Thursday, July 30, 2009

Bahayakah Seks Saat Hamil?

Sebagian perempuan takut melakukan hubungan seksual saat hamil. Beberapa merasa gairah seksualnya menurun karena tubuh mereka melakukan banyak penyesuaian terhadap bentuk kehidupan baru yang berkembang di dalam rahim mereka. Sementara di saat yang sama, gairah yang timbul ternyata meningkat. Ini bukan kelainan seksual. Memang ada masanya ketika ibu hamil mengalami peningkatan gairah seksual.

Trimester pertama: Minat menurun Pada trimester (3 bulan) pertama, biasanya gairah seks menurun. Jangankan kepingin, bangun tidur saja sudah didera morning sickness, muntah, lemas, malas, segala hal yang bertolak belakang dengan semangat dan libido. Fluktuasi hormon, kelelahan, dan rasa mual dapat menghisap semua keinginan untuk melakukan hubungan seks.

Trimester kedua: Minat meningkat (kembali) Memasuki trimester kedua, umumnya libido timbul kembali. Tubuh sudah dapat menerima dan terbiasa dengan kondisi kehamilan sehingga ibu hamil dapat menikmati aktivitas dengan lebih leluasa daripada di trimester pertama. Kehamilan juga belum terlalu besar dan memberatkan seperti pada trimester ketiga. Mual, muntah, dan segala rasa tidak enak biasanya sudah jauh berkurang dan tubuh terasa lebih nyaman. Demikian pula untuk urusan ranjang. Ini akibat meningkatnya pengaliran darah ke organ-organ seksual dan payudara.

Trimester ketiga: Minat menurun lagi Libido dapat turun kembali ketika kehamilan memasuki trimester ketiga. Rasa nyaman sudah jauh berkurang. Pegal di punggung dan pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat, nafas lebih sesak (karena besarnya janin mendesak dada dan lambung), dan kembali merasa mual, itulah beberapa penyebab menurunnya minat seksual. Tapi jika Anda termasuk yang tidak mengalami penurunan libido di trimester ketiga, itu adalah hal yang normal, apalagi jika Anda termasuk yang menikmati masa kehamilan. Anda juga termasuk beruntung karena tidak perlu tersiksa oleh kaki yang membengkak, sakit kepala, atau keharusan beristirahat total.

Selain hal fisik, turunnya libido juga berkaitan dengan kecemasan dan kekhawatiran yang meningkat menjelang persalinan. Pertanyaan yang paling umum adalah “apakah berhubungan seksual dapat membahayakan janin?”. Secara medis tidak ada sesuatu yang perlu dirisaukan jika kehamilan tidak disertai faktor penyulit, artinya kondisinya sehat-sehat saja. Yang termasuk faktor penyulit adalah ancaman keguguran, hipertensi, muntah-muntah yang berlebihan, atau kondisi kesehatan tertentu lainnya. Hal-hal yang dikhawatirkan dapat timbul karena melakukan hubungan seks terhadap kehamilan:

Keguguran

Banyak pasangan yang merasa khawatir bahwa seks selama kehamilan dapat menyebabkan keguguran. Tapi sesungguhnya masalah sebenarnya bukan pada aktivitas seksual itu sendiri. Keguguran (early miscarriage) biasanya berhubungan dengan ketidaknormalan kromosom atau masalah lain yang dialami janin yang sedang berkembang. Bukan pada apa yang Anda lakukan atau tidak lakukan. Menyakiti janin Kontak seksual tidak akan menjangkau atau mengganggu janin yang terlindung oleh selaput dan cairan ketuban. Cairan ketuban adalah peredam kejut yang sangat baik sehingga gerakan saat senggama maupun kontraksi rahim saat orgasme akan teredam dan tidak mengganggu janin. Ejakulasi yang terjadi juga tidak akan membuat sperma menjangkau janin karena ada selaput ketuban yang melindungi. Penis pasangan Anda juga tidak akan menyentuh janin. Tetapi jika kenyamanan adalah masalahnya, tentu sebaiknya Anda membicarakan dengan pasangan Anda mengenai posisi pilihan.

Orgasme

Orgasme memicu kelahiran prematur karena orgasme dapat memicu kontraksi rahim. Namun kontraksi ini berbeda dengan kontraksi yang dirasakan menjelang saat melahirkan. Penelitian mengindikasikan bahwa jika Anda menjalani kehamilan yang normal, orgasme -dengan atau tanpa hubungan intim (yang berarti para lelaki tidak perlu melakukan penetrasi penis, cukup 'lainnya')- tidak memicu kelahiran prematur. Khawatir saja Jika Anda memiliki sindrom pra-menstruasi (PMS), besar kemungkinannya Anda akan mengalami mood swing yang lebih parah saat hamil. Ini tidak saja berpengaruh terhadap hasrat seksual, tapi juga kekhawatiran yang cenderung berlebihan pada dampaknya.

Perhatikan beberapa hal ini!! Jika Anda memilih seks oral, pastikan pasangan tidak meniupkan udara ke dalam vagina. Walaupun jarang, tapi masuknya udara ke dalam pembuluh darah (emboli) dapat berakibat fatal bagi Anda dan janin. Jadi sebaiknya dihindari sebisa mungkin. Hindari berbaring telentang selama berhubungan intim. Jika rahim (dan janin) menekan pembuluh darah utama di bagian belakang perut, Anda dapat merasa pusing (lightheaded) atau mual. Tapi jika anda tidak bermasalah dengan posisi ini, lakukan saja. Jika Anda memang sedang tidak ingin melakukan hubungan seksual, katakan apa adanya pada pasangan anda.

Cemas, tak nyaman, tidak tertarik sama sekali (no desire), atau tidak memungkinkan (harus menghindari) adalah beberapa alasan yang umum. Paparan pada penyakit menular seksual (PMS) selama kehamilan meningkatkan risiko infeksi yang dapat mempengaruhi kesehatan kehamilan dan janin. Jika Anda berganti pasangan seksual selama kehamilan, gunakan kondom saat berhubungan intim. Berkaitan dengan penyakit menular seksual: Safe sex is no sex. Keamanan 100% adalah ketika tidak berhubungan seksual. Ini tidak berarti bahwa suami-istri sebaiknya tidak berhubungan intim. Namun jika anda termasuk yang sering berganti-ganti pasangan seksual, camkan hal tersebut baik-baik.

Sebaiknya tidak berhubungan seks jika:

Placenta previa

Ini adalah keadaan dimana plasenta (sebagian atau seluruhnya) berada di bagian bawah rahim, menutupi mulut/jalan keluar janin. Plasenta normalnya terletak di atas rahim. Jika penetrasi menekan mulut rahim, dikhawatirkan akan terjadi perdarahan. Kelahiran prematur Ibu hamil dapat diduga mengalami kelahiran prematur jika mulai mengalami kontraksi reguler sebelum usia kehamilan 37 minggu yang menyebabkan mulut rahim mulai membuka.

Orgasme dikhawatirkan akan memicu kontraksi. Selain itu, paparan terhadap hormon prostaglandin di dalam semen (cairan sperma) juga dapat memicu kontraksi, yang walaupun tidak berbahaya bagi kehamilan normal, harus diwaspadai jika Anda memiliki risiko melahirkan (janin) prematur. Jika tetap memilih berhubungan seks, keluarkan sperma di luar vagina. Perdarahan (flek/vaginal bleeding) Perdarahan dapat dikaitkan dengan tanda-tanda keguguran. Sebaiknya hubungan seksual dihindari jika ada kasus perdarahan. Kecuali jika dokter Anda menyatakan bahwa flek yang anda alami adalah gejala normal yang kadang terjadi, tergantung usia kehamilan, kondisi janin, volume dan rupa flek, dan kondisi Anda sendiri.

Mulut rahim (cervix) lemah

Jika mulut rahim mulai membuka secara prematur, seks dapat meningkatkan risiko infeksi. Janin kembar Jika anda mengandung janin kembar, dokter/bidan mungkin menganjurkan untuk menghindari berhubungan intim saat kehamilan memasuki trimester tiga, walaupun hingga saat ini belum ditemukan ada hubungannya antara seks dengan kelahiran kembar prematur.

Tidak ada patokan yang ketat tentang batas seberapa sering hubungan seksual dapat dilakukan selama kehamilan. Sepanjang kondisi kehamilan Anda baik-baik saja, berapakalipun tidak masalah. Walaupun demikian, ada baiknya Anda memperhitungkan dampaknya agar tidak terlalu letih. Setelah melahirkan, kapan mulai berhubungan seks lagi? Tubuh Anda memerlukan waktu untuk pulih ke keadaan normal seperti sebelum hamil, baik melahirkan melalui vagina atau dengan operasi caesar.

Banyak dokter menyarankan untuk menunggu setidaknya 6 minggu sebelum mulai berhubungan intim atau selesai masa nifas. Periode ini memberi waktu bagi mulut rahim untuk kembali menutup dan bagi jahitan/luka untuk sembuh. Ketika Anda merasa siap untuk kembali berhubungan intim, mulailah perlahan. Gunakan metode yang dapat diandalkan sebagai alat kontrasepsi. Menyusui secara eksklusif (dianjurkan selama 6 bulan) akan memberi Anda perlindungan optimal. Walaupun 6 minggu telah terlewati, jika tubuh Anda merasa belum siap, jangan memaksakan diri. Pasangan Anda adalah orang yang paling patut untuk mengerti dan berempati atas kondisi yang sedang Anda alami.

No comments:

Post a Comment