Friday, January 15, 2010

Aritmia

Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang terletak dalam mediastinum di antara kedua paru-paru. Dengan fungsinya untuk memompa darah ke seluruh bagian tubuh, jantung merupakan salah satu organ yang tidak pernah beristirahat. Hal ini dikarenakan, jantung mempunyai suatu sistem pembentukan rangsang tersendiri. Dalam keadaan fisiologis, pembentukan rangsang irama denyut jantung berawal dari nodus sinoatrial (nodus SA) dan menyebar ke serat otot lainnya sehingga menimbulkan kontraksi jantung. Jika rangsang irama ini mengalami gangguan dalam pembentukannya dan penghantarannya, maka dapat terjadi gangguan irama jantung. (1,2)
Yang dimaksud dengan gangguan irama jantung adalah kelainan dalam kecepatan, irama, tempat asal dari rangsangan (impuls), atau gangguan penghantaran yang menyebabkan perubahan dalam urutan normal aktivasi atrium dan ventrikel. Yang menarik dari hal ini adalah gangguan irama jantung juga dapat ditemukan pada orang yang sehat. Sebagian orang dengan gangguan irama jantung bahkan tidak dapat merasakan kelainannya itu dan dari hasil Cardiovascular Health Study (1977) menunjukkan sekitar 12 % orang terdeteksi secara kebetulan saat melakukan pemeriksaan elektrokardiografi saat cek kesehatan rutin. (2,3)
Sejak 40 hingga 50 tahun lalu, penyakit kardiovaskuler masih tetap merupakan penyebab kematian yang cukup banyak pada negara-negara berkembang. Gangguan irama jantung dapat terkena pada siapa saja di dunia tanpa memperhatikan distribusi menu u Cuku atau ras. Kematian mendadak yang berasal dari gangguan irama jantung diperkirakan mencapai angka 50 % dari seluruh kematian karena penyakit jantung. Gangguan irama jantung yang terjadi dapat berupa atrial fibrilasi, atrial flutter, blok jantung, ventrikel fibrilasi, ventrikel takikardi serta gangguan irama lainnya. Data epidemiologi yang diperoleh dari New England Medical Journal (2001) menyebutkan bahwa kelainan struktur arteri koroner merupakan penyebab 80 % gangguan irama jantung yang dapat berakhir dengan kematian mendadak. (4)
Data yang diperoleh dari Framingham (2002) menyebutkan angka kejadian gangguan irama jantung akan meningkat dengan pertambahan usia. Diperkirakan, populasi geriatri (lansia) akan mencapai 11,39 % di Indonesia atau 28 juta orang di Indonesia pada tahun 2020. Makin bertambah usia, persentase kejadian akan meningkat yaitu 70 % pada usia 65 – 85 tahun dan 84 % di atas 85 tahun. (3).
Gangguan irama jantung yang paling sering ditemukan adalah atrial fibrilasi. Sekitar 2,2 juta penduduk Amerika dan hampir sekitar 5 % pada populasi umur 69 tahun dan 8 % pada populasi umur 80 tahun menderita kelainan ini. (5)
Hasil penelitian Framingham Heart Study (2002) menunjukkan bahwa atrial fibrilasi meningkatkan resiko kematian sebanyak 1,5 – 1,9 kali, yang diakibatkan oleh stroke tromboemboli. Atrial flutter sendiri lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan atrial fibrilasi. Sejumlah pasien yang datang ke rumah sakit dengan diagnosa takikardi supraventrikuler menunjukkan atrial fibrilasi sebanyak 77 % dan 10 % atrial flutter. (5)
Data yang diperoleh dari seorang ahli jantung dan pembuluh darah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Sjaharuddin Harun (2004), menyebutkan bahwa gangguan irama jantung jenis atrial fibrilasi dapat meningkatkan resiko terserang stroke lima kali lipat dibandingkan populasi dengan irama jantung normal sehingga hal ini dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Sejauh ini, atrial fibrilasi memberikan kontribusi terhadap 50.000 kasus stroke setiap tahunnya di Amerika Serikat. Sedangkan di Departemen Neurologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta diperoleh insidens atrial fibrilasi pada pasien stroke sekitar 2,2 %. Sedangkan data di ruang perawatan koroner intensif RSCM (2006), menunjukkan, terdapat 6,7 % pasien mengalami atrial fibrilasi. (3)
Jenis gangguan irama jantung lainnya yang sering menyebabkan kematian mendadak adalah ventrikel fibrilasi yang sering terjadi bersama ventrikel takikardi. Hal ini menyebabkan sekitar 300.000 kematian per tahunnya di Amerika Serikat. Kelainan ini juga ditemukan sebanyak 0,06 – 0,08 % per tahunnya pada populasi dewasa. Ventrikel fibrilasi dan ventrikel takikardi merupakan kelainan pertama yang paling sering terjadi akibat sindrom koroner akut dan merupakan penyebab 50 % kematian mendadak, yang biasanya terjadi 1 jam setelah onset infark miokard. (6)
Dari penelitian yang dilakukan oleh ahli Belgia, University of Leuven meneliti 22 atlet yang menderita aritmia ventrikel dan dibandingkan dengan 15 atlet tanpa kondisi tersebut, dan kelompok kontrol yang terdiri dari orang non atlet dan tidak menderita aritmia ventrikel. Para ahli menyimpulkan bahwa ventrikel kanan didefinisikan sebagai sumber gangguan pada 82% kelompok atlet yang menderita aritmia ventrikular. (7)
Studi epidemiologik jangka panjang menunjukkan bahwa pria mempunyai resiko gangguan irama ventrikel 2 – 4 kali lipat dibandingkan dengan wanita. Sementara itu, data yang lebih baru dari Abildstrom dan kawan-kawan (2002) yang melakukan studi prospektif selama 4 tahun menemukan bahwa gangguan irama ventrikel pada pria hanya 1,3 kali lebih sering daripada wanita. Beberapa peneliti dari National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion Amerika Serikat mendapatkan bahwa kejadian kematian mendadak yang disebabkan gangguan irama jantung yang dialami oleh wanita muda meningkat lebih dari 31 persen selama periode 1989-1996. Padahal, pria hanya mengalami peningkatan sekitar 10 persen selama periode yang sama. (8)
Pengertian
Gangguan irama jantung adalah kelainan elektrofisiologi jantung yang dapat disebabkan oleh gangguan sistem konduksi jantung, gangguan pembentukan dan/atau penghantaran impuls. (9,10)
Jantung dibagi menjadi 4 ruangan, dua diatas yaitu serambi kanan (right atrium) dan serambi kiri (left atrium), dan dua dibawah yaitu bilik kanan (right ventricle) dan bilik kiri (left ventricle). Serambi kanan menampung darah balik dari seluruh tubuh dan memompa masuk ke bilik kanan. Serambi kiri menampung darah dari paru-paru yang sudah diperkaya dengan oksigen dan memompa masuk ke bilik kiri. Bilik kanan memompa darah ke paru-paru untuk mengambil oksigen sedangkan bilik kiri memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. (13)
Beberapa sifat sistem konduksi jantung dan istilah-istilah yang penting untuk pemahaman gangguan irama jantung : (9, 14)
• Periode refrakter
Dari awal depolarisasi hingga awal repolarisasi sel-sel miokard tidak dapat menjawab stimulus baru yang kuat sekalipun. Periode ini disebut periode refrakter mutlak. Fase selanjutnya hingga hampir akhir repolarisasi, sel-sel miokard dapat menjawab stimulus yang lebih kuat. Fase ini disebut fase refrakter relatif.
• Blok
Blok ialah perlambatan atau penghentian penghantaran impuls.
• Pemacu ektopik atau focus ektopik
Ialah suatu pemacu atau focus di luar sinus. Kompleks QRS yang dipacu dari sinus disebut kompleks sinus. Kompleks QRS yang dipacu dari focus ektopik disebut kompleks ektopik, biasa berupa kompleks atrial, kompleks penghubung –AV atau kompleks ventricular.
• Konduksi tersembunyi
Hal ini terutama berhubungan dengan simpul AV yaitu suatu impuls yang melaluinya tak berhasil menembusnya hingga ujung yang lain, tetapi perubahan-perubahan akibat konduksi ini tetap terjadi, yaitu terutama mengenai periode refrakter.
• Re-entri.
Suatu keadaan dimana suatu impulas yang sudah keluar dari suatu jalur konduksi, melalui suatu jalan lingkar masuk kembali ke jalur semula. Dengan demikian bagian miokard yang bersangkutan mengalami depolarisasi berulang.
• Mekanisme lolos.
Suatu kompleks lolos ialah kompleks ektopik yang timbul karena terlambatnya impuls yang datang dari arah atas. Kompleks lolos paling sering timbul di daerah penghubung AV dan ventrikel, jarang di atria. Jelas bahwa mekanisme lolos ialah suatu mekanisme penyelamatan system konduksi jantung agar jantung tetap berdenyut meskipun ada gangguan datangnya impuls dari atas.

Penyebab
Penyebab dari gangguan irama jantung adalah sebagai berikut : (2,12)
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, miokarditis karena infeksi. Adanya peradangan pada jantung akan berakibat terlepasnya mediator-mediator radang dan hal ini menyebabkan gangguan pada penghantaran impuls.
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner, spasme arteri koroner, iskemi miokard, infark miokard). Arteri koroner merupakan pembuluh darah yang menyuplai oksigen untuk sel otot jantung. Jika terjadi gangguan sirkulasi koroner, akan berakibat pada iskemi bahkan nekrosis sel otot jantung sehingga terjadi gangguan penghantaran impuls.
3. Karena intoksikasi obat misalnya digitalis, obat-obat anti aritmia. Obat-obat anti aritmia bekerja dengan mempengaruhi proses repolarisasi sel otot jantung. Dosis yang berlebih akan mengubah repolarisasi sel otot jantung sehingga terjadi gangguan irama jantung.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hipokalemia). Ion kalium menentukan potensial istirahat dari sel otot jantung. Jika terjadi perubahan kadar elektrolit, maka akan terjadi peningkatan atau perlambatan permeabilitas terhadap ion kalium. Akibatnya potensial istirahat sel otot jantung akan memendek atau memanjang dan memicu terjadinya gangguan irama jantung.
5. Gangguan pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung. Dalam hal ini aktivitas nervus vagus yang meningkat dapat memperlambat atau menghentikan aktivitas sel pacu di nodus SA dengan cara meninggikan konduktansi ion kalium.
6. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. Peningkatan aktivitas simpatis dapat menyebabkan bertambahnya kecepatan depolarisasi spontan.
7. Gangguan endokrin (hipertiroidisme dan hipotirodisme). Hormon tiroid mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh melalui perangsangan sistem saraf autonom yang juga berpengaruh pada jantung.
8. Akibat gagal jantung. Gagal jantung merupakan suatu keadaan di mana jantung tidak dapat memompa darah secara optimal ke seluruh tubuh. Pada gagal jantung, fokus-fokus ektopik (pemicu jantung selain nodus SA) dapat muncul dan terangsang sehingga menimbulkan impuls tersendiri.
9. Akibat kardiomiopati. Jantung yang mengalami kardiomiopati akan disertai dengan dilatasi sel otot jantung sehingga dapat merangsang fokus-fokus ektopik dan menimbulkan gangguan irama jantung.
10. Karena penyakit degenerasi misalnya fibrosis sistem konduksi jantung. Sel otot jantung akan digantikan oleh jaringan parut sehingga konduksi jantung pun terganggu.

Klasifikasi
Pada umumnya gangguan irama jantung dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :
1) Gangguan pembentukan impuls.
a. Gangguan pembentukan impuls di sinus
• Sinus takikardi
Sinus takikardi (denyut jantung cepat) dapat disebabkan oleh demam, kehilangan darah akut, anemia, syok, latihan, gagal jantung kongestif, nyeri, keadaan hipermetabolisme, kecemasan, simpatomimetika atau pengobatan parasimpatolitik.
• Frekuensi : 100 sampai 180 denyut permenit.
• Gelombang P : Mendahului setiap kompleks QRS, dapat tenggelam dalam gelombang T yang mendahuluinya; interval PR normal.
• Kompleks QRS : Biasanya mempunyai durasi normal.
• Hantaran : Biasanya normal.
• Irama : Reguler.
Sinus takikardi sama dengan irama sinus normal kecuali frekuensinya. Tekanan sinus karotis pada satu sisi leher, mungkin memperlambat frekuensinya sehingga dapat membantu menyingkirkan gangguan irama lainnya. Bila frekuensi jantung meningkat, maka waktu pengisian diastolik menurun, mengakibatkan penurunan curah jantung dan dapat timbul sinkop, hipotensi, dan edema paru akut. Penanganan berupa pemberian propranolol untuk menurunkan frekuensi jantung secara cepat. (9,10,11)
• Sinus bradikardi
Sinus bradikardi bisa terjadi karena stimulasi vagal, intoksikasi digitalis, peningkatan tekanan intrakanial, atau infark miokard (MI). Sinus bradikardi juga dijumpai pada olahragawan berat.
• Frekuensi: 40 sampai 60 denyut per menit
• Gelombang P: mendahului kompleks QRS; interval PR normal
• Kompleks QRS: biasanya normal
• Irama: reguler
Karakteristik sinus bradikardi sama dengan irama sinus normal, kecuali frekuensinya. Bila timbul perubahan hemodinamika yang bermakna, sehingga menimbulkan sinkop (pingsan) atau angina maka penatalaksanaan ditujukan untuk meningkatkan frekuensi jantung. Bila penurunan frekuensi jantung diakibatkan oleh stimulasi vagal seperti jongkok saat buang air besar atau buang air kecil, penatalaksanaan harus diusahakan untuk mencegah stimulasi vagal lebih lanjut. Bila pasien mengalami intoksikasi digitalis, maka digitalis harus dihentikan. Obat pilihan untuk menangani bradikardi adalah atropine. (9,10,11)
b. Gangguan pembentukan impuls di atria (aritmia atrial).
• Atrial ekstrasistol
Penyebab dapat berupa iritabilitas otot atrium karena kafein, alcohol, nikotin, gagal jantung kongestif, stress atau kecemasan, hipokalemi, infark, dan hipermetabolik.
• Frekuensi : 60 sampai 100 denyut per menit.
• Gelombang P : Biasanya mempunyai konfigurasi yang berbeda dengan gelombang P yang berasal dari nodus SA.
• Kompleks QRS : Bisa normal, menyimpang atau tidak ada.
• Hantaran : Biasanya normal.
• Irama : Reguler. Gelombang P akan terjadi lebih awal dalam siklus dan biasanya tidak akan mempunyai jeda kompensasi yang lengkap.
Kontraksi prematur atrium sering terlihat pada jantung normal. Berkurangnya denyut nadi bisa terjadi. Bila kontraksi prematur atrium jarang terjadi, tidak diperlukan penatalaksanaan. Tetapi jika sering (lebih dari 6 per menit) dapat mengakibatkan gangguan yang lebih serius seperti fibrilasi atrium. (9,10,11)
• Atrial takikardi
Dapat dicetuskan oleh emosi, tembakau, kafein, kelelahan, pengobatan simpatomimetik atau alkohol dan biasanya tidak berhubungan dengan penyakit jantung organik.
• Frekuensi : 150 sampai 250 denyut per menit.
• Gelombang P : Ektopik dan mengalami distorsi dibanding gelombang P normal; dapat ditemukan pada awal gelombang T; interval PR memendek (Kurang dari 0, 12 detik).
• Kompleks QRS : Biasanya normal, tetapi dapat mengalami distorsi apabila terjadi penyimpangan hantaran.
• Hantaran : Biasanya normal.
• Irama : Reguler.
Penanganan diarahkan untuk menghilangkan penyebab dan menurunkan frekuensi jantung. Morfin dan tekanan sinus karotis dapat memperlambat frekuensi. Penggunaan vasopresor mempunyai efek refleks pada sinus karotis dengan meningkatkan tekanan darah dan sehingga memperlambat frekuensi jantung. Sediaan digitalis aktivitas singkat dapat digunakan. Propranolol dapat dicoba bila digitalis tidak berhasil. Kardioversi mungkin diperlukan bila pasien tak dapat mentoleransi meningkatnya frekuensi jantung. (9,10,11)
• Atrial flutter (gelepar atrial)
Terjadi bila ada titik focus di atrium yang menangkap irama jantung dan membuat impuls antara 250 sampai 400 kali permenit. Nodus AV mencegah penghantaran beberapa impuls. Penghantaran impuls melalui jantung sebenarnya masih normal, sehingga kompleks QRS tak terpengaruh.
• Frekuensi : frekuensi atrium antara 250 sampai 400 kali denyut per menit.
• Irama : Reguler atau ireguler, tergantung jenis penyekatnya (misalnya 2:1, 3:1 atua kombinasinya).
• Gelombang P : Tidak ada, melainkan diganti oleh pola gigi gergaji yang dihasilkan oleh focus di atrium yang melepaskan impuls dengan cepat. Gelombang ini disebut sebagai gelombang F.
• Kompleks QRS : Konfigurasinya normal dan waktu hantarannya juga normal.
• Gelombang T : Ada namun bisa tertutup oleh gelombang flutter.
Penanganan sampai saat ini untuk flutter atrium adalah sediaan digitalis. Obat ini akan menguatkan penyekat nodus AV, sehingga memperlambat frekuensinya. Quinidin juga dapat diberikan untuk menekan tempat atrium ektopik.penggunaan digitalis bersama dengan quinidin biasanya bisa merubah disritmia ini menjadi irama sinus. Terapi lain adalah penyekat kanal kalsium dan penyekat beta adrenergic. Bila terapi medis tidak berhasil, fluter atrium sering berespons terhadap kardioversi listrik. (9,10,11)
• Atrial fibrilasi.
Kontraksi otot atrium yang tidak terorganisasi dan tidak terkoordinasi biasanya berhubungan dengan penyakit jantung aterosklerotik, penyakit katup jantung, gagal jantung kongestif, tirotoksikosis, cor pulmonale, atau penyakit jantung congenital.
• Frekuensi : atrium antara 350-600 denyut permenit; respons ventrikuler biasanya 120 sampai 200 denyut per menit.
• Gelombang P : tidak terdapat gelombang P yang jelas; tampak indulasi yang iereguler, dinamakan gelombang fibrilasi atau gelombang F, interval PR tidak dapat diukur.
• Kompleks QRS : Biasanya normal .
• Hantaran : Biasanya normal melalui ventrikel. Ditandai oleh respons ventrikuler ireguler, karena nodus AV tidak berespon terhadap frekuensi atrium yang cepat, maka impuls yang dihantarkan menyebabkan ventrikel berespon ireguler.
• Irama : ireguler dan biasanya cepat, kecuali bila terkontrol. Ireguleritas irama diakibatkan oleh perbedaan hantaran pada nodus AV.
Pasien dengan fibrilasi atrium kronik, perlu diberikan terapi antikoagulan untuk mencegah tromboemboli yang dapat terbentuk di atrium. Penatalaksanaannya sama dengan atrial takikardi. (9,10,11)
c. Pembentukan impuls di ventrikel
• Ventrikel ekstrasistol.
Bisa disebabkan oleh toksisitas digitalis, hipoksia, hipokalemia, demam, asidosis, latihan, atau peningkatan sirkulasi katekolamin.
Biasanya pasien merasa berdebar-debar tetapi tidak ada keluhan lain. Namun, demikian perhatian terletak pada kenyataan bahwa kontraksi premature ini dapat menyebabkan terjadinya ventrikel takikardi dan fibrilasi ventrikel.
• Frekuensi : 60 - 100 denyut per menit.
• Gelombang P : Tidak muncul karena impuls dari ventrikel.
• Kompleks QRS : Lebar, berdurasi lebih dari 0,10 detik. Mungkin berasal dari satu focus yang sama dalam ventrikel; atau mungkin multi focus di ventrikel.
• Hantaran : Terkadang retrograde melalui jaringan penyambung dan atrium.
• Irama : Ireguler bila terjadi denyut prematur.
Obat anti disritmia dapat dipergunakan untuk pengobatan segera atau jangka panjang. Obat yang biasanya dipakai pada penatalaksanaan akut adalah lidokain, prokainamid, atau quinidin mungkin efektif untuk terapi jangka panjang. (9,10,11)
• Ventrikel takikardi.
Biasanya berhubungan dengan penyakit arteri koroner dan terjadi sebelum fibrilasi ventrikel. Vnetrikel takikardia sangat berbahaya dan harus dianggap sebagai keadaan gawat darurat. Pasien biasanya sadar akan adanya irama cepat ini dan sangat cemas.
• Frekuensi : 150 - 200 denyut per menit.
• Gelombang P : Biasanya tenggelam dalam kompleks QRS; bila
terlihat, tidak selalu mempunyai pola yang sesuai dengan QRS.
Kontraksi ventrikel tidak berhubungan dengan kontraksi atrium.
• Kompleks QRS : sama dengan ventrikel ekstrasistol, dengan gelombang T terbalik.
• Hantaran : Berasal dari ventrikel, dengan kemungkinan hantaran retrograde ke jaringan penyambung dan atrium.
• Irama : Biasanya regular, tetapi dapat ireguler.
Terapi ditentukan oleh kemampuan pasien bertoleransi terhadap irama yang cepat ini. Obat antidisritmia dapat digunakan. Kardioversi perlu dilakukan bila terdapat tanda-tanda penurunan curah jantung. (9,10,11)
• Ventrikel fibrilasi.
Ialah kontraksi ventrikel yang cepat dan tak efektif. Denyut jantung tidak terdengar dan tidak teraba, dan tidak ada respirasi. Polanya sangat ireguler dan dapat dibedakan dengan jenis lainnya. Karena tidak ada koordinasi jantung, maka dapat terjadi henti jantung dan kematian.
• Frekuensi : Cepat, tak terkoordinasi dan tak efektif.
• Gelombang P : Tidak terlihat.
• Kompleks QRS : Cepat, tanpa pola yang khas (multifokal). Ventrikel hanya bergetar.
• Hantaran : Banyak focus di ventrikel yang melepaskan impuls pada saat yang sama mengakibatkan hantaran tidak terjadi; tidak terjadi kontraksi ventrikel.
• Irama : Sangat ireguler dan tidak terkordinasi.
Penanganan segera adalah melalui defibrilasi. (9,10,11)

2) Gangguan penghantaran impuls.
• Blok atrioventrikuler derajat 1
Blok AV derajat 1 biasanya berhubungan dengan penyakit jantung organik atau mungkin karena efek digitalis.
• Frekuensi : Bervariasi, biasanya 60 sampai 100 denyut per menit.
• Gelombang P : Mendahului kompleks QRS. Interval PR berdurasi lebih dari 0,20 detik.
• Kompleks QRS : Mengikuti gelombang P, biasanya normal.
• Hantaran : Hantaran menjadi lambat, biasanya di setiap tempat antara jaringan penyambung dan jaringan purkinje, menghasilkan interval PR yang panjang. Hantaran ventrikel biasanya normal.
• Irama : Biasanya regular.
Gangguan irama ini penting karena dapat mengakibatkan hambatan jantung yang lebih serius. Oleh karenanya, pasien harus dipantau ketat. (8,9,10)
• Blok atrioventrikuler derajat 2
Dapat disebabkan oleh penyakit jantung organik, infark miokard atau intoksikasi digitalis. Bentuk penyekat ini menghasilkan penurunan frekuensi jantung dan biasanya penurunan curah jantung.
• Frekuensi : 30 - 55 kali per menit. Frekuensi atrium dapat lebih cepat dua , tiga atau empat kali dibanding frekuensi ventrikel.
• Gelombang P : Terdapat dua, tiga atau empat gelombang untuk setiap kompleks QRS. Interval PR yang dihantarkan biasanya berdurasi normal.
• Kompleks QRS : Biasanya normal.
• Hantaran : Satu atau dua impuls tidak dihantarkan ke ventrikel.
• Irama : Biasanya lambat dan regular. Bila terjadi irama ireguler, hal ini dapat diebabkan oleh kenyataan adanya blok yang bervariasi antara 2:1 sampai 3:1 atau kombinasi lainnya.
Penanganan bertujuan mempertahankan curah jantung normal. Intoksikasi digitalis harus ditangani dan tiap pengobatan dengan fungsi depresi aktivitas miokard harus ditunda. (9,10,11)
• Blok atrioventrikuler derajat 3
Dapat disebabkan oleh penyakit jantung organik, intoksikasi digitalis dan infark miokard. Frekuensi jantung berkurang drastic, mengakibatkan penurunan perfusi ke organ vital, seperti otak, jantung, ginjal, paru dan kulit.
• Asal : Impuls dari nodus SA, tetapi tidak dihantarkan ke serat purkinje. Impuls dari daerah penyambung atau ventrikel akan mengambil alih pacemaker.
• Frekuensi : frekuensi atrium 60 - 100 denyut per menit, frekuensi ventrikel 40 - 60 denyut per menit bila impuls berasal dari daerah penyambung, 20 - 40 denyut permenit bila berasal dari ventrikel.
• Gelombang P : dari nodus SA terlihat regular sepanjang irama, namun tidak berhubungan dengan kompleks QRS.
• Kompleks QRS : Bila impuls berasal dari daerah penyambung , maka kompleks QRS mempunyai konfigurasi supraventrikuler yang normal, tetapi tidak berhubungan dengan gelombang P. kompleks QRS terjadi secara regular. Bila impuls berasal dari ventrikel, kompleks QRS berdurasi 0,10 detik lebih lama dan baisanya lebar dan landai. Kompleks QRS tersebut mempunyai konfigurasi seperti kompleks QRS pada ventrikel ekstrasistol.
• Hantaran : Terlihat blok pada impuls.
• Irama : Biasanya lambat tetapi regular.
Penanganan diarahkan untuk meningkatkan perfusi ke organ vital. Penggunaan pace maker temporer sangat dianjurkan. Mungkin perlu dipasang pace maker permanen bila blok jantung bersifat menetap. (9,10,11)
Diagnosa
a. EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber gangguan irama jantung dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
b. Monitor Holter : gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana gangguan irama jantung timbul. Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
c. Rontgen dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup.
d. Scan pencitraan miokard : Dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
e. Tes stress latihan : Dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan gangguan irama jantung.
f. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat menyebabkan gangguan irama jantung.
g. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat, contoh digitalis, quinidin dan lain-lain.
h. Pemeriksaan tiroid : Peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum dapat menyebabkan /meningkatnya gangguan irama jantung.
i. Laju Sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut/aktif, contoh endokarditis sebagai faktor pencetus untuk gangguan irama jantung. (2,9)

Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, terapi bertujuan untuk :
a. Mengembalikan irama jantung yang normal (rhythm control)
b Menurunkan frekuensi denyut jantung (rate control)
c Mencegah terbentuknya bekuan darah.
Terapi sangat tergantung pada jenis gangguan irama. Sebagian gangguan ini tidak perlu diterapi. Sebagian lagi dapat diterapi dengan obat-obatan. Jika penyebab gangguan irama diketahui, maka penyebab ini harus ditangani. (2,11)
1. Medikamentosa
Beberapa jenis obat dapat mengendalikan gangguan irama jantung. Pemilihan obat harus dilakukan dengan hati-hati karena efek sampingnya. Beberapa di antaranya justru menyebabkan gangguan irama jantung bertambah parah. Evaluasi terhadap efektivitas obat dapat dikerjkan melalui pemeriksaan EKG (pemeriksaan listrik jantung). (12,15 )










Kardioversi
Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan gangguan irama jantung yang memiliki kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur elektif. Pasien dalam keadaan sadar dan diminta persetujuannya. (9,11)
2. Defibrilasi
Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat. Defibrilasi akan mendepolarisasi secara lengkap semua sel miokard sekaligus, sehingga memungkinkan nodus sinus memperoleh kembali fungsinya sebagai pacemaker. (9,11)
3. Terapi Pacemaker
Pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung. Pacemaker biasanya digunakan bila pasien mengalami gangguan hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang mengakibatkan kegagalan curah jantung. (9,11)
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul akibat adanya gangguan irama jantung adalah sinkop (pingsan), hipo atau hipertensi, sesak napas, dan lain-lain. Namun komplikasi yang paling buruk adalah mati mendadak dan terbentuknya trombo-emboli yang dapat menyebabkan stroke dan gangguan pada pembuluh darah lainnya. (2,3)
Prognosis
Ventrikel takikardi/fibrilasi merupakan penyebab kematian mendadak terbanyak. Adanya gejala-gejala awal dan fraksi ejeksi ventrikel, mungkin, merupakan penentu prognosis terpenting. Pingsan akibat ventrikel takikardi biasanya memiliki prognosis yang buruk. Atrial takikardi juga memiliki prognosis yang buruk. Mortalitas saat masuk rumah sakit ketika gangguan iramanya baru terdeteksi terjadi antara 30 – 60 %. Pada salah satu studi, pasien dengan penyakit paru-paru yang dibawa ke rumah sakit karena kegagalan napas akut ternyata ditemukan 87 % menderita atrial takikardi. (5,6)





DAFTAR PUSTAKA

1. Carleton P.F.. Anatomi Sistem Kardiovaskular. Dalam : Price S.A. dan Wilson L.M.. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2003 ; p. 468.
2. Abdurrahman N. Dan Trisnohadi H.B.. Klasifikasi, Etiologi, dan Genesis Aritmia. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi ke-3. Jakarta : Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. 2004 ; p.1001 – 1014.
3. Evy. Gangguan Irama Jantung Picu Stroke. In : Kompas Cyber Media [online]. 2007. Available from :
http://www.64.203.71.11/ver1/Kesehatan/0707/27/095136.htm
4. Huikuri H.V., Castellanos A., and Myerbug R.J.. Sudden Death Due to Cardiac Arrhythmias. In : The New England Journal of Medicine [online]. 2007. Available from :
http://www.content.nejm.org/cgi/content/full/345/20/1473.htm
5. Rosenthal L.. Atrial Fibrillation. In : E - Medicine [online]. 2007. Available from : http://www.emedicine.com/med/topic184.htm
6. Zevitz M.E.. Ventricular Fibrillation. In : E – Medicine [online]. 2006. Available from : http://www.emedicine.com/med/topic2363.htm
7. Lucas M.M.. Sudden Cardiac Death pada Atlet. In : Kalbe Medical Portal [online]. 2007. Available from :
http://www.kalbe.co.id/mn/news&tipe/detail&detail-18787.htm
8. Yuniadi Y.. Kematian Mendadak (Tidak) Hanya dialami Pria. In : Yayasan Jantung Indonesia [online]. 2008. Available from :
http://www.id.inaheart.or.id-p40.htm
9. Sipatuhar M.A.. Aritmia/Disritmia [online]. 2007. Available from : http://www.keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/askep/aritmiadisritmia.html
10. Fass A.E.. Diagnostic Criteria. In : Zimmerman F.H.. Clinical Electrocardiography Review and Study Guide 2nd Edition. New York : McGraw Hill. 2004 ; p.1-8.
11. Stead L.G., Stead S.M., and Kaufman M.S.. Emergency Medicine Clerkship. Singapore : McGraw Hill. 2003 ; p.12-17.

No comments:

Post a Comment