Monday, November 16, 2009

Rhinolith

PENDAHULUAN
Terdapatnya benda yang membatu dalam hidung yaitu suatu massa yang mengalami mineralisasi dan ditemukan di dalam kavum nasi disebut dengan Rhinolith. Komposisi rhinolith termasuk kalsium, magnesium, fosfat, dan karbonat yang memadat, kemudian menempel pada nukleus–nukleus bakteri, darah, sel-sel pus atau benda asing. Biasanya unilateral dan lokasinya tersering di dasar hidung, ukuran dan bentuknya bermacam-macam. dimulai sejak anak-anak dan setelah beberapa tahun, rhinolith ini terus berkembang dan akhirnya menimbulkan keluhan. 1,2,3,4,5

Terjadinya proses mineralisasi umumnya akibat dari benda asing yang tersumbat di cavum nasi. Keberadaan benda asing di hidung paling sering di temukan pada anak-anak. Anak-anak cenderung memasukkan benda-benda kecil ke dalam hidung, misalnya manik-manik atau potongan mainan, karet penghapus dan sebagainya. Benda asing umumnya ditemukan pada bagian anterior vestibulum atau pada meatus inferior sepanjang dasar hidung. Tidak satupun benda asing boleh dibiarkan di dalam hidung karena bahaya nekrosis atau infeksi sekunder yang mungkin timbul, dan kemungkinan aspirasi ke dalam saluran penapasan bawah. Benda asing yang tidak di tangani atau tidak terdiagnosa dapat berkembang menjadi rhinolit. Benda asing yang permukaannya kasar dapat dikeluarkan memakai forseps yang ujungnya dapat memegang dengan baik, tetapi untuk mengeluarkan manik-manik yang bulat dan licin sebaiknya menggunakan alat yang bengkok. 1,2,6,7

Gejala yang sering timbul ialah nafas berbau dan adanya sekret berbau busuk. Dapat menyebabkan perdarahan dan sumbatan hidung satu sisi.1


ANATOMI
Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau pyramid hidung dan rongga hidung. Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana). Bagian dari kavum nasi yang letaknya tepat dibelakang nares anterior disebut ventribulum dan dilapisi kulit yang mempnyai banyak kelenjar sebasesa dan rambut-rambut panjang (vibrise). 2,9

Tiap kavum nasi mempunyai empat buah dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior, dan superior. Dinding medial adalah septum nasi yang dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periostium pada bagian tulang, di luar dilapisi oleh mukosa hidung.2,9

Bagian depan dinding lateral licin yang disebut ager nasi dan di belakangnya terdapat konka. Pada dinding lateral terdapat empat buah konka yaitu konka inferioar, media, superior, dan konka supreme. Konka rudimeter biasanya rudimeter. Di antara konka-konka dan dinding lateral hisung. Terdapat meatus yaitu meatus inferior, medius, dan superior. Pada inferior terdapat muara duktus nasolakrimalis. Pada meatus medius terdapat bulla ethmoid, prosesus unsinatus, hiatus semilunaris dan infundibulum ethmoid. Hiatus semilunaris merupakan suatu celah sempit melengkung dimana terdapat muara sinus frontal, sinus maksilla, dan sinus ethmoid anterior. Pada meatus superior terdapat muara sinus ethmoid posterior dan sinus sphenoid.2,9

Dinding inferior dibentuk oleh os maksilla dan os palatum. Dinding superior sangat sempit dan dibentuk oleh lamina kribriformis, yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung.2,9

Bagian atas rongga hidung divaskularisasi oleh arteri ethmoidalis anterior dan posterior yang merupakan cabang dari arteri oftalmika. Bagian bawah rongga hidung divaslkularisasi oleh cabang arteri maksilaris interna, diantaranya a. palatine mayor dan a. sfenopalatina. A.sfenopalatina keluar dari foramen sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung posterior konka media. Bagian depan hidung divaskularisasi oleh cabang-cabang a. fasialis. Cabang-cabang a. sfenopalatina, a. ethmoid anterior, a. labialis superior, dan a. palatine mayor membentuk anastomosis pada bagian depan septum. Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arteri. 2,9

 a. ethmoidalis anterior,
 a. ethmoidalis posterior,
 a. sphenopalatina,
 a. palatina mayor, dan
 cabang a. labialis superior.

Jaringan limfatik berasal dari mukosa superficial. Jaringan limfatik anterior bermuara disepanjang pembuluh fasialis yang menuju leher. Jaringan limfatik posterior terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok superior bermuara pada kelenjar limfe retrofaringea. Kelompok media menuju ke kelenjar limfe jugularis. Kelompok inferior menuju ke kelenjar limfe di sepanjang pembuluh jugularis interna.2,9
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n. etmoidalis anterior yang merupakan cabang n. nasosiliaris yang bersal dari n. oftalmikus. Rongga hidung lainnya, sebagian besar terdapat persarafan sensorik dari nervus maksilla melaui ganglion sfenopalatinum. Ganglion ini menerima serabut sensoris dari n. maksilaris, serabut parasimpatis dari n. petrosus superfisialis mayor dan serabut simpatis dari n. petrosus profunda. Nervus olfaktorius turun melalui lamina kribrosa dan berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung. 2,9

PATOGENESIS
Beberapa faktor dapat dihubungkan dengan rhinolit, termasuk dengan adanya benda asing dalam kavum nasi, inflamasi akut dan kronik, obstruksi dan stagnasi sekresi nasal dan pelepasan garam mineral. Perkembangan dan progresifitasnya terjadi bertahun-tahun. Umumnya mineralisasi yang terjadi merupakan kejadian sekunder dari benda yang masuk dalam regio sinonasal. Penyelubungan benda asing lengkap atau parsial, baik eksogenous maupun endogenous, tergantung dari inti benda dimana penyelubungan terjadi.1,3,5

Rhinolit juga dianggap sebagai suatu benda asing khusus yang biasanya diamati oleh orang dewasa. Garam-garam tak larut dalam sekret hidung membentuk suatu massa berkapur sebesar benda asing yang tertahan lama atau bekuan darah. Sekret sinus kronik dapat mengawali terbentuknya massa seperti itu dalam rongga hidung.1,2,3,4,5,6

GAMBARAN KLINIS
Umumnya pasien dengan rhinolith datang karena adanya rhinore unilateral dengan atau tanpa obstruksi nasi unilateral. Rhinore bersifat mukoid, mokupurulen, dan kadang-kadang sekret bercampur darah. Gejala lainnya dapat berupa epistaksis, fetor, sinusitis, sakit kepala, dan epifora. 1,5,10

DIAGNOSIS
Anamnesis
Pada diagnosis rhinolit umumnya dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Pada anamnesis umumnya didapatkan rhinore unilateral disertai obstruksi nasi unilateral sebagai keluhan utama dan keluhan lain seperti napas berbau busuk,sekret berbau busuk.1,5,6,10
Pemeriksaan fisis
Pada pemeriksaan intranasal, umumnya rhinolit dapat ditemukan dengan rhinoskopi anterior berupa massa kalsifikasi yang berwarna abu-abu dan gelap, dengan konsistensi yang keras seperti batu dan permukaan yang irregular. 10
Pemeriksaaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis adanya rhinolith :
• Pemeriksaan radiologis yaitu foto kepala dan CT scan kepala,
Gambaran radiologis radioopak pada foto kepala biasanya letaknya di dasar kavum nasi. Pada CT scan didapatkan massa hiperdens.1,2,5

PENATALAKSANAAN
Rhinolit dapat dikeluarkan dengan menggunakan forseps yang ujungnya dapat memegang dengan baik. Forceps alligator Hartman, forceps bayonet atau wire loops umumnya digunakan. Dengan anestesi lokal dapat dilakukan apabila pasien yang kooperatif sedangkan penggunaan anestesi umum dapat dilakukan jika pasien tidak kooperatif. Jika terlalu besar, rhinolit dapat dipecahkan terlebih dahulu dalam keping yang lebih kecil dengan menggunakan ultrasound lithotripsy. Bila tidak berhasil, dapat dilakukan rhinotomi lateral.3,10
KOMPLIKASI
Adanya benda asing pada hidung ini menyebabkan terjadinya obstruksi hidung dan rinore, inflamasi lokal dan edema pada mukosa hidung. Dan pada saat dilakukan tindakan pengeluaran juga benda asing ini dapat masuk ke dalam saluran nafas jika terdorong kebelakang. 1,2,11

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding adalah :
1. Gigi hidung
Yaitu gigi rahang atas yang tumbuh ke dalam hidung karena ada yang menghalangi pertumbuhan ke bawah dan jumlah gigi yang berlebih.1
2. Benda asing lain dalam cavum nasi
Benda asing yang sering ditemukan biasanya pada anak-anak biasanya manik-manik, kancing, karet penghapus, kelereng, kacang-kacangan, dan lain-lain.3
3. Polip Nasi
Polip nasi terdapat pada jaringan gelatin yang terbentuk dari proses alergi, gejala klinis yang tampak obstruksi nasi, rasa tidak nyaman pada hidung bagian dalam, rinolali, pada pemeriksaan fisis dan penunjang yakni tampak massa yang bertangkai dan berwarna putih yang berada di konka media.
PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik jika dilakukan penanganan secara dini dan tepat. Tidak boleh dibiarkan dalam rongga hidung oleh karena bahaya nekrosis dan infeksi sekunder yang mungkin timbul, dan kemungkinan aspirasi ke dalam saluran pernapasan bawah.1,2



Daftar Pustaka
1. Nizar NW, Mangunkusumo E. Polip Hidung. Dalam : Soepardi A, dkk, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. p 97-99
2. Hilger P. Penyakit Hidung. Dalam : Higler AB. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6. Philadelphia : Boeis Fundamental of OTOLARYNGOLOGY. 1997.p 201-239
3. Sculerati. Foreign Bodies of the Nose. In : Bluest CD, Stool SE, Kenna MA. Pediatric Otolaryngology. Volume One. 1996. p 874-879
4. Vink BW, Hasselt, and Wormald R. Cambridge Journals Online: A Case of Rhinolithiasis in Botswana: a mineralogical, microscopic and chemical study. Available from: http//journals.cambridge.org/action/displayAbstract;jsessionid=CB4352E312A8BF884CD91B970D48D6D1.to mcat l?fromPage=online&aid=402714.Accessed: 15/03/2009.

No comments:

Post a Comment