Wednesday, December 16, 2009

Reliabilitas Pada Pengukuran Jarak Linear Untuk Panjang Implant Dengan Menggunakan Radiografi Periapikal Standar

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji keakuratan radiografi periapikal pada pengukuran jarak panjang implant dibandingkan pengukuran lainnya. Kami mengadakan uji experimental untuk membandingkan pengukuran jarak secara seksama. Alat implant gigi ditanam pada regio kaninus dan molar. Kemudian, pada daerah tersebut dilakukan radiografi periapikal (PE), panoramik (PA), konvensional (CV) dan tomografi medical computer (CT). Panjang alat implant pada setiap film diukur oleh sembilan peneliti dan dianalisis secara statistik derajat ketepatannya. Radiografi Periapikal (PE) dan CT Tomogram, mempunyai level ketepatan paling tinggi. Faktanya radiografi (PE) standar lebih bagus dibandingkan CT tomografi pada regio molar satu. Maka dari itu disarankan agar radiografi periapikal (PE) standar sebaiknya digunakan sebagai alat yang dapat diandalkan untuk pengukuran jarak linear dan longitudinal, bergantung pada panjang implant pada lokasi implantasi lokal.

Pendahuluan

Radiografi merupakan alat penting untuk memperkirakan struktur tulang. Radiografi digunakan pada tiga tahap evaluasi perawatan dan pemeliharaan, untuk melihat dukungan tulang seorang resipien implant gigi. Tahap pertama terdiri dari penilaian pra-bedah dari sejumlah tulang yang berpotensi sebagai sisi resipien implant selama rencana perawatan. Tahap kedua terdiri dari penilaian pre dan intra bedah pada struktur anatomi, termasuk jarak crest alveolar ke kanal mandibula dan foramen mental pada mandibula dan ke dasar sinus maksillaris, kavitas nasal dan kanalis incisivus pada maksilla. Pengukuran ini berguna untuk memilih dan memperkirakan panjang alat implant. Kegunaan akhir dari radiografi adalah mengukur jarak longitudinal pada kasus kehilangan tulang yang merupakan cirri khas keberhasilan atau kegagalan dari terapi implant. Ternyata, tidak ada teknik yang betul-betul bisa memenuhi hasil ideal dalam mendukung semua perkiraan pada semua tahap. Untuk mencapai perkiraan hasil radiografi yang ideal, seorang dokter sering mengkombinasikan beberapa macam teknik radiografi. Beason dkk, meneliti jenis-jenis peralatan radiografi yang digunakan untuk penempatan implant pra-operatif dan hasilnya menunjukkan bahwa lebih dari 90 % dokter gigi memilih radiografi panoramik. Sakakura dkk, melaporkan bahwa kira-kira lebih dari 80 % dokter gigi menggunakan radiografi panoramic baik pada pemeriksaan tunggal ataupun dikombinasikan dengan radiografi periapikal (PE). Hasilnya menunjukkan bahwa, hanya sekitar 10 % yang menggunakan kombinasi tomografi computer (CT) atau konvensional tomografi dengan tipe lain dari metode radiografi. Ketika pengukuran pre dan intra pembedahan pada implant gigi terpusat pada pengukuran jarak linear tulang, digunakan radiografi panoramik (PA), gambaran cross-sectional merupakan perbaikan gambar dari radiografi PA dan CV atau tomografi CT yang terdiri dari gambar cross-sectional yg telah diformat , sebagai suatu hasil yang telah digunakan.
Kebanyakan penelitian sebelumnya telah membandingkan ketepatan pengukuran, utamanya yang melibatkan jarak dari crest alveolar ke struktur anatomis disebelahnya termasuk berbagai macam pengukuran yang disertai dengan gambar cross-sectional dimana kita tidak hanya memperoleh gambar dari arah mesiodistal tetapi juga dari bukolingual super inferior dari tulang rahang. Beberapa penelitian telah meneliti keakuratan radiografi PE yang dibandingkan dengan radiografi lainnya. Ini disebabkan oleh gambar cross sectional yang tidak diperoleh dari radiografi PE. Sebagai tambahannya radiografi PE mempunyai keterbatasan dalam memperlihatkan struktur anatomi tetangganya seperti kanal mandibula dan dan lantai dasar dari sinus, tidak dapat dilihat oleh film disebabkan karena kecilnya daerah yang terlihat. Sedangkan pengukuran longitudinal pada kehilangan tulang setelah implantasi, pengukurannya didasarkan pada panjang implant. Panjang akar yang sebenarnya dari gigi tidak diketahui sedangkan panjang implant diketahui sebelum implantasi jika ketinggian tulang relatif sama dengan alat implant setelah implantasi yang dinyatakan sebagai suatu persentasi dari panjang implant, hal ini akan memudahkan untuk mengubahnya kedalam pengukuran longitudinal. Sebaliknya alat implant itu sendiri berperan untuk mengimbangi pengukuran linear pada kehilangan tulang. Walaupun teknik pengurangan digital dengan radiografi PE saat ini telah meluas digunakan pada pengukuran kehilangan tulang, dan banyak dokter gigi diklinik pribadinya yang secara rutin menggunakan radiografi PE pada pengukuran daerah implant,tidak ada penelitian yang melaporkan keakuratan pengukuran linear dari panjang implant berdasarkan radiografi periapikal dibandingkan dengan radiografi lainnya.
Tujuan dari jurnal ini adalah untuk membandingkan keakuratan pengukuran panjang implant diantara berbagai macam alat radiografi saat ini yang digunakan untuk penempatan implant dan untuk menunjukkan reliabilitas radiografi periapikal pada pengukuran lateral dan linear panjang implant.



Bahan dan Metode

Sebuah tengkorak disiapkan untuk menempatkan implant gigi pada mandibula dimana pengambilan gambarnya menggunakan alat pengambilan gambar. Pada penelitian ini digunakan dua alat implant gigi yaitu ultrathin-Hydroxyapatite (HA)-coated implants yang dibuat dengan metode dekomposisi termal (Planton implant Japan, Tokyo), berturut-turut diukur dengan panjang yang sebenarnya 17,37 mm dan 13,56 mm. Kemudian alat tersebut ditanam di daerah gigi kaninus dan molar pada bagian kanan mandibula.

Sebuah Xspot – TW ( Asahi Roentgen, Kyoto, Japan ) digunakan sebagai peralatan dental X-ray. Veraviewepocs ( Morita Corp, Kyoto, Japan ) digunakan pada radiografi PA. Frankfort Plane dan Occlusal Plane dari tengkorak ditempatkan sejajar dengan sinar laser, yang telah diarahkan sejajar dengan lantai.





Untuk CV tomografi digunakan, unit OPTIPLANMAT (Siemens). Untuk mendapatkan gambaran tomografi yang tepat dari alat implant, arah sinar laser dibuat lurus dengan sumbu as dari alat implant pada setiap region.



Untuk CT tomografi medical, digunakan SOMATOM Plus4. Pertama-tama, tengkorak pada posisi standar dengan menggunakan head fixing bracket, serta menempatkan perpendicular occlusal plane ke lantai, setelah itu gambaran axial dilakukan ( Gbr. 2D-a ). Keberhasilan gambaran cross-sectional (CSI) pada setiap regio direkonstruksi bersama dengan gambaran parasagital.


Panjang alat implant diukur tersendiri pada tiap film, oleh Sembilan peneliti,merupakan ahli radiologi oral dan maksillofacial. Setiap peneliti mengukur masing-masing film 3 kali, hasilnya diperoleh rata-rata ±s.d untuk setiap kelompok alat, dan digunakan tes perbandingan non parametric yaitu Kruskal-Wallis dan Scheffe’s Multiple. Sebagai tambahan, pengamatan intra dan inter juga dihitung untuk setiap alat menggunakan uji ANOVA satu arah. Nilai P<0.05 menunjukkan signifikan. Software yang digunakan untuk analisis statistic adalah Statview J 4.02 (Brain power inc., Agoura Hills, USA).


Hasil
Gambar 3A dan 3B secara berturut-turut menunjukkan tingkat rata-rata (R±s.d) untuk pengukuran alat implant pada setiap gambar di regio molar dan kaninus. Tes Kruskall-Wallis menunjukkan ada perbedaan signifikan antara tingkat rata-rata untuk setiap kelompok region ( region kaninus p<0,0001; molar region p<0,0001 ). Perbedaan signifikan dalam keakuratan pengukuran antara beragam gambaran pada setiap kelompok diklasifikasikan dengan test Scheffe’s Multiple Comparison.


Hasil statistic ditunjukkan pada tabel 1. Pada regio kaninus, tes ini menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antara PE radiografi dan CT tomogram seperti CT-CSI ( p=0,1847 ) atau CT-CS2 ( p=0,1175 ). Pada regio molar, tes ini menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antara radiografi PA pada posisi yang didasarkan pada FP dan OP ( p=0,8010 ) atau gambaran CT-CS dan CT-CS2.


Diskusi

Sangat banyak gambaran radiografi berhubungan dengan implantasi telah digunakan untuk mendiagnosis sisi penerima. Idealnya, hal ini akan memberikan perkiraan kualitas dan ketebalan tulang, terutama lokasi dari struktur anatomi. Radiografi digital substraction dikenalkan pada penelitian di bidang periodontal pada tahun 1980an, sebagai salah satu alat yang berguna untuk mengukur perubahan longitudinal tulang. Jeffcoat dkk menggunakan bantuan kalibrasi alat wedge untuk membedakan ketebalan,pada radiografi periapikal. Hasil foto wedge digunakan untuk menetapkan ketebalan wedge, yang berhubungan dengan tingkat perubahan daerah hampir abu-abu pada daerah kehilangan tulang. Schnitman dan Shulman menganjurkan bahwa kehilangan tulang tidak boleh lebih dari 1/3 panjang tulang.
Albrektsson dkk serta Smith dan Zarb menetapkan kriteria keberhasilan kehilangan tulang 0,2 mm setiap tahun setelah tahun pertama implantasi. Selanjutnya, American Dental Association , menetapkan kriteria kehilangan tulang pada studi klinik, pertama-tama penting untuk mendapatkan ketepatan pengukuran panjang implant terlebih dulu sebelum dilakukan implantasi. Hal ini efektif digunakan sebagai indeks dari kehilangan tulang dan mereka tidak meneliti ketepatan pengukuran panjang implant pada setiap alat radiografi. Karena itu, penelitian ini focus pada point ini.
Radiografi PE digunakan dalam rencana pre-bedah pada perawatan implant, intra operatif dan untuk pengukuran longitudinal, khususnya untuk mengukur batasan area atau daerah implant seseorang. Sementara itu, Duck Worth dkk mengambarkan radiografi PE mempunyai distorsi minimal ketika diperoleh angulasi yang baik pada proyeksi geometri secara standar.
Sebagai tambahan, dosis terpapar dari radiografi PE sangat rendah dibandingkan dengan alat lainnya. Karena itu, radiografi PE biasanya baik digunakan untuk pengukuran longitudinal implant dari kehilangan tulang dibandingkan untuk prosedur rencana bedah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengukuran jarak pada radiografi PE sangat persis dengan panjang alat implant sebenarnya, dan keakuratan pengukuran radiografi hampir sama atau lebih baik daripada foto CT-CS. Inter-observer pada radiografi PE, lebih kecil pada kedua daerah dibandingkan di alat lain. Meskipun CT tomografi umumnya direkomendasikan untuk pengukuran. Inter-observer pada radiografi PE, lebih kecil daripada di CT tomografi, khususnya pada region kaninus. Ini menyimpulkan bahwa nilai pengukuran radiografi PE sangat reliable. Hal ini bisa dikarenakan oleh ketajaman dan resolusi gambar yang ditampilkan radiografi PE standar. Selain itu, radiografi PE standar mampu mengukur jarak linear antara alveolar ridge dan struktur anatomi lainnya pada pengukuran pre-bedah, sehingga sangat tinggi keterandalannya dan kemampuan mencetak gambarnya.
Radiografi PA menyediakan evaluasi global untuk tempat dudukan implant ganda. Luasnya daerah foto dengan teknik ini berguna pada rencana awal perawatan atau screening, termasuk pengukuran kehilangan tulang. Walaupun begitu, metode ini mempunyai sejumlah keterbatasan dibandingkan dengan radiografi PE antara lain kurang jernih, perbesarannya tidak tetap setiap region, kurangnnya resolusi dan standarisasi rancangan geometri. Pada analisis ini juga, radiografi PA menunjukkkan deviasi pengukurannya besar terhadap panjang alat implant sebenarnya, dan menunjukkan perbedaan yang sangat significant dibandingkan radiografi PE. Rata-rata kerugiannya, ada pada hilangnya ketepatan pengukuran.
Telah disimpulkan bahwa gambaran cross sectional yang diambil menggunakan CV tomografi merupakan teknik yang efektif untuk mengevaluasi lebar dan tinggi tulang dari satu perspektif foto sisi implant. Pada pengukuran jarak, jarak manipulasi dilakukan untuk memperkirakan jarak struktur sebenarnya Teknik ini juga mempunyai keterbatasan antara lain mempunyai mesin tersendiri, diperlukan keahlian untuk memperoleh gambaran yang bagus. Pada penelitian ini keakuratan pengukuran panjang implant pada CV tomografi lebih tinggi dibandingkan radiografi PA tetapi bagian inferior lebih jelas terlihat pada radiografi periapikal. Saat ini, CV tomografi seharusnya digunakan secara longitudinal dan ketepatan pengukuran pada implantasi lokal sama baiknya dengan radiografi panoramik.
Banyak penulis percaya bahwa gambaran CT merupakan teknik yang paling akurat untuk mendiagnosis implantasi pada prosedur pre-bedah. American Academy of Oral and maxillofacial Radiology juga merekomendasikan CT tomografi untuk perkiraaan implantasi, termasuk ketepatan pengukuran jarak dalam 3 demensi. Medical CT juga tidak sesuai untuk pengukuran kehilangan tulang longitudinal yang bergantung pada panjang implant di daerah implantasi local disebabkan oleh resolusi yang berjarak dan dosis yang dikeluarkan tinggi.
Kesimpulannya radiografi periapikal standar seharusnya digunakan untuk pengukuran longitudinal bergantung pada panjang implant daerah tsb, disebabkan oleh sangat tingginya ketepatan pengukuran linear dengan terbatasnya dosis yang tersedia.

No comments:

Post a Comment