Wednesday, December 16, 2009

Diagnosis, Pencegahan, dan Peraawatan Karies Akar

Perhatian dan permasalahan mengenai karies akar telah meningkat pada dekade terakhir ini. Hal ini menjadi suatu tantangan klinis saat ini, seiring dengan semakin meningkatnya jumlah individu lanjut usia serta kesadaran mengenai pentingnya mempertahankan gigi asli. Artikel ini membahas literatur tentang lesi karies akar, dengan melihat faktor resiko, yang dihubungkan dengan penyebab, diagnosis, pencegahan, dan metode perawatan.

PENDAHULUAN
Karies gigi merupakan penyakit yang telah ada sejak dahulu yang ditemukan pada tengkorak manusia primitif di seluruh dunia yang tinggal di daerah terpencil dimana kurang terdapat makanan lunak dan makanan yang kaya karbohidrat.1,2 Selama abad ke 17, gula banyak tersedia dan harganya lebih murah di Eropa dan makanan diganti dengan makanan yang lebih lunak. Akibatnya, karies menjadi masalah endemik yang bertahan sepanjang abad ini.3 Saat ini, prediksi demografi menunjukkan karies akar sebagai suatu persoalan pasien yang penting pada dekade selanjutnya dimana populasi lanjut usia mempertahankan gigi asli mereka.4,5
Ettinger6 meninjau penelitian mengenai laju dan distribusi karies pada abad ke 20 dan menyimpulkan bahwa keduanya memiliki pola berbeda di seluruh dunia, yang berhubungan dengan tingkat perkembangan dan tingkat industri. Populasi di negara industri memiliki laju karies yang kurang pada anak-anak dan peningkatan jumlah gigi yang dipertahankan pada orang lanjut usia, sedangkan situasi yang berlawanan ditemukan di negara berkembang. Hasil ini dapat berkorelasi secara langsung dengan populasi, profile, jenis kelamin, makanan, pendidikan, adanya tindakan pencegahan dan kemajuan teknologi di negara industri dibandingkan dengan di negara berkembang. Di negara-negara belakangan terdapat laju karies yang lebih tinggi di daerah urban daripada masyarakat pedalaman disebabkan oleh tersedianya gula di daerah tersebut.
PREVALENSI DAN INSIDENS
Miller,7 seorang klinisi dan profesor kedokteran gigi konservatif, yang adalah subjek dari tinjauan makalah ini di abad yang lalu dalam tiga artikel yang mendiskusikan sesuatu yang ia sebut “membuang jaringan gigi”. Karies akar dipertimbangkan sebagai penyakit dimana populasi lanjut usia menginginkan gigi mereka diekstraksi dan digantikan dengan protesa lepasan.8 Saat ini karies akar menjadi masalah baru yang diteliti dalam kedokteran gigi, pada orang-orang lanjut usia dengan gigi asli mereka yang masih ada. Dengan bertambahnya usia, lebih banyak resesi gingiva yang terjadi, dimana permukaan akar terpapar terhadap lingkungan mulut dan menyebabkan meningkatnya laju karies akar. Ettinger,6 yang meninjau beberapa penelitian yang berhubungan dengan prevalensi dan insiden karies akar pada daerah berbeda di U.S., menemukan bahwa lebih dari setengah orang lanjut usia memiliki karies akar dan karies akar tersebut meningkat seiring dengan usia.
Prevalensi karies akar yang sebenarnya sulit untuk dinilai. Interpretasi data dari penelitian prevalensi dan insiden rumit disebabkan oleh adanya perbedaan dalam kriteria diagnostik, keputusan perawatan dan kurangnya homogenitas pada populasi yang diobservasi.8,9 Namun, telah ditunjukkan dengan pasti bahwa prevalensi karies akar meningkat seiring usia dan lebih besar pada populasi lanjut usia daripada dewasa muda.8,10 Katz10 meninjau dengan kritis, variabel yang berhubungan dengan karies akar dan membuat rekomendasi tegas mengenai bagaimana penelitian di masa mendatang harus dilakukan untuk membuat suatu indeks karies akar. Di Arab Saudi, negara berkembang dengan populasi 21 juta, 50 persen dari populasi dibawah usia 19 tahun.11 Baru-baru ini telah ditemukan bahwa anak-anak di Arab Saudi memiliki peningkatan laju karies.12,13 Hal penting ini memerlukan perhatian dan konsentrasi yang lebih dalam program pencegahan oleh tenaga kesehatan masyarakat untuk meningkatkan tingkat perhatian kesehatan gigi dan untuk mencegah karies pada usia dini. Hal ini membuat lebih banyak gigi asli yang dipertahankan dan menghindari karies koronal ketika karies servikal terjadi. Penelitian menunjukkkan bahwa pasien yang memiliki karies koronal lebih mungkin mengalami karies akar.14 Karies akar pada populasi lanjut usia di Arab Saudi belum dilaporkan. Penelitian di kalangan ini akan sangat membantu dalam mendorong populasi lanjut usia ini secara individual untuk memelihara kesehatan gigi mereka yang lebih baik dalam gaya hidup mereka.
LESI PERMUKAAN AKAR
Karies akar dapat terjadi di daerah yang abrasi, erosi, dan abfraksi, atau pada karies akar gigi primer dan decay rekuren.15 Terjadinya karies akar ini pada apical ke cementoenamel junction (CEJ). Penting untuk memahami sifat dan perbedaan lesi permukaan akar yang dapat terjadi, jadi defenisi dari lesi karies akar yang bervariasi diringkaskan sebagai berikut.
Abrasi permukaan akar merupakan lesi yang keras, licin, berbatas tajam dan mengkilat, yang terdiri dari goresan dan bebas plak. Ini disebabkan oleh abrasi mekanik, seperti penyikatan gigi (Gambar 1), sedangkan erosi permukaan akar merupakan lesi yang keras dan relatif halus yang terjadi di daerah yang bebas plak. Lesi ini tidak memiliki batas dan terbentuk ketika etsa asam mengenai jaringan mineralisasi, seperti terjadi dari konsumsi berlebihan buah atau jus yang mengandung asam phospor atau asam sitrat.9,16,17


Abfraksi merupakan proses mekanik yang melibatkan perubahan bentuk gigi dan kelenturan oleh tekanan eksentrik, yang mengakibatkan hilangnya struktur gigi pada daerah servikal dan berkembangnya takik berbentuk V yang menyebabkan struktur gigi menjadi lebih lemah.18

Karies permukaan akar merupakan lesi yang lunak, tidak beraturan, dan progresif yang terjadi pada apikal ke CEJ. Ini disebabkan oleh adanya plak bakteri dan konsumsi gula yang berulang, yang mengakibatkan larutnya mineral dari jaringan kalsifikasi.9,16 Karies permukaan akar mulai terjadi saat hilangnya perlekatan periodontal dan permukaan akar menjadi terpapar dengan lingkungan mulut.

Regio dimana karies akar mulai terjadi mungkin berbentuk bulat atau oval, dan dapat dimulai pada satu atau lebih bagian pada gigi. Dari satu regio selanjutnya dapat menyebar disekelilingnya dan bergabung dengan regio karies akar lainnya. Regio ini dapat nampak sebagai daerah outline yang berwarna putih atau diskolorisasi (coklat atau hitam), dengan atau tanpa kavitas pada permukaan akar yang terpapar atau pada margin restorasi yang ada.17 Karies akar lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita. Molar mandibula merupakan gigi yang paling rentan terhadap karies akar, diikuti oleh premolar, caninus, dan incisivus, yang jarang terlibat, urutan ini sebaliknya pada maxilla.19,20 Permukaan facial gigi merupakan yang paling rentan terhadap lesi ini.20

ETIOLOGI KARIES
Karies akar mulai terjadi ketika bakteri dan karbohidrat hasil fermentasi melekat pada permukaan akar. Sejak tahun 1970, penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi mikroflora yang responsif terhadap karies akar,21 dan Streptococcus mutans ditemukan sebagai mikroorganisme utama.22 Lactobacillus dan Actinobacillus dipercaya juga memiliki peranan.23 Candida albicans telah diidentifikasi dalam lesi lunak tetapi tidak dianggap berperan dalam terjadinya lesi ini.
Mikroorganisme memetabolisme gula sederhana menjadi asam organik, yang melarutkan plak yang terdapat pada permukaan gigi. Asam ini selanjutnya melewati struktur akar dan memulai proses demineralisasi yang melepaskan ion kalsium dan fosfat. Proses ini menyebabkan pH mencapai nilai kritis 6,4 untuk demineralisasi sementum dan dentin, dan 5,5 untuk demineralisasi enamel.25 Pengaruh dramatik terjadi selama proses ini, dengan kolapsnya kolagen disebabkan oleh larutnya mineral inorganik dan pembentukan kavitas. Kecepatan demineralisasi akar lebih cepat dibanding enamel dan terjadi pada pH yang lebih tinggi, karena kandungan mineral pada akar (55%) lebih sedikit dibanding enamel (99%).26 Remineralisasi dapat ditingkatkan dengan aplikasi fluoride, dan ketika pH permukaan akar telah normal, remineralisasi oleh deposisi ion kalsium dan phospat dapat terjadi.

FAKTOR RESIKO
Frekuensi dimana terjadinya karies akar dapat berkorelasi dengan karies koronal, dan faktor yang berhubungan dengan karies enamel sangat penting dalam menentukan awal terjadinya karies akar.27 Karies akar telah ditemukan berhubungan dengan faktor intraoral dan ekstraoral, yang disebutkan di bawah ini.9 Pengetahuan mengenai penyebab lesi karies akar akan menyebabkan klinisi membuat diagnosis dan pencegahan yang lebih baik untuk pasien.
FAKTOR INTRAORAL KARIES AKAR
1. Rendahnya aliran saliva menghasilkan xerostomia. Kapasitas buffer saliva yang rendah.
2. Oral hygiene yang buruk menghasilkan skor plak yang tinggi dan deposisi kalkulus.
3. Penyakit periodontal dan bedah periodontal.
4. Hilangnya perlekatan dan resesi gingiva.
5. Mikroorganisme yang meningkat dalam saliva.
6. Frekuensi intake karbohidrat dan persentase plak yang terdapat pada permukaan gigi.
7. Karies koronal dan karies akar yang tidak direstorasi dan direstorasi.
8. Gigi penyangga overdenture dan gigi tiruan sebagian lepasan, dimana klamer dan konektor berperan terhadap retensi makanan.
9. Maloklusi, abfraksi, drifting, dan tipping, dimana daerah gigi tidak dapat dijangkau oleh pasien untuk menjaga kebersihan mulut yang baik.
FAKTOR EKSTRAORAL
1. Usia lanjut, dimana insidens karies akar tinggi pada dewasa tua.
2. Pemeriksaan gigi yang jarang.
3. Tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah.
4. Jenis kelamin, dimana pria lebih cenderung terkena dibanding wanita.
5. Ketidakmampuan fisik (seperti penyakit Parkinson’s) dimana pasien memiliki keterbatasan kemampuan manual sehingga menyulitkan pembersihan plak selama menyikat gigi.
6. Obat-obatan yang mengurangi aliran saliva.
7. Diabetes, gangguan autoimun (seperti sindrom Sjogren’s), atau terapi radiasi.
8. Antipsikotik, sedatif, barbiturat, dan antihistamin.
9. Paparan terbatas terhadap air yang mengandung fluoride.
10. Pecandu alkohol ataupun narkotika.

DIAGNOSIS
Kunci keberhasilan prosedur gigi dimulai dengan diagnosis yang tepat yang membuat praktisi menyediakan perawatan dan tindakan pencegahan yang diperlukan pasien. Merupakan tanggung jawab praktisi untuk mencatat riwayat medis yang akurat dan mengingat pemeriksaan intraoral dan faktor resiko eksternal.
Pemeriksaan klinis untuk menilai adanya karies akar paling baik dilakukan dengan eksplorer yang dapat mendeteksi perbedaan pada sifat permukaan (misalnya, lunak atau keras) dan kontur permukaan.28 Permukaan gigi harus dibersihkan saat plak menutupi lesi dan lesi mungkin tidak terdiagnosa (gambar 5). Transiluminasi dan penglihatan langsung seharusnya digunakan. Penting untuk diingat bahwa nyeri bukan merupakan keluhan yang sering didapatkan dari pasien dengan karies akar. Radiografi akurat merupakan alat diagnostik yang sangat penting dan seharusnya bebas dari tumpang tindih atau terbakarnya gambar. 29 Bahan khusus dapat berguna untuk mendeteksi karies akar, yang kadang-kadang menunjukkan warna yang sama dengan dentin. Bahan ini mewarnai dentin yang terinfeksi dan membolehkan klinisi untuk mendeteksi karies yang tersembunyi. Kamera intraoral dapat menjadi alat yang penting dalam mendidik pasien dan menunjukkan gigi mereka.

PENCEGAHAN
Pencegahan karies akar memerlukan penilaian dan observasi yang tepat mengenai tingkat resiko karies pada pasien. Tindakan pencegahan yang tepat dengan menghilangkan plak, modifikasi diet, dan penggunaan fluoride topikal22,30 ditunjukkan menghambat lesi karies aktif secara signifikan.
Tindakan pencegahan meliputi mendidik pasien dan orang-orang yang menolong mereka untuk menghindari makanan yang mengandung gula, pemeliharaan dengan teknik penyikatan gigi, dan oral hygiene yang tepat, dan mendapatkan cek up gigi yang teratur. Pasien lanjut usia (khususnya dengan kemampuan manual yang terbatas) perlu untuk diajarkan mengenai kontrol plak dengan penggunaan sikat interproksimal atau alat oral hygiene elektrik. Banyak pasien lanjut usia yang dalam pengobatan dengan efek samping antikolinergik. Dokter mereka perlu untuk menasehati pasien mengenai efek samping beberapa obat, sehingga tindakan pencegahan yang diperlukan dapat dilakukan. Klinisi harus memberikan perhatian khusus kepada pasien karies akar yang menggunakan protesa gigi. Ini diperoleh dengan penanganan jaringan lunak yang tepat selama prosedur protesa cekat (misalnya desain, kontur, dan polish) dan menghindari penempatan margin restorasi di koronal jaringan sekitarnya. Untuk menghilangkan akumulasi plak. Untuk protesa lepasan, retainer dan plane seharusnya ditempatkan pada daerah yang mudah dibersihkan yang membolehkan aliran saliva.
Seperti yang dinyatakan sebelumnya, fluoride merupakan agen yang tepat untuk pencegahan karies akar karena mengawali proses remineralisasi dan mengurangi laju demineralisasi.25,31 Terdapat banyak metode untuk menyediakan fluoride. Fluoride dalam air minum menghasilkan peningkatan resistensi terhadap karies akar, dan orang-orang yang tinggal di daerah air berfluoride umumnya kurang cenderung mengalami karies dibandingkan yang tinggal pada daerah yang kekurangan air berfluoride.32 Produk fluoride topikal tersedia dalam obat kumur sodium fluoride 0,05%, obat kumur chlorhexidine 0,12%, dan dalam gel sodium fluoride netral 1,1% menggunakan teknik sendok cetak 5 menit, dengan 4 kali aplikasi setelah 2-4 minggu.31,33 produk lainnya adalah pasta gigi yang mengandung sodium fluoride 1100 ppm,34 permen karet yang berfluoride yang efektif khususnya pada pasien dengan aliran saliva yang rendah dan permen karet yang mengandung xylitol yang menstimulasi aliran saliva dan mengurangi pembentukan plak, walaupun penelitian tidak menunjukkan keefektifannya dalam mencegah karies pada orang dewasa.31 Varnish yang mengandung fluoride juga telah efektif melawan karies akar.22 Aplikasi adesif dentin dapat memiliki pengaruh merugikan pada permukaan akar yang terdemineralisasi.35
PERAWATAN KARIES AKAR
Perawatan yang tersedia untuk pasien seharusnya tergantung pada klasifikasi mereka ke dalam kelompok resiko. Tabel 1 menunjukkan tingkat resiko pasien dan pilihan perawatan.3,9,36 Klasifikasi ini dapat membolehkan dokter gigi untuk menggunakan metode yang paling tepat untuk merawat pasien berdasarkan kebutuhan mereka.

Strategi perawatan untuk karies akar dipercayakan pada pemeriksaan klinis dan penemuan dan ditentukan oleh ukuran, jenis, perluasan dan lokasi lesi, keperluan estetik dan juga kondisi fisik dan mental pasien.
Laju keberhasilan klinis tergantung pada derajat resesi dan kerusakan.37 sejak terpaparnya permukaan akar disebabkan oleh resesi gingiva dapat dihubungkan dengan faktor yang menyebabkan abrasi servikal, karies akar, sensitivitas dan estetik yang tidak diharapkan, graft jaringan lunak dapat merawat keadaan ini secara efektif.38
Lesi karies akar sulit diperbaiki karena lokasinya, yang biasanya terletak pada subgingival. Akses dan isolasi adekuat penting untuk restorasi yang baik. Akses dapat diperoleh dengan penggunaan retraction cord dan klem yang tepat seperti 212, yang menyebabkan perpindahan jaringan lunak dan membuka lesi atau dengan membuat flap kecil. Keputusan untuk menggunakan metode retraksi khusus tergantung pada apakah perluasan lesi ke apikal terletak 2 mm di atas crest alveolar.39 Bila prosedur klinis dilakukan, penanganan yang ekstrim seharusnya dilakukan tanpa mengganggu lebar biologis, jika tidak, maka inflamasi akan terjadi.
Preparasi kavitas sebagian besar tergantung pada perluasan lesi. Permukaan sebaiknya dibersihkan dengan pumice bebas fluoride untuk memastikan pengeluaran plak. Lalu jaringan gigi yang mengalami decay diekskavasi, dan dinding restorasi dipreparasi. Desain margin dan retensi tergantung pada bahan restorasi yang digunakan. Dengan beban fungsional in vivo yang minimal pada permukaan akar, retensi yang minimal teapi tetap diperlukan. Ketika amalgam merupakan bahan pilihan, dimana akses dan estetik tidak diperhatikan, groove retensi diperlukan ke oklusal dan di gingiva. Bahan yang digunakan dengan adesif memerlukan bevel pada margini koronal preparasi untuk memberikan retensi mikromekanikal yang lebih baik.
Akses dan isolasi yang tepat untuk merawat karies akar adalah sangat penting, dan idealnya melibatkan penggunaan rubber dam jika lesi supragingival.akan tetapi, ini kadang-kadang tidak dapat diperoleh jika lokasi lesi dekat dengan margin gingival atau subgingival. Pada kasus tersebut, metode lain untuk isolasi seperti cotton roll dan retraction cord dapat digunakan. Penanganan harus dilakukan tanpa menggunakan agen hemostatik yang mempengaruhi agen bonding. Jika lesi meluas ke subgingiva dan tidak dapat diobservasi lengkap bahkan dengan penggunaan retraction cord, incisi mungkin diperlukan untuk melengkapi prosedur restorasi. 9

BAHAN RESTORASI
Praktisi gigi harus memberikan perawatan berdasarkan kebutuhan pasien dan memahami penyebab penyakit khusus dari penyakit mulut, untuk menyediakan penanganan yang tepat . Hal ini tergantung pada perluasan decay , dan dekatnya lesi pada pulpa dan jaringan lunak, dimana membuat isolasi sulit karena darah, saliva dan cairan permukaan.
Terdapat perbedaan bahan restorasi yang tersedia tetapi tidak ada satupun bahan yang menunjukkan karakteristik yang ideal. Tabel 2 menunjukkan bahan restorasi yang digunakan untuk merawat karies akar. Klinisi harus menyesuaikan setiap keadaan restorasi dengan bahan yang paling tepat untuk keadaan tersebut , dipertimbangkan mengenai lokasi, kemampuan akses, margin, dan oral hygiene.
an bonding Cukup tinggi
Bahan tambalan emas yang dibuat secara langsung, tadinya merupakan bahan pilihan karena kemampuannya untuk memberikan adaptasi marginal yang sangat baik dan kesesuaiannya. Akan tetapi, penggunaan bahan tambalan emas yang dibuat langsung dapat merugikan ketika akses terbatas dan isolasi sulit dilakukan. Sekarang ini, penggunaan klinis bahan ini sangat terbatas karena kemampuan bahan baru dengan sifat yang lebih baik.
Amalgam gigi telah tersedia 150 tahun yang lalu, dan telah menjadi bahan pilihan untuk restorasi gigi posterior tidak terlalu besar. Amalgam gigi , suatu bahan yang mudah dimanipulasi, dapat digunakan di daerah yang sulit diisolasi atau dimana margin tertutup dengan sendiri. 40 Akan tetapi, sifat amalgam gigi sensitif terhadap teknik. Lagipula, bahan ini kurang estetis dalam penampilannya, rapuh, tidak mempunyai efek terapeutik, dan tidak dapat melekat pada struktur gigi. Kekurangan selanjutnya dari bahan ini yaitu memerlukan pemotongan struktur gigi sehat di sekitar jaringan karies untuk retensi restorasi yang adekuat. Penggunaan amalgam high-copper, alloy bentuk spheric (bola) dan bebas zink diperlukan pada lesi permukaan akar untuk menjamin kondensasi dan integritas marginal yang adekuat.17
Semen glass-ionomer tradisional memiliki sifat yang diharapkan yakni biokompatibel, mencapai perlekatan kimia dengan enamel dan dentin, dan melepaskan fluoride dalam jangka waktu lama.. Kerugian bahan ini adalah estetiknya yang kurang dan penggunaan yang tidak tahan lama secara in vivo. Penggunaannya menjadi sangat terbatas dengan berkembangnya bahan baru yang menunjukkan sifat yang lebih baik.41
Resin modified glass-ionomer diindikasikan untuk pasien dengan resiko karies tinggi.39 Bahan ini biokompatibel, melekat pada enamel dan dentin, menunjukkan ekspansi dan kontraksi termal yang sesuai dengan struktur gigi, dan memiliki efek antikariogenik dari karakteristik pelepasan fluoride jenis yang sama dengan glass-ionomer. Bahan glass-ionomer merupakan reservoir fluoride dan diketahui dengan baik dapat mengurangi laju karies. Bahan ini juga dapat diisi kembali dengan mengambil ion fluoride dari lingkungan mulut. Bahan glass-ionomer merupakan bahan yang sensitif terhadap teknik dan harus terhindar dari kontaminasi kelembaban untuk sifat yang optimal. Resin modified glass-ionomer menunjukkan sifat yang dapat diterima secara klinis, dan memiliki estetik yang baik, dan kurang rapuh dibandingkan glass ionomer
tradisional.9 Untuk mencapai estetik yang lebih baik secara in vivo, penggunaan teknik sandwich diindikasikan, dimana lapisan liner glass-ionomer pada kavitas yang dipreparasi selanjutnya ditutup dengan lapisan komposit resin hibrid.42
Komposit resin merupakan bahan dengan estetik yang sangat baik, dan melekat pada enamel dan dentin, tetapi tidak memiliki efek antikariogenik ketika produk tradisional tidak mengandung sejumlah fluoride bermakna yang dapat dilepaskan. Komposit hibrid menunjukkan perbaikan kekuatan dan perbaikan estetik dibandingkan dibandingkan dengan resin komposit tradisional. Komposit mikrofilled dapat dipolish tinggi untuk menyediakan kilauan yang sama dengan enamel, dan bahan ini memberikan hasil yang baik pada daerah dengan tekanan yang rendah (Gambar 7, 8a, 8b). Selanjutnya, bahan ini direkomendasikan untuk restorasi permukaan akar, khususnya dengan lesi abfraksi, karena mempunyai modulus elastisitas yang lebih rendah dibanding komposit hibrid. Hal ini penting untuk dipertimbangkan, ketika gigi melentur selama mastikasi dan bahan yang fleksibel akan menjadi pilihan yang lebih baik untuk restorasi permukaan akar.39 Komposit resin merupakan bahan yang sensitif terhadap teknik dan memerlukan isolasi yang baik untuk keberhasilan klinis restorasi. Shrinkage polimerisasi yang berhubungan dengan curing resin komposit merupakan hal lainnya, karena hal ini dapat menghasilkan diskolorasi resin disekitar tepi dan mikroleakage yang memicu terjadinya sensitivitas gigi dan karies sekunder. Penggunaan sistem bonding baru yang dapat menutup tubulus dentinalis dapat meminimalkan efek ini.43 Penempatan bevel pada margin enamel diharapkan memberikan estetik dan retensi yang lebih baik.

Resin komposit yang mengandung fluoride hanya melepaskan sejumlah kecil fluoride dan memiliki sedikit kemampuan untuk diisi ulang dari lingkungan mulut. Oleh karena itu, bahan initidak dianjurkan untuk pasien dengan resiko karies yang tinggi, tetapi dapat digunakan ketika estetik dipersoalkan.
Kompomer merupakan komposit resin polyacid-modified dan selanjutnya menunjukkan sifat dari glass-ionomer dan komposit resin. Bahan ini melepaskan fluoride, tetapi lebih luas daripada glass-ionomer, dan bahan ini melekat pada enamel dan dentin. Kompomer dapat digunakan pada daerah yang tekanannya rendah dimana estetik diperlukan.44
Harus dicatat bahwa, dengan penggunaan agen bonding, permukaan dentin yang teretsa harus dikeringkan untuk menghindari kolapsnya jaringan kolagen dengan menempatkan primer hidrofilik dan komponen adesif dari bahan bonding untuk berpenetrasi ke dalam dentin yang teretsa dan di sekitar kolagen untuk membentuk hibrid layer, yang membolehkan bahan resin melekat pada gigi.
Pada kasus berat dimana karies mengelilingi permukaan akar, penutupan keseluruhan mungkin merupakan pilihan perawatan.


KESIMPULAN
Dengan lebih banyak orang lanjut usia yang mempertahankan gigi asli mereka, kebutuhan untuk memahami sifat dan penyebab lesi permukaan akar adalah sangat penting. Tindakan pencegahan yang meliputi oral hygiene yang baik, kontrol plak, dan terapi fluoride diperlukan sebelum dan sesudah perawatan gigi. Tidak terdapat data umum yang tersedia tentang prevalensi karies akar di kerajaan Arab Saudi, yang membuatnya menjadi daerah yang penting diteliti oleh tenaga kesehatan dan klinisi. Perawatan karies permukaan akar harus seara langsung dilakukan dan disesuaikan dengan kasus individual dengan mengklasifikasikan pasien dalam kelompok resiko untuk mencapai hasil yang maksimum. Penggunaan bahan resin-modified glass ionomer dianjurkan untuk restorasi ini karena sifat kariostatiknya pada pasien dengan resiko karies tinggi.


Referensi
1. Hardwick JL.The incidence and distribution of caries throughout the ages in relation to the Englishmen's diet.Br Dent J 1960;108:9-17.
2. Katz RV.Development of an index for the prevalence of root caries.J Dent Res 1984;63:814-818.
3. Corbett ME,Moore WJ.Distribution of dental caries in ancient British population:IV. The19th century.Caries Res 1976; 10:401-414.
4. Fedele DJ,Sheets CG.Issues in the treatment of root caries in older patients.J Esthet Dent1998;10:243-252.
5. National Institute of Health. Technology assessment conference. Effects and side-effects of dental restorative materials.Bethesda, MD: US Department of Healt handHumanServices,1991.

6. EttingerRL.Epidemiology of dentalcaries.Abroad review. Dent ClinNorthAm 1999;43:679-694.

7. MillerWD.Experiments and observations on the wasting of tooth tissue variously designated as erosion, abrasion, chemical erosion, denudation, etc. Dent Cosmos 1907;49:1-23,109-124,225-247.

8. BeckJD.The epidemiology of root surface caries: North America studies . AdvDentRes 1993;7:42.

9. ShayK.Root caries in the older patients. Significance, prevention and treatment. DentClin NorthAm1997;41:763-794.

10. KatzRV.Assessing root caries in populations the evolution of the root caries index J public Health

11. Ministry of Finance and National Economy, Central Department of Statistics, Kingdom of Saudi Arabia.The primary results of the general census for the population and houses. 1421AD (2001 AD).

12. Akpata ES, Al-Shammery AR, Saeed HI. Dental caries, sugar consumption and restorative dental care in 12-13 year old children in Riyadh, Saudi Arabia.
Community Dent Oral Epidemiol 1992;20 :343-346.

13. Al-Ghanim NA, Adenubi JO, Wyne AA, Khan NB.Caries prediction model in pre-school children in Riyadh, Saudi Arabia. Int J Paediatr Dent 1998;8:115- 122.
14. Hand JS, Hunt RJ, Beck JD. Incidence of coronal and root caries in an older adult. J Public Health Dent 1988;48:14-19
15. Jones JA. Root caries: Prevention and chemotherapy. Am J Dent 1995;8:352-357.
16. Konig KG. Root lesions. Int Dent J 1990;40:283-288.
17. Titus HW. Root caries: Some facts and treatment methods. Am J Dent April 1991; l4:61-68.
18. Crippo JO. Abfractions: A new classification of hard tissue lesions of teeth. J Esthet Dent 199 1;3:14-19.
19. Katz RV, Hazen SP, Chilton NW, Mumma RD Jr.Prevalence and intraoral distribution of root caries in adult population. Caries Res 1982;16:265-71.
20. Brunelle JA. Root caries: Distribution by tooth and surface type in U.S. adults. J Dent Res 1988;67:171(Abstract 465).
21. Jordan HV, Hammond BF. Filamentous Bacteria isolated from human root surface caries. Arch Oral Biol 1972;17:1333-1342.
22. Emilson CG, Ravald N, Berkhed D. Effects of a 12-month prophylactic programme on selected oral bacterial populations on root surfaces with active and inactive carious lesions. Caries Res 1993; 27:195-200.
23. Beighton D, Lynch E. Comparison of selected microflora of plaque and underlying carious dentine with primary root caries lesions. Caries Res 1995; 29:154.
24. Beighton D, Lynch E, Heath MR. A microbiological study of primary root-caries lesions with different treatment needs. J Dent Res 1993; 72:623.
25. Featherstone JDB. Fluoride: remineralization and root caries. Am J Dent 1994;7:271
26. Melberg JR. Demineralization and remineralization
27. Fure S, Zickert I. Root surface caries and associated factors. Scand J Dent Res.1990;98:391-400.
28. Katz RV. The clinical diagnosis of root caries: issues for the clinician and researcher. Am J Dent 1995;8:335-341.
29. Battock RD, Rhoades J, Lund MR. Management of proximal caries on the roots of posterior teeth. Oper Dent 1979;4:108-112.
30. Nyvad B, Fejerskov O. Active root-surface caries converted into inactive caries as a response to oral hygiene. Scand J Dent Res 1986;94:281-284.
31. Niessen LC, Gibson G. Oral health for a lifetime: preventive strategies for the older adults.
32. Stamm JW, Banting DW, Imrey PB. Adult root caries survey of two similar communities with contrasting natural water fluoride levels. J Am Dent Assoc1990;120:143-149.
33. Billings RJ, Brown LR, Kaster AG. Contemporary treatment strategies for root surface caries. Geriodontics 1985;1:20-27.
34. Jensen ME, Kohout F. The effect of a fluoride dentifrice on root and coronal caries in an older adult population. J Am Dent Assoc 1988;117:829-832
35. Hahn P, Schaller HG, Gernhardt C, Hellwig E. Influence of two dentin bonding systems on the demineralization of the root surface. Oper Dent.1999;24:344-350.
36. Toffenetti F, Vanini L, Tammaro S. Gingival recessions and non-carious cervical lesions: A soft and hard tissue challenge. J Esthet Dent 1998;5:208-220.
37. Wennstroem JL. Mucogingival therapy. In: American academy of Periodontology. World workshop in periodontics. Chicago, Illinois 1996;671-701.
38. Camargo PM, Lagos RA, Lekovic V, Wolinsky LE. Soft tissue root coverage as treatment for cervical abrasion and caries. Gen Dent 2001;49:299-304.
39. Burgess JO, Gallo JR. Treating root-surface caries. Dent Clin N Am 2002;46:385-404.
40. Dunne SM, Gainsford ID, Wilson NHF. Current materials and techniques for direct restorations in posterior teeth. Part 1: Silver amalgam. Int Dent J1997; 47:123-136.
41. Burgess JO. Dental materials for the restoration of root surface caries. Am J Dent 1995; 8:342-351.
42. Suzuki M, Jordan RE.Glass ionomers-composite sandwich technique. J Am Dent Assoc 1990;120:55.
43. Sidhu SK, Henderson LJ. Dentin adhesives and microleakage in cervical resin composites. Am J Dent 1992;5:240.
44. Ruse ND. What is a "Compomer"? J Can Dent Assoc1999;65:500-504.
45. Gwinett J. Moist versus dry dentin: Its effect on shear

No comments:

Post a Comment