kursi supaya kepala dan tangan tidak sakit. Selain pada kursi, ibu dapat juga bersandar pada tubuh suami, pintu, meja dan lain-lain.

    Berlutut ke depan

    Ibu dapat mengatasi rasa sakit dengan berlutut dilantai dengan kaki melebar. Gunakan beberapa bantal besar untuk menopang. Punggung tetap lurus. Setelah itu, duduklah dengan posisi miring diantara kontraksi.

    Naikkan pantat dengan kepala tetap diatas bantal akan membantu mengurangi sakit di punggung (karena kepala bayi menekan perut)

    Mengatasi sakit punggung

    Berlutut dengan bertumpu pada kedua lutut dan lengan, serta punggung lurus dapat mengurangi sakit saat kontraksi. Letakkan bantal dibawah lutut. Saat diantara kontraksi, bersandarlah ke depan atau duduklah bersila.

    Miring ke depan

    Miringkan panggul beberapa kali ke depan dan belakang diantara kontraksi, lalu beristirahatlah dengan meletakan kepala di lengan. Tekanan kepala bayi pada punggung akan berkurang.

    Jangan meneran

    Jika pembukaan belum sepenuhnya lengkap, jangan meneran dulu, aturlah posisi seperti bersujud/menungging, tapi kaki diluruskan, dan kepala menghadap ke samping dan diletakkan diatas lengan sambil melakukan pernafasan pendek-pendek.

    Mengurut punggung (massase)

    Ibu mengurut bagian bawah punggung dengan telapak tangannya, dengan gerakan berputar. Taburkan bedak talk untuk menghindari lecet pada kulit. Selain dapat mengurangi sakit punggung, juga dapat memberikan efek tenang dan tenteram pada ibu. Disini amat besar peran pendamping untuk memberikan perhatian kepada ibu, tidak hanya dalam hal massase tapi juga dalam bentuk kalimat-kalimat yang berisi motivasi kepada ibu.

    Teknik mengatur pernafasan

    Pernafasan tahap 1

    Setiap kali kontraksi, dari awal sampai berakhir, tariklah nafas dalam-dalam dan teratur melalui hidung dan keluarkan melalui mulut. Pada puncak kontraksi, bernafaslah ringan dan pendek-pendek melalui mulut.

    Bernafas pendek-pendek yaitu bernafaslah dengan mulut sewaktu kontraksi memuncak, tapi jangan terlalu lama karena dapat mengakibatkan pusing.

    Pernafasan saat transisi

    Kontraksi akan terjadi selama satu menit dan bisa terasa setiap menit. Agar ibu tidak meneran terlalu awal katakan : “huh-huh, pyuh”, sambil bernafas pendek-pendek. Lalu bernafaslah panjang. Setelah itu bernafaslah perlahan dan teratur.

    Mengatur pernafasan dapat dilakukan dengan menarik nafas pendek-pendek untuk mengurangi rasa sakit selama tahap kedua, selain untuk menahan keinginan meneran.

    Menolong diri sendiri

    Jika kontraksi semakin kuat dan sering, cobalah beberapa posisi yang pernah dicoba sebelumnya. Bila ibu ingin berbaring, lakukan berbaring miring, jangan terlentang. Gunakan beberapa bantal untuk menyangga kepala dan paha.

    Menghadapi kontraksi

    Bergerak terus diantara kontraksi untuk mengatasi rasa sakit
    Pusatkan perhatian pada pernafasan untuk mengalihkan perhatian pada kontraksi
    Rileks sewaktu tidak kontraksi untuk menghemat tenaga
    Jangan menahan BAK agar kandung kemih tidak penuh saat bayi keluar
    Punggung tetap lurus agar bayi tetap di mulut rahim. Kontraksi akan menajdi lebih kuat
    Jika terasa sakit, berteriaklah atau menangis. Jangan ditahan atau merasa malu.
    Pusatkan perhatian pada suatu objek tertentu untuk mengalihkan perhatian dari rasa sakit.

    Suami dapat turut berperan dalam proses persalinan dengan menghibur dan memberi semangat. Bersabarlah, walaupun isteri menjengkelkan pada saat dia sangat menderita. Ingatkan ibu akan latihan teknik pernafasan, usap keningnya yang berkeringat, peluk bahunya, urut punggungnya dan beri minum bila ibu haus.

    Bersandar pada suami

    Jika ibu masih bisa berjalan pada awal persalinan, berhentilah saat terjadi kontraksi dan bersandarlah pada suami.

    Sumber :

    lenteraimpian.wordpress.com

    Bennet, V. R. & Brown L.K. 1996. Myles. ed 12. London : Chounchil Livingstone

    Fenwick, Elisabeth. 1999. Tips Penting Melahirkan. Jakarta : Dian Rakyat

    Varney, Helen. 1997. Varney’s Midwifery. Ed. 3. New York : Jones and banthet

    Wednesday, January 12, 2011

    ASKEP TETANUS

    TETANUS
    A. DefenisiPenyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot rangkaB. EtiologiClostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4 – 0,5 milimikron yang berspora termasuk golongan gram positif dan hidupnya anaerob. Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini (tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu 65 0 C akan hancur dalam lima menit. Disamping itu dikenal pula tetanolysin yang bersifat hemolisis, yang peranannya kurang berarti dalam proses penyakit.C. PatofisiologiPenyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti luka tertusuk paku, pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kototr dan pada bayi dapat melalui tali pusat. Organisme multipel membentuk 2 toksin yaitu tetanuspasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot, dan mempngaruhi sistem saraf pusat. Eksotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem saraf pusat dengan melewati akson neuron atau sistem vaskuler. Kuman ini menjadi terikat pada satu saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Namun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh aritititoksin. Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya toksin adalah pertama toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawah ke korno anterior susunan saraf pusat. Kedua, toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan saraf pusat. Toksin bereaksi pada myoneural junction yang menghasilkan otot-otot menjadi kejang dan mudah sekali terangsang. Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari .D. Gejala klinisTimbulnya gejala klinis biasanya mendadak, didahului dengan ketgangan otot terutama pada rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus) karena spsme otot massater. Kejang otot ini akan berlanjut ke kuduk (opistotonus) dinding perut dan sepanjang tulang belakang. Bila serangan kejang tonik sedang berlangsung serimng tampak risus sardonukus karena spsme otot muka dengan gambaran alsi tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi. Gambaran umum yang khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam ekstrensi lengan kaku dan tangan mengapal biasanya kesadaran tetap baik. Serangan timbul paroksimal, dapat dicetus oleh rangsangan suara, cahaya maupun sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul spontan. Karena kontraksi otot sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak). Kadang dijumpai demam yang ringan dan biasanya pada stadium akhirE. Pemeriksaan diagnostik· Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang· Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/LF. Komplikasi· Bronkopneumoni· Asfiksia dan sianosisG. Pengobatan· Anti Toksin : ATS 500 U IM dilanjutkan dengan dosis harian 500-1000 U· Anti kejang : Diazepam 0,5-1,0 mg/kg BB / 4 jam IM Efek samping stupor, koma· Antibiotik : Pemberian penisilin prokain 1,2 juta U/hariH. PencegahanPencegahan penyakit tetanus meliputi :1. Anak mendapatkan imunisasi DPT diusia 3-11 Bulan2. Ibu hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 X3. Pencegahan terjadinya luka & merawat luka secara adekuat4. Pemberian anti tetanus serumI. Proses Keperawatan1. Pengkajiana. Identitas pasien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medik, rencana terapib. Identitas orang tua:· Ayah : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat.· Ibu : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamatc. Identitas sudara kandung2. Keluhan utama/alasan masuk RS.3. Riwayat Kesehatana. Riwayat kesehatan sekarangb. Riwayat kesehatan masa lalu§ Ante natal care§ Natal§ Post natal carec. Riwayat kesehatan keluarga4. Riwayat imunisasi5. Riwayat tumbuh kembang§ Pertumbuhan fisik§ Perkembangan tiap tahap6. Riwayat Nutrisi§ Pemberin asi§ Susu Formula§ Pemberian makanan tambahan§ Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini7. Riwayat Psikososial8. Riwayat Spiritual9. Reaksi Hospitalisasi§ Pemahaman keluarga tentang sakit yang rawat nginap10. Aktifitas sehari-hari§ Nutrisi§ Cairan§ Eliminasi BAB/BAK§ Istirahat tidur§ Olahraga§ Personal Hygiene§ Aktifitas/mobilitas fisik§ Rekreasi11. Pemeriksaan Fisik§ Keadaan umum klien§ Tanda-tanda vital§ Antropometri§ Sistem pernafasan§ Sistem Cardio Vaskuler§ Sistem Pencernaan§ Sistem Indra§ Sistem muskulo skeletal§ Sistem integumen§ Sistem Endokrin§ Sistem perkemihan§ Sistem reproduksi§ Sistem imun§ Sistem saraf : Fungsi cerebral, fungsi kranial, fungsi motorik, fungsi sensorik, fungsi cerebelum, refleks, iritasi meningen12. Pemeriksaan tingkat perkembangan§ 0 – 6 tahun dengan menggunakan DDST (motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial)§ 6 tahun keatas (perkembangan kognitif, Psikoseksual, Psikososial)13. Tes Diagnostik14. Terapid. Diagnosa Keperawatan♦ Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya sekretsi atau produksi mukus♦ Defisit velume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat♦ Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketegangan dan spasme otot mastikatoris , kesukaran menelan dan membuka mulut♦ Resiko aspirasi berhubungan dengan meningkatknya sekresi, kesukaran menelan, dan spasme otot faring.♦ Resiko injuri berhubungan dengan aktifitas kejang♦ Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan aktifitas tatanuslysin♦ Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang♦ Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan perubahan status kesehatan, penata laksanaan gangguan kejang♦ Cemas berhubungan dengan kemungkinan injuri selama kejang Rencana Keperawatan dan RasionalC Dx. 1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya sekretsi atau produksi mukus.Tujuan : Anak memperlihatkan kepatenan jalan nafas dengan kriteria jalan nafas bersih, tidak ada sekresiIntervensiRasionala. Kaji status pernafasan, frekwensi, irama, setiap 2 – 4 jamb. Lakukan pengisapan lendir dengan hati-hati dan pasti bila ada penumpukan sekretc. Gunakan sudip lidah saat kejangd. Miringkan ke samping untuk drainagee. Observasi oksigen sesuai programf. Pemberian sedativa Diazepam drip 10 Amp (hari pertama dan setiap hari dikurangi 1 amp)g. Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut§ Takipnu, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya sekret§ Menurunkan resiko aspirasi atau aspeksia dan osbtruksi§ Menghindari tergigitnya lidah dan memberi sokongan pernafasan jika diperlukan§ Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang menyumbat jalan nafas§ Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan hipoksia§ Mengurangi rangsangan kejang§ Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan pencegahan hipoksiaC Dx. 2. Defisit velume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuatTujuan : Anak tidak memperlihatkan kekurangan velume cairan yang dengan kriteria:§ Membran mukosa lembab, Turgor kulit baikIntervensiRasional1. Kaji intake dan out put setiap 24 jam2. Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, dan turgor kulit setiap 24 jam3. Berikan dan pertahankan intake oral dan parenteral sesuai indikasi ( infus 12 tts/m, NGT 40 cc/4 jam) dan disesuaikan dengan perkembangan kondisi pasien4. Monitor berat jenis urine dan pengeluarannya5. Pertahankan kepatenan NGT@ Memberikan informasi tentang status cairan /volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian@ Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler@ Mempertahankan kebutuhan cairan tubuh@ Penurunan keluaran urine pekat dan peningkatan berat jenis urine diduga dehidrasi/ peningkatan kebutuhan cairan@ Mempertahankan intake nutrisi untuk kebutuhan tubuhC Dx. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketegangan dan spasme otot mastikatoris , kesukaran menelan dan membuka mulutTujuan : Status nutrisi anak terpenuhi dengan kriteria:@ Berat badan sesuai usia@ makanan 90 % dapat dikonsumsi@ Jenis makanan yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan gizi anak (protein, karbohidrat, lemak dan viotamin seimbangIntervensiRasional1. Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan2. Kaji bising usus bila perlu, dan hati-hati karena sentuhan dapat merangsang kejang3. Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein4. Timbang berat badan sesuai protokol@ Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh@ Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air.@ Suplay Kalori dan protein yang adekuat mempertahankan metabolisme tubuh@ Mengevalusai kefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisiC Dx. 4. Resiko aspirasi berhubungan dengan meningkatknya sekresi, kesukaran menelan, dan spasme otot faring.Tujuan : Tidak terjadi aspirasi dengan kriteria:- Jalan nafas bersih dan tidak ada sekret- Pernafasan teraturIntervensiRasional1. Kaji status pernafasan setiap 2-4 jam2. Lakukan pengisapan lendir dengan hati-hati3. Gunakan sudip lidah saat kejang4. Miringkan ke samping untuk drainage5. Pemberian oksigen 0,5 Liter6. Pemberian sedativa sesuai program7. Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut@ Takipnu, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya sekret@ Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi@ Menghindari tergigitnya lidah dan memberi sokongan pernafasan jika diperlukan@ Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang menyumbat jalan nafas@ Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan hipoksia@ Mengurangi rangsangan kejang@ Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan pencegahan hipoksiaC Dx. 5. Resiko injuri berhubungan dengan aktifitas kejangTujuan : Cedera tidak terjadi dengan kriteriaC Klien tidak ada cederaC Tidur dengan tempat tidur yang terpasang pengamanIntervensiRasional1. Identifikasi dan hindari faktor pencetus2. Tempatkan pasien pada tempat tidur pada pasien yang memakai pengaman3. Sediakan disamping tempat tidur tongue spatel4. Lindungi pasien pada saat kejang5. Catat penyebab mulai terjadinya kejang@ Menghindari kemungkinan terjadinya cedera akibat dari stimulus kejang@ Menurunkan kemungkinan adanya trauma jika terjadi kejang@ Antisipasi dini pertolongan kejang akan mengurangi resiko yang dapat memperberat kondisi klien@ Mencegah terjadinya benturan/trauma yang memungkinkan terjadinya cedera fisik@ Pendokumentasian yang akurat, memudah-kan pengontrolan dan identifikasi kejangC Dx. 6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tetanus lysin , pembatasan aktifitas (immobilisasi)Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit, dengan kriteria :C Tidak ada kemerahan , lesi dan edemaIntervensiRasional1. Observai adanya kemerahan pada kulit2. Rubah posisi secara teratur3. Anjurkan kepada orang tua pasien untuk memakaikan katun yang longgar4. Pantau masukan cairan, hidrasi kulit dan membran mukosa5. Pertahankan hygiene kulit dengan mengeringkan dan melakukan masagge dengan lotion@ Kemerahan menandakan adanya area sirkulasi yang buruk dan kerusakan yang dapat menimbulkan dikubitus@ Mengurangi stres pada titik tekanan sehingga meningkatkan aliran darah ke jaringan yang mempercepat proses kesembuhan@ Mencegah iritasi kulti secara langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit@ Mendeteksi adanya dehidrasi/overhidrasi yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan@ Mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi dan masagge dapat meningkatkan sirkulasi kulit@ Dx. 7. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejangTujuan : Kebutuhan aktifitas sehari-hari/perawatan diri terpenuhi, dengan kriteria@ Tempat tidur bersih,Tubuh anak bersih,Tidak ada iritasi pada kulit, BAB/BAK dapat dibantu.IntervensiRasional1. Pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari2. Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan aktifitas , BAB/BAK, membersihkan tempat tidur dan kebersihan diri3. Berikan makanan perparenteral4. Libatkan orang tua dalam perawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.C Kebutuhan sehari-hari terpenuhi secara adekuat dapat membantu proses kesembuhanC Memenuhi kebutuhan nutrisi klienC Orang tua mandiri dalam merawat anak di rumah sakitC Dx. 8. Cemas berhubungan dengan kemungkinan injuri selama kejang Tujuan : Orang tua menunjukan rasa cemas berkurang dan dapat mengekspresikan perasaan tentang kondisi anak yang dialami, dengan kriteria : Orang tua klien tidak cemas dan gelisah.IntervensiRasional1. Jelaskan tentang aktifitas kejang yang terjadi pada anak2. Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan perasaannya tentang kondisi anaknya3. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan4. Gunakan komunikasi dan sentuhan terapetikC Pengetahuan tentang aktifitas kejang yang memadai dapat mengurangi kecemasanC Ekspresi/ eksploitasi perasaan orang tua secara verbal dapat membantu mengetahui tingkat kecemasanC Pengetahuan tentang prosedur tindakan akan membantu menurunkan / menghilangkan kecemasanC Memberikan ketenangan dan memenuhi rasa kenyamanan bagi keluarga

    Saturday, October 23, 2010

    Asuhan Keperawatan Klien dengan Tuberculosis (TBC)

    Tuberculosis merupakan suatu penyakit yang sangat epidemic dan menular langsung yang disebabkan oleh basil mikobakterium tuberculosis tipe humanus.
    Meskipun paling sering terlihat sebagai penyakit paru, tuberculosis dapat mengenai selain paru (16%) dan mempengaruhi organ dan jaringan lain. Insiden lebih tinggi pada laki-laki, bukan kulit putih, dan lahir di negara asing. Selain itu, orang pada risiko paling tinggi termasuk yang dapat terpajan pada basilus pada waktu lalu dan yang tidak mampu atau mempunyai kekebalan rendah karena kondisi kronis, seperti AIDS, kanker, usia lanjut, malnutrisi, dan sebagainya.
    Sifat-sifat mikobakterium tuberculosis :
    @ berbentuk basil dengan panjang 1-4/mm dengan ketebalan 0,3-0,6/mm.
    @ sebagian besar terdiri atas asam lemak sehingga mikobakterium tuberculosis tahan asam dan tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
    @ dapat hidup di udara kering dan keadaan dingin (almari es) yang disebut sifat dormant.
    @ merupakan bakteri aerob, dimana bagian apical paru merupakan tempat predileksi TBC.
    yang disebut sifat dormant.
    @ merupakan bakteri aerob, dimana bagian apical paru merupakan tempat predileksi TBC.
    Cara penularan :
    @ pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
    # ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan dahak dan sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
    @ basil mikobakterium tuberculosis -> masuk kedalam jaringan paru melalui saluran nafas (droplet infection) -> sampai ke alveoli -> terjadi infeksi primer (Ghon) -> menyebar ke kelenjar getah bening -> membentuk primer kompleks (Ranke)
    Gejala-gejala umum :
    @ suhu tubuh meningkat (hilang timbul) 40-41 derajat Celcius.
    @ berkeringat pada malam hari tanpa melakukan aktivitas apapun.
    @ lemas.
    @ anoreksia.
    @ berat badan menurun.
    Gejala-gejala khusus :
    @ batuk berdahak terus menerus selama 3 minggu atau lebih.
    @ batuk lama dengan dahak bercampur darah.
    @ nyeri dada.
    @ sesak nafas.
    @ nyeri tulang.
    @ gangguan pencernaan kronis disertai penurunan berat badan.
    @ panas tinggi dan biasanya disertai kejang pada anak.
    Komplikasi :
    @ hemoptisis berat
    @ kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
    @ bronkilektasis dan fibrosis pada paru.
    @ pneumothorak spontan ; kolap spontan karena kerusakan jaringan paru.
    @ penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal.
    @ insfisiensi kardio pulmonal

    ASUHAN KEPERAWATAN
    >Anamnesis (Pengkajian)
    1.Identitas : nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, penanggung jawab biaya (nama & alamat), dokter yang merujuk.
    2.Riwayat penyakit sekarang : keluhan utama, jelaskan penyakitnya berdasarkan kualitas, kuantitas, latar belakang, lokasi anatomi dan penyebarannya, aktu termasuk kapan penyakitnya dirasakan, faktor-faktor apa yang membuatnya membaik, memburuk, tetap, apakah keluhan konstan atau intermitten.
    3.Riwayat penyakit terdahulu : pengobatan yang dijalani sekarang,apakah pernah dirawat sebelumnya, riwayat penyakit kronik dan menular, riwayat control, riwayat penggunaan obat, riwayat alergi, riwayat operasi.
    4.Riwayat penyakit keluarga : umur, status anggota keluarga (hidup,mati) dan masalah kesehatan pada anggota keluarga (jenis penyakit).
    5.Observasi dan pemeriksaan fisik :
    a.tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu badan, RR, kesadaran.
    b.sistem pernafasan (B1) : keluhan (batuk, warna secret, sesak, produktif, nyeri dada, tidak produktif, konsistensi, bau), irama nafas (teratur, tidak teratur), jenis (dispnea, kusmaul, cheyne stokes), suara nafas (vesikuler, bronco vesikuler, ronki, wheezing), alat bantu nafas (ya, tidak).
    c.sistem kardiovaskuler (B2) : keluhan nyeri dada (ya, tidak), irama jantung (regular, ireguler), S1/S2 tunggal (ya, tidak), suara jantung (normal, murmur, gallop), CRT, akral (hangat, panas, dingin, kering, basah), JVP (normal, meningkat, menurun).
    d.sistem persyarafan (B3) : GCS, reflek fisiologis (patella, triceps, biceps), reflek patologis (babinsky, budzinsky, kernig), keluhan pusing (ya, tidak), pupil (isokor, anisokor), sclera/konjunctiva (anemis, ikterus), gangguan pandangan (ya, tidak), gangguan pendegaran (ya, tidak), gangguan penciuman (ya, tidak), lama tidur, gangguan tidur.
    e.sistem perkemihan (B4) : kebersihan, keluhan kencing (nokturi, inkontinensia, gross hematuri, poliuria, anuria, disuria, retensi, oliguria, hesistensi), produksi urin, kandung kemih membesar (ya, tidak), nyeri tekanan kandung kemih, intake cairan (oral, parenteral), alat bantu kateter (ya, tidak).
    f.sistem pencernaan (B5) : mulut (bersih, kotor, berbau), mukosa (lembab, kering, stomatitis), tenggorokan (sakit menelan, pembesaran tonsil, kesulitan menelan, nyeri tekan), abdomen (tegang, kembung, ascites), nyeri tekan pada abdomen, luka dan jenis operasi pada abdomen, gerak peristaltic, BAB dan konsistensi, diet, nafsu makan, porsi makan.
    g.sistem musculoskeletal dan integument (B6) : pergerakan sendi, kekuatan otot, kelainan ekstremitas, kelainan tulang belakang, fraktur, traksi/spalk/gips, kompartemen syndrome, kulit (ikterik, sianosis, kemerahan, hiperpigmentasi), turgor, luka.
    h.sistem endokrin : pembesaran kelenjar tyroid, pembesaran kelenjar getah bening, hipoglikemia, hiperglikemia, luka gangren.
    #pada tahap dini sulit diketahui. tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial, conchi basah).
    Pada penderita TBC :
    -Perkusi = hipersonor / tympani; efusi pleura (perkusi; pekak).
    -Inspeksi = atropi pada retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis; tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum.
    -Auskultasi = ada sekret disaluran nafas dan bronchi.
    6.pengkajian psikosial : persepsi klien terhadap penyakitnya, ekspresi klien terhadap penyakitnya, reaksi saat interaksi, gangguan konsep diri.
    7.personal hygiene dan kebiasaan : mandi, keramas, ganti pakaian, sikat gigi, memotong kuku, merokok, alcohol.
    8.pengkajian spiritual : kebiasaan beribadah sebelum dan sesudah sakit.
    9.pemeriksaan penunjang (diagnostic test) : pemeriksaan laboratorium, radiologi, bronchografi, spirometer, teknik polymerase chain reaction, becton dickinson diagnostic instreumen system (BACTEC), enzyme linked immunosorbent assay, MYCODOT.
    #Pemeriksaan Radiologi :
    -pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas atau bercak nodular.
    -pada kavitas gambar bayangan berupa cincin tunggal atau ganda.
    -pada klasfikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
    -bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
    -kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru.
    -bayangan milier.
    # Bronchografi :
    -pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.
    # Pemeriksaan Laboratorium :
    -darah = leukosit meninggi, LED meningkat, limfositosis.
    -sputum = pewarnaan -> BTA positif; kultur (Lowenstein Jensen agar) -> tumbuh koloni mikobakterium tuberculosis.
    Tes tuberculin : mantoux tes (indural lebih dari 10-15 mm).
    # Spirometer :
    -penurunan fungsi paru; kapasitas vital menurun.
    # Teknik polymerase chain reaction :
    -deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amolifikasi dalam berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi kuman meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam specimen.
    -teknik ini dapat mendeteksi adanya resistensi.
    # Becton dickinson diagnostic instreumen system (BACTEC) :
    -deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemah oleh mikobakterium tuberculosis.
    # enzyme linked immunosorbent assay :
    -deteksi respon humoral, berupa proses antigen-antibodi yang terjadi.
    # MYCODOT :
    -deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu alat berbentuk sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam serum pasien.
    -bila terdapat antibody spesifik dalam jumlah memadai maka warna sisir berubah.
    10.terapi
    > Diagnosis Keperawatan
    1.bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan :
    -sekret kental atau secret darah.
    -kelemahan, upaya batuk buruk.
    -edema trakeal / faringeal.
    2.gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :
    -berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis.
    -kerusakaan membrane alveolar kapiler.
    -sekret yang kental.
    -edema bronchial.
    3.resiko infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan :
    -daya tahan tubuh menurun, fungi sillia menurun, sekresi yang menetap.
    -kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar.
    -malnutrisi.
    -terkontaminasi oleh lingkungan.
    -kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.
    4.perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan :
    -kelelahan.
    -batuk yang sering, adanya produksi sputum.
    -dispnea.
    -anoreksia.
    -penurunan kemampuan financial.
    5.kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan :
    -tidak ada yang menerangkan.
    -interpretasi yang salah.
    -informasi yang didapat tidak lengkap / tidak akurat.
    -terbatasnya pengetahuan.
    >Intervensi
    @ bersihan jalan nafas tidak efektif:
    -posisi semi fowler / fowler, ajarkan latihan nafas dalam dan batuk dalam efektif.
    -bersihan secret dari mulut dan trachea, suctin (b/p).
    -pertahankan intake cairan 2500-3000 ml/hr.
    -lembabkan udara / oksigen inspirasi.
    -berikan obat : agen mukolitik, bronkodilator.
    -pantau fungsi pernafasan; bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesori.
    -catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah, sputum, adanya hemoptisis.
    @ gangguan pertukaran gas :
    -latihan nafas dengan bibir disiutkan (pasien fibrosis atau kerusakan parenkim).
    -bedrest, bantu kebutuhan.
    -berikan oksigen.
    -monitor GDA.
    -evaluasi perubahan tingkat kesadaran.
    @ resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi :
    -anjurkan pasien menutup mulut jika batuk dan membuang dahak ditempat penampungan yang tertutup.
    -gunakan masker setiap melakukan tindakan.
    -berikan terapi dan monitor sputum BTA.
    @ perubahan nutrisi :
    -anjurkan bedrest.
    -lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.
    -makan sedikit tapi sering (diet TKTP).
    -monitor intake dan output.
    @ kurang pengetahuan :
    -tekankan pentingnya diet TKTP dan intake cairan yang adekuat.
    -berikan informasi yang spesifik dan jelas.
    -anjurkan untuk merubah perilaku buruk (rokok, minuman keras, begadang).

    referensi :

    * Doenges, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC